Marsose, pasukan anti gerilya dalam perang Belanda di Aceh 1890 - 1942

ARIF NAZARSYAH, S.PD., Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A.

2015 | Tesis | S2 Ilmu Sejarah

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki peran dan kehidupan korps marsose dalam perang gerilya di Aceh antara tahun 1890-1942. Pengetahun ini sangat artinya karena, sepengetahuan penulis sampai saat ini belum ada satupun kajian tentang peran dan kehidupan anggota korps marsose dalam historiografi Aceh. Penelitian ini, mulai dari pelacakan sumber sampai tahap penulisan akhir, sepenuhnya menggunakan metode penelitian sejarah. Sumber utama penelitian ini adalah buku Gedenkboek van het Korps Marechaussee van Atjeh en Orderhoorigheden 1890-1940. Pengumpulan sumber dilakukan pada berbagai pustaka di Yogyakarta, Jakarta, dan Banda Aceh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: agresi militer Belanda ke Aceh mendapat perlawanan yang sengit dari pihak Aceh, malah Belanda terhan dan harus membuat lini konsentrasi menghadapi serangan geriyawan Aceh. Menghadapi persoalan ini Belanda akhirnya merespon dengan membentuk pasukan khusus anti gerilya yang diberinama marsose. Mereka dilatih secara khusus untuk mengatasi perang gerilya. Pasukan ini diterjukan dalam perang untuk merebut benteng-benteng lawan dan melakukan ekspedisi ke pedalaman Aceh. Setelah perang besar selesai peran marsose lebih berfungsi utuk peran polisionil. Kehidupan mereka ini penuh dinamika berupa emosi tekanan mental selama menjalakan tugas, baik waktu tinggal di tangsi, di bivak, maupun di pos sementara.

The purpose of this study is to investigate the role and life of Marsose corps in the guerilla war in Aceh between the years of 1890-1942. It is an important knowledge because based on the authors knowledge, there is no review about the role and life of the Marsose corps members in Aceh historiography until now. This study was started from the resources tracking until the final writing stages, which were fully using the historical study method. The main source of this study is the book entitledGedenkboek van het Korps Marechaussee van Atjeh en Orderhoorigheden 1890-1940.The source collecting was conducted in many literatures in Yogyakarta, Jakarta, and Banda Aceh. The conclusion of this study is: the Dutch military aggression to Aceh was fought strictly by the Acehnese people, even the Netherlands was restrained and forced to form a concentration line to overcome the attack from the Aceh guerillas. In order to overcome this problem, the Netherlands finally responded it by forming the anti-guerilla Special Forces named Marsose. They received some special training to fight the guerilla war. They were assigned into the war to seize the enemys fortresses and to conduct some expeditions to the inland of Aceh. Once after the great war was over, the Marsose forces played the police role.Their life was full of dynamics in the form of emotion of mentally pressure when doing their assignments, either when they lived in the barrack, bivouac, or in the temporary post.

Kata Kunci : Anti Gerilya, Pasukan Elit, dan Kehidupan Militer.