VARIASI KEBIJAKAN LUAR NEGERI RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS DI GEORGIA DAN UKRAINA 2008-2014
LUNYKA ADELINA P, Drs. Samsu Rizal Panggabean, M.Sc
2015 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan InternasionalPaska runtuhnya Uni soviet, Rusia dikategorikan sebagai negara dengan kekuatan menengah. Kebijakan luar ngeri Rusia menjadi sulit diprediksi terutama jika berkaitan dengan negara negara CIS. Pada tahun 2008, Rusia melakukan intervensi militer untuk membantu militan separatis Abkhazia dan Ossetia Selatan dalam melawan militer Georgia. Rusia kemudian juga mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan dalam waktu bersamaan. Namun, hal berbeda dilakukan oleh Rusia saat menghadapi separatisme Krimea tahun 2014. Rusia berusaha meminimalisasi pengunaan militer di Krimea dan memilih mengaksesi wilayah tersebut ke dalam Federasi Rusia. Penelitian ini berusaha menggunakan konsep pembelajaran kebijakan luar negeri untuk menganalisa variasi atau perbedaan kebijakan luar negeri tersebut. Sebelum mengggunakan konsep pembelajaran kebijakan luar negeri, penilitan ini akan menjelaskan tujuan besar dari negara Rusia. Proses pembelajaran kebijakan luar negeri sendiri dipengaruhi oleh latar eksternal, latar eksternal dan kesuksesan atau kegagalan kebijakan di masa lalu. Proses pembelajaran akan menghasilkan penetapan penggunaan instrumen kebijakan yang bersifat politik, diplomatik, informasional, ekonomi atau militer. Sehingga variasi korelasi antara latar eksternal, latar internal dan kesuksesan atau kegagalan kebijakan luar negeri Rusia terhadap Georgia dan Ukraina di masa lalu mempengaruhi proses pembelajaran Rusia sebelum menentukan instrumen kebijakan terhadap gerakan separatis di kedua negara tersebut.
After a collapse of the Soviet Union, Russia can be categorized as middle power state. Russian foreign polices become hardly to be predicted particularly they are related to Commonwealth Independent States. In 2008, the Russian military army intervened to assist separatists in Abkhazia and South Ossetia against Georgia military forces. Russia then also recognized sovereignty and independence of Abkhazia and South Ossetia in the same time. However, different treatments were carried out by Russia while facing Crimean separatism in 2014. Russia tried to minimize the military use in Crimea and chose to do accession for the region of Crimea to be included to Russian Federation. This research attempts to use concepts of foreign policy learning to analyze variation or differences of Russian foreign policies. Before applying concepts of foreign policy learning, this research will explain the big goals of Rusia, as state. The process of foreign policy learning is influenced by external and internal conditions, and the success or failure of foreign policies in the past. Learning process will produce the arrangement of instruments of foreign policies, such as politics, diplomacy, information, military and economics. Thus, variation of linkages between external and internal setting and success or failure of Russian foreign policy towards Georgia and Ukraine in the past influences Russian learning process before to determine instrument of foreign policies in regard to separatist movement in both countries.
Kata Kunci : Rusia, Georgia, Ukraina, Abkhazia, Ossetia Selatan, Krimea,pembelajaran kebijakan luar negeri, latar internal, latar eksternal, kesuksesan, kegagalan, pengunaan militer, aksesi, pengakuan kedaulatan/Russia, Georgia, Ukraine, Abkhazia, South Ossetia, Crime