Strategi Ekonomi Kelompok Paguyuban Giriloyo

MAYA DESVITA UTARI, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc, Ph.D

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Perkembangan batik saat ini telah membuat banyak perubahan bagi industri kreatif di Indonesia. Perkembangan tersebut menjadi sebuah peluang untuk mengembangkan pariwisata budaya. Paguyuban Giriloyo yang terletak di Kecamatan Imogiri, Bantul, DIY merupakan salah satu kelompok yang mengembangkan pariwisata budaya, khususnya batik tulis. Paguyuban tersebut terbagi ke dalam dua jenis, yaitu kelompok formal dan informal. Sebagai wilayah yang memiliki potensi wisata budaya di DIY membuat paguyuban terus mengalami perkembangan. Lalu, pengembangan pariwisata budaya juga berhubungan dengan fasilitas, aksesibilitas, pelaku, modal, serta informasi sehingga, strategi ekonomi kelompok dalam mengembangkan paguyuban memiliki peran yang cukup penting dalam mengembangkan wisata budaya. Teori dinamika kelompok dari Lewin dan perkembangan kelompok dari Tuckman menjadi alat dalam menganalisis data penelitian ini. Dalam teori dinamika kelompok bahwa terbentuknya sebuah kelompok didasari oleh adanya bentuk interaksi untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan, konsep perkembangan kelompok bahwa untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan beberapa tahap dalam mencapainya. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi lebih mendalam mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Adapun dipilihnya metode kualitatif untuk mengetahui dinamika kelompok serta mendeskripsikan strategi ekonomi kelompok. Sedangkan deskriptif untuk memahami sifat, karakter yang khas dari masing-masing kelompok yang meliputi motivasi serta konflik antar kelompok sebagai bentuk tantangan dalam mengembangkan paguyuban. Sehingga, bentuk tantangan tersebut mampu menciptakan strategi ekonomi kelompok, yang meliputi modal usaha, produksi dan pemasaran. Adapun strategi ekonomi kelompok formal dalam aspek modal usaha lebih banyak mengandalkan legalitas mereka sebagai kelompok koperasi. Mereka dapat mengakses suntikan modal usaha dari berbagai lembaga. Aspek produksi tidak jauh berbeda dengan modal usaha, akan tetapi mereka mengandalkan jual beli bahan untuk menambah pemasukan kelompok. Sedangkan dari sisi pemasaran mereka mengandalkan kerjasama antar kelompok. Lain halnya dengan kelompok informal, mereka dalam aspek modal usaha lebih banyak mengandalkan hasil jual batik, sedangkan produksi mereka meminjam dengan kelompok lain dan pemasaran mereka mengandalkan kerjasama. Secara keseluruhan, kelompok formal dan informal mengandalkan kerjasama dan rasa saling percaya dalam mengembangkan Paguyuban Giriloyo.

The development of batik has bring a lot of changes to Indonesia creative industry. It becames an opportunity to develop the concept of cultural tourism. Paguyuban Giriloyo is one of the groups that work on it, focusing at batik tulis. The group itself is divided into two smaller categories, the formal group and the informal group. Daerah Istimewa Yogyakarta as a province that has many potential as a destination of cultural tourism, helps the paguyuban to keep growing. Other than that, developing cultural tourism also relate to many factors, such as facilities, accesibility, the subject, capital and information. That only means, the groups economic strategy would play a significant part in helping the paguyuban to grow. This research lean on Lewin group dynamics and Tuckman group development theories in order to analyze the data. Group dynamics theory explained that the existance of interaction to achieve the collective goals is the foundation for a group to be formed. While the group development concept talked about the steps to achieve the collective goals. Qualitative method is used to acquire deeper information, together with descriptive analytic approach. The reason beyond the choice to use qualitative method is to get to know the groups dynamic within the paguyuban. While descriptive analytic approach was chosen to understand the trait and character of each groups, which include motivation and conflict between the group as a part of challenges in developing the paguyuban. As a result, the challenges would help them to form their own economic strategy such as assets, production and marketing. As for the economic strategy of formal groups, they can rely more on their legality as a cooperative group to access capital. They can access the capital injections from various institutions. As well as the aspect of production is not much different from capital, but they rely on the sale and purchase of materials to increase income groups. Meanwhile, from the aspect of marketing they rely on their cooperation among groups. It is different from the informal group, they rely more on the results of the sale of batik to obtain capital, while they borrow from the other groups for production and rely on their cooperation among groups . Overall, both formal and informal groups rely on their cooperation among groups and mutual trust in developing the Paguyuban Giriloyo.

Kata Kunci : Strategi Ekonomi, Kelompok Formal & Informal, Dinamika Kelompok, Pengrajin Batik Tulis.