ANALISIS TATANIAGA KAYU JATI RAKYAT DI DESA KEDUNG KERIS, KECAMATAN NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BENEDICTTE PUTRI WIKANDARI, Prof.Dr.Ir.Wahyu Andayani, M.S.; Slamet Riyanto, S.Hut., M.Si.
2016 | Skripsi | S1 KEHUTANANDesa Kedung Keris merupakan salah satu desa di Kabupaten Gunungkidul yang masyarakatnya mengembangkan tanaman jati. Pemasaran kayu tersebut umumnya dilakukan secara tidak langsung, dengan melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Banyaknya lembaga pemasaran dapat mempengaruhi efisiensi pemasaran kayu tersebut. Dengan demikian, perlu dilakukan studi untuk mengetahui saluran dan efisiensi pemasaran kayu jati rakyat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kayu jati rakyat di Desa Kedung Keris dengan menggunakan parameter marjin pemasaran, marjin keuntungan, dan nilai mark up on selling. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara terhadap responden yang mencakup petani, perantara, dan industri kayu. Penentuan responden dilakukan dengan metode snowball sampling dan purposive sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumentasi instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 saluran tataniaga kayu jati rakyat, di mana semua saluran merupakan saluran distribusi tidak langsung. Nilai rata-rata marjin pemasaran untuk saluran 1 sebesar Rp 750.216,43, saluran 2 sebesar Rp 1.416.883,097, saluran 3 sebesar Rp 708.441,55, dan saluran 4 sebesar Rp 750.216,43. Rata-rata persentase marjin keuntungan terbesar untuk semua sortimen, diterima pengumpul pada saluran 2 sebesar 44,86%, pada pedagang penebas saluran 1 sebesar 26,46% dan saluran 4 sebesar 26,46% serta saluran 3 pada pedagang penebas dan pengumpul sebesar 22,73%. Nilai rata-rata mark up on selling untuk saluran 1 sebesar 36,34%, saluran 2 sebesar 51,14%, saluran 3 sebesar 29,8%, dan saluran 4 sebesar 36,34%. Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran kayu jati rakyat di Desa Kedung Keris pada saluran 1,3,dan 4 efisien. Namun pada saluran 2 belum efisien.
Kedung Keris is one of villages in Gunungkidul District which its community develop the teak wood plantation. The timber marketing commonly done indirectly by involving several middlemen. Many marketing agencies can affect the efficiency of the timber marketing. Thus, it was needed a study to identify the marketing channels and the marketing efficiency. This study aims to determine the level marketing efficiency of teak wood by using 3 parameters: marketing margin, profit margin, and the mark-up on selling. This study used primary and secondary data. Primary data were obtained by observation and interviews with respondents including farmers, middlemen, and wood industries. Respondents were determined by using snowball sampling method and purposive sampling method. Secondary data was collected from reports and documents from related institutions. The result showed that there were 4 marketing channels, while all channels were indirect distribution. The average value for the marketing margin is Rp 750.216,43 for channel 1, Rp 1.416.883,097 for channel 2, Rp 708.441,55 for channel 3, and Rp 750.216,43 for channel 4. The average percentage of the highest profit margin for all sortimen, received by collector as 44,86% for channel 2, 26,46% for channel 1 and 26,46% for channel 4 at wholesales, while 22,73% for channel 3 at wholesales and collector. The average value of mark-up on selling on channel 1 is 36,34%, channel 2 is 51,14%, channel 3 is 29,8% and channel 4 is 36,34%. Based on these values, it can be concluded that the marketing of the community teak wood in Kedung Keris village on channel 1,3, and 4 is efficient. Even though on channel 2 is inefficient.
Kata Kunci : kayu jati, marjin pemasaran, marjin keuntungan, mark up on selling