ISLAM DAN KOMUNISME: Gerakan Politik di Surakarta 1945-1966
KHADIQ, S.AG.,M.HUM., Prof.Dr.Djoko Suryo, M.A ; Prof. Dr. Suhartono
2016 | Disertasi | S3 SejarahSejak awal abad ke-20, Surakarta telah dikenal sebagai basis gerakan politik radikal yang melibatkan dua ideologi besar, Islam dan Komunisme. Meskipun telah tenggelam setelah peristiwa pemberontakan pada tahun 1926, Komunisme di Surakarta kembali bangkit sebagai sebuah gerakan politik sejak tahun 1945 sampai tahun 1966. Peneliti mempunyai sebuah asumsi bahwa hubungan di antara umat Islam dan kaum Komunis itu dinamis, sesuai dengan kondisi sosial dan politik lokal. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bagaimana Islam dan Komunisme terlibat dalam dinamika politik di wilayah Surakarta. Sebagai karya sejarah, penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Data diperoleh dari sumber-sumber sejarah seperti arsip, surat kabar, manuskrip, maupun informan. Data dari berbagai sumber tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan yang bermanfaat bagi kehidupan masa yang akan datang yang lebih baik. Dengan pendekatan politik, penelitian ini menemukan beberapa hal penting tentang Islam dan Komunisme dalam dinamika politik di Surakarta. Hubungan antara Islam dengan Komunisme di Surakarta sejak Kemerdekaan Indonesia merupakan fenomena baru, karena di tempat itu juga keduanya pernah bersinergi dalam menghadapi Kolonialisme. Faktor politik yang berbasis ideologi menyebabkan hubungan keduanya semakin jauh hingga terlibat dalam konflik yang panjang. Pada akhirnya Islam tidak sendiri, tetapi bersama kelompok Nasionalis yang juga berseberangan dengan Komunis. Emosi massa setelah jatuh korban di beberapa tempat menjadi faktor utama yang mendorong keterlibatan kelompok Islam bersama kelompok Nasionalis dalam gerakan penumpasan terhadap unsur-unsur Komunis setelah mendapat dukungan tentara. Selama rentang waktu 1945-1966 ideologi terbukti sangat efektif untuk melibatkan masyarakat dalam sebuah gerakan politik di Surakarta. Berbasis ideologi, militansi politik justru terbentuk dan menjadi kekuatan utama bagi terjadinya konflik horizontal di tingkatan rakyat lapisan bawah.
Since the beginning of the 20th century, Surakarta has been known as the base of radical political movements that involved two major ideologies, Islam and Communism. Although it has been disappeared after the rebellion in 1926, Communism in Surakarta had resurgenced as a political movement since 1945 until 1966. Researcher has an assumption that the relationship between Moslems and Communists was dynamic, according to the local conditions of social and politic. This study aims to explain how Islam and Communism were involved in the political dynamics in Surakarta. As the historical work, researcher used of Historical Methodology. Data was obtained from historical sources such as archives, newspapers, manuscripts, and informants. Data from those various sources were analyzed in order to construct the conclusion for the benefit of the future. With the political approach, the study found some important statements about Islam and Communism in political dynamics in Surakarta. The relationship between Islam and Communism in Surakarta since Indonesian Independence has been a new phenomenon, because in that place too, both of them ever work together in the face of Colonialism. Political factor that based of ideology led to their relationship further and further so engage in a protracted conflict. At the end, Islam is not alone, but together with the Nationalists that were also at odds with the Communists. Emotions of the masses after falling victim in some places were a major factor that encouraged the involvement of Islamic groups alongside the Nationalists in the movement of crackdown toward elements of the Communists after receiving support of the army. During the year of 1945-1966, ideology proved to be very effective to engage the community in a political movement in Surakarta. Based on ideology, political militancy precisely formed and became a major force for conflict horizontally at the grass-roots level.
Kata Kunci : Gerakan Politik, Konflik, Islam, Komunis/ Komunisme, dan Surakarta.