PENGARUH WAKTU INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SPERMA AYAM PELUNG DAN KETAWA TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR
HANDY RATNA SARI, Prof. Ir. Ismaya, M.Sc.,Ph.D
2015 | Skripsi | S1 ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu inseminasi buatan terhadap fertilitas dan daya tetas telur dari 2 bangsa ayam yang berbeda yaitu 2 pejantan ayam Ketawa dan 2 pejantan ayam Pelung dan 16 betina ayam Ketawa. Inseminasi buatan dilakukan setiap 4 hari sekali selama 30 hari. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu pejantan Ketawa x betina Ketawa (B1) dan pejantan Pelung x betina Ketawa (B2), setiap kelompok dilakukan perlakuan inseminasi pada pagi (06.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB). Data dianalisis menggunakan Analisis Variansi dengan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2 x 2, antara waktu IB (pagi dan sore) dan jenis pejantan (ayam Ketawa dan ayam Pelung). Hasil menunjukkan bahwa waktu inseminasi dan bangsa ayam yang digunakan tidak berpengaruh nyata (P≥005) terhadap produktivitas telur (42,09±5,33%; 40,42±5,17%; 41,25±4,34%; 41,25±6,16%), telur tetas (40,00±5,04%; 39,17±4,63%; 40,00±1,51%; 39,17±5,27%), daya tetas (70,03±5,35%; 68,68±7,12%; 68,58±6,76%; 70,14±5,76%) dan kualitas tetas (51,64±7,77%; 58,64±4,66%; 51,82±8,61%; 58,46±3,28%) tetapi faktor waktu dan bangsa berpengaruh nyata terhadap fertilitas telur. Fertilitas telur yang diinseminasi pada sore hari (83,97±3,12%) lebih tinggi dibandingkan pagi hari (72,44±8,01%), dan fertilitas telur hasil persilangan (82,02±4,78%) lebih tinggi dibandingan dengan sesama bangsa ayam Ketawa (75,53±10,00%). Hasil untuk daya tetas sebesar 70,03±5,35% (pagi hari), 68,68±7,12% (sore hari), 68,58±6,76% (pejantan ayam Ketawa), dan 70,14±5,76% (pejantan ayam Pelung). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa inseminasi buatan dapat dilakukan pada sore hari pada saat uterus tanpa telur.
The objective of this research was to verify the effect of timing of artificial insemination with Pelung semen on fertility and hatchability eggs of domestic hens ( Ketawa). The Artificial insemination was done every 4 days for 30 days. This research was devided into two groups : the first group consisted of Ketawa cock x Ketawa hens (B1) and the second group Pelung cock x Ketawa hens (B2). Each group carried out insemination treatment in the morning (6 am) and afternoon (3 pm). Data were analyzed by using anaysis of variance of completely randomized design pattern 2 x 2, between time of artificial insemination (morning and afternoon) and chicken strains (Ketawa and Pelung strain). The results showed that the chicken strains and insemination time which we used had no significant differences on egg productivity (42,09±5,33%; 40,42±5,17%; 41,25±4,34%; 41,25±6,16%), hatching eggs (40,00±5,04%; 39,17±4,63%; 40,00±1,51%; 39,17±5,27%), hatchability (70,03±5,35%; 68,68±7,12%; 68,58±6,76%; 70,14±5,76%), and quality of hatching eggs (51,64±7,77%; 58,64±4,66%; 51,82±8,61%; 58,46±3,28%), but strain and time insemination had significant differences on fertility (P≤0,05). The average of fertility rate for artificial insemination in the afternoon (83,97±3,12%) was higher than in the morning (72,44±8,01%), and fertility for crossing strains was higher (82,02±4,78%) also than Ketawa strain (75,53±10,00%). The results for hatchability were 70,03±5,35% (morning insemination), 68,68±7,12% (afternoon insemination), 68,58±6,76% (Ketawa strain), and 70,14±5,76% (crossing strains with Pelung). It can be concluded that artificial insemination can be done in the afternoon at the time of the uterus without egg.
Kata Kunci : Waktu inseminasi buatan, Betina Ketawa, Pejantan Pelung, Fertilitas, Daya tetas