Laporkan Masalah

Studi Keterlibatan dan Tingkat Kualitas Hidup Masyarakat Lokal dalam Perkembangan Destinasi Pariwisata

FITRI ABDILLAH, Prof. Dr.-Phil Janianton Damanik, M.Si.; Prof. Dr. Chafid Fandeli, M.S.; Prof. Dr. Sudarmadji, M.Sc.

2016 | Disertasi | S3 Kajian Pariwisata

Dalam kurun waktu enam puluh tahun, proses perkembangan pariwisata Indonesia mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Implikasi dari perkembangan destinasi pariwisata tersebut adalah dampak pengganda bagi masyarakat dalam bentuk berubahnya keterlibatan dan tingkat kehidupan masyarakat akibat interaksi dengan wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola perkembangan destinasi pariwisata dikaitkan dengan perubahan keterlibatan dan tingkat kualitas hidup masyarakat lokal. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Lokasi penelitian di Desa Pananjung, Pangandaran dan Desa Citepus, Palabuhanratu. Sampel penelitian adalah masyarakat lokal di kedua desa, diambil dengan metode purposive. Sebanyak 279 sampel diperoleh dari kedua lokasi. Di samping data primer tersebut, data penelitian juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari informasi statistik resmi dari pemerintah. Data primer dianalisis dengan metode deskriptif dengan tabulasi dan indeks kualitas hidup. Data sekunder diolah dengan tabulasi dan dianalisis dengan metode deskriptif untuk menentukan indeks laju perkembangan destinasi pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pangandaran memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Palabuhanratu. Jika diplot dalam model perkembangan destinasi Butler (1980), Pangandaran berada pada fase pertumbuhan dan Palabuhanratu berada pada fase konsolidasi. Pada fase pertumbuhan, perkembangan jumlah wisatawan terbukti lebih memberikan efek pada perkembangan atribut destinasi (akomodasi, objek dan atraksi wisata, aksesibilitas dan amenitas) dibandingkan dengan fase konsolidasi. Fase perkembangan destinasi pariwisata tidak menyebabkan perubahan pemeringkatan tangga keterlibatan, namun pada fase pertumbuhan, pola keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan pengawasan cenderung lebih moderat dibandingkan dengan fase konsolidasi. Karakter sosiodemografis masyarakat tidak berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pengembangan destinasi. Fase perkembangan destinasi pariwisata juga tidak menyebabkan perubahan tingkat kualitas hidup masyarakat lokal, namun pada fase pertumbuhan memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih baik dari fase konsolidasi. Di antara keempat aspek kualitas hidup, aspek material berada pada posisi tertinggi disusul oleh aspek spiritual, aspek sosial, dan aspek pribadi. Perkembangan destinasi pariwisata berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat kualitas hidup masyarakat lokal. Terdapat juga hubungan antara keterlibatan masyarakat dengan kualitas hidupnya, meskipun tidak untuk seluruh komponen pembentuknya.

Within a period of sixty years, tourism development in Indonesia is fluctuated which tends tends to increase. The implications of the development is the multiplier effect for community in the form of changes in the level of involvement and community life as a result of interaction with tourists. The objectives of this study, wether development of tourism can contribute to the involvement and the quality of life of local communities in Pangandaran and Palabuhanratu The approaches of this research is a survey by combining qualitative and quantitative. This research was conducted in Pananjung Village, Pangandaran dan Citepus Village, Palabuhanratu. Samples are local people in both villages, and were taken using purposive with the a minimum criteria of 100 samples for each village. A total of 279 samples were obtained from both locations. Data were analyzed with descriptive method for determining the phase of tourism destination development, community involvement and quality of life. The results showed that Pangandaran has better performance than the Palabuhanratu. If plotted in destination development model Butler (1980), Pangandaran are in the growth phase and Palabuhanratu are in the consolidation phase. In the growth phase, the development of tourist numbers prove more effect on the development of the attributes of the destination (accommodation, attractions and tourist attractions, accessibility and ammenities) compared with the consolidation phase. Tourism destination development phase does not cause changes in the ladder participation, but in the growth phase, the pattern of community involvement in the planning, implementation, and control tend to be more moderate than the consolidation phase. Sociodemographic character of community has no effect on the community involvement in the development of destinations. Tourism destination development phase also does not lead to changes in the level of quality of life of local communities, but in the growth phase has a level of quality of life is better than a consolidation phase. Among the four aspects of quality of life, aspects of the material is at the highest position, followed by the spiritual aspect, the social aspect and personal aspects. The development of tourism destinations significantly influence changes in the level of quality of life of local communities. There is also a relationship between community involvement with the quality of life, although not for the entire forming components of quality of life.

Kata Kunci : fase perkembangan destinasi pariwisata, keterlibatan masyarakat, kualitas hidup masyarakat

  1. S3-2016-295812-abstract.pdf  
  2. S3-2016-295812-bibliography.pdf  
  3. S3-2016-295812-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2016-295812-title.pdf