PERTUMBUHAN EMBRIO ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg. SECARA IN VITRO PADA MEDIUM ALTERNATIF MENGGUNAKAN PUPUK MAJEMUK
SRI NIKEN ARIATI, Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc
2015 | Tesis | S2 BiologiAnggrek Dendrobium phalaenopsis Fitzg L. merupakan anggrek endemik dari Pulau Larat, Maluku, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai anggrek langka di daerahnya karena pengambilan secara besar-besaran untuk perdagangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbanyakan tanaman dalam rangka pelestarian anggrek tersebut. Kendala yang dihadapi adalah biji anggrek ini tidak memiliki endosperma sebagai cadangan makanan meskipun terdapat hampir 1,5 juta biji dalam satu buah, sehingga persentase perkecambahannya rendah. Penanaman biji secara in vitro diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk perbanyakan tanaman dalam rangka pelestarian anggrek D. phalaenopsis. Permasalahan yang dihadapi dalam kultur jaringan adalah mahalnya biaya bahan untuk pembuatan medium yang digunakan, sehingga diperlukan suatu medium alternatif yang murah dan mudah diperoleh oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap: 1) Pertumbuhan embrio D. phalaenopsis secara in vitro dengan menggunakan pupuk majemuk GM, H dan PC (1, 3, dan 5 ) g/L yang ditambah dengan ekstrak tomat 100 g/L dan air kelapa 15% dan 2) Induksi tunas dari protokorm D. phalaenopsis. Medium yang digunakan untuk induksi tunas adalah medium terbaik pada medium pertumbuhan biji yang ditambah dengan ZPT Naphtalene Acetic Acid (NAA) (0, 0.5, 1, 2 mg/L), dikombinasikan dengan 2iP (0, 2, 4, 6 mg/L). Penelitian ini menggunakan RAL. Data dianalisis menggunakan ANOVA, uji lanjut dengan uji Duncan (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk majemuk meningkatkan frekuensi perkecambahan dan memacu pertumbuhan embrio anggrek D. phalaenopsis. Kultur embrio pada medium GM1 menghasilkan persentase pertumbuhan tertinggi 3745 dari 5475 protokorm (68%) dengan panjang protokorm (1,06 ± 0,1) mm dan lebar protokorm (1,17 ± 0) mm sedangkan persentase pertumbuhan kontrol (pada medium VW) adalah 5373 dari 6528 protokorm (82,3%), panjang protokorm (1,17 ± 0,1) mm dan lebar protokorm (1,16 ± 0,1) mm. Induksi tunas dengan ZPT NAA 1 mg/L + 2iP 4 mg/L menghasilkan jumlah total tunas terbanyak: 35 tunas dari 189 protokorm, dengan rerata panjang tunas (1 ± 0,3) mm, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada kontrol yang menghasilkan 17 tunas dari 190 protokorm dengan rerata panjang tunas (0,5 ± 0,2) mm. Dari keseluruhan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pupuk majemuk dapat digunakan sebagai medium alternatif untuk memacu pertumbuhan embrio anggrek D. phalaenopsis secara in vitro.
Dendrobium phalaenopsis is an endemic orchid of Larat island, a specific island in Maluku, Eastern Indonesia,which has been designated by the government as rare orchids in that region. It needs an effort to conserve the plants in their habitat. The problem is the orchid seeds have no endosperm, although there are nearly 1.5 million seeds in one silique. Sowing orchids seeds on artificial in vitro culture medium is expected can solve the problem. The next problem is the high cost of the materials for in vitro culture medium, and the difficulties to obtain that materials for practical used. It is necessary to look for an alternative medium which is cheap and easy to be earned by society. This research is divided in to two steps: 1) Germination of orchid seed using alternative media consist of various concentration of compound fertilizer (1, 3 and 5 g/L), tomato extracts 100 g/L and 15% coconut water; 2) Shoot induction. Shoots were induced on medium containing various concentration of NAA (0, 0.5, 1, and 2) mg/L and 2-iP (0, 2, 4, 6, 8, and 10) mg/L. Statistic analysis was conducted by RAL, following by significant analysis by ANOVA and Duncan�s multiple range test (DMRT). The results showed that compound fertilizers had increased the frequency of germination and growth of orchid embryos. GM1 fertilizer produced the highest percentage growth of 3722 from 5475 of protocorms (68%) with average length of protocorms (9.06 ± 0,1) mm and width of protocorms (1.17 ± 0) mm, meanwhile the percentage of the control was 5372 from 6528 of protocorms (82,3%) with average length of protocorms (1,17 ± 0,1) mm and width of protocorms (1,16 ± 0,1) mm. Shoot induction using NAA 1 mg/L + 2iP 4 mg/L generated 35 shoots from 189 protocorms, with average length of shoots (1 ± 0,3) mm meanwhile, the control generated 17 shoots from 190 protocorms with average length of shoots (0,5 ± 0,2) mm. Taken together, all data showed that a compound fertilizers can be used to induced the growth and development of embryo of D. phalaenopsis in vitro.
Kata Kunci : Kultur in vitro, D. phalaenopsis, Embrio, Tunas, VW, Pupuk majemuk, Medium alternatif