Hubungan Kadar small dense Low Density Lipoprotein dengan Kejadian Kardiovaskular Mayor pada pasien Sindrom Koroner Akut selama Perawatan di Rumah Sakit
MARIA DEBBY MAHARATNO, dr. Hariadi Hariawan, Sp.PD, Sp.JP(K); Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD(K), Sp.JP(K)
2015 | Tesis-Spesialis | SP KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULARLatar belakang: Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Proses aterosklerosis dimulai dengan adanya disfungsi endotel. Endotel berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara vasodilatasi dan vasokonstriksi, inhibisi dan stimulasi, proliferasi dan migrasi sel otot polos, serta antara trombogenesis dan fibrinolisis. Inflamasi berperan dalam disfungsi endotel. Salah satu kemajuan bidang kedokteran yang cukup penting adalah identifikasi faktor risiko mayor kejadian penyakit kardiovaskular. Lipoprotein berperan penting dalam atherogenesis. Low Density Lipoproteins-Cholesterol (LDL-C) adalah target utama dalam guideline preventif penyakit jantung koroner. Penelitian sebelumnya sekitar 50% dari kejadian kardiovaskular terjadi pada individu dengan kadar LDL normal bahkan rendah, sehingga kadar plasma LDL-C tidak cukup untuk identifikasi individual dengan kejadian kardiovaskular. Individu dengan predominan small dense LDL (sdLDL) memiliki 3 kali lipat peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Akhir-akhir ini, sdLDL telah digaris bawahi sebagai penanda baru risiko penyakit kardiovaskular yang potensial pada populasi barat dan Jepang, yang memiliki kadar LDL-C relatif rendah. Penelitian ini bertujuan menyelidiki apakah kadar sdLDL mempunyai hubungan dengan kejadian kardiovaskular mayor selama perawatan di rumah sakit pada pasien dengan sindroma koroner akut (SKA). Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya “Lipid aterogenik plasma sebagai prediktor kejadian buruk kardiovaskular selama perawatan penderita sindrom koroner akut†yang dilakukan di ruang perawatan ICCU RSUP dr. Sardjito Yogyakarta sejak bulan September 2013. Kadar sdLDL diukur dengan rumus dari penelitian Goswami et al. Hasil : Sebanyak 159 pasien dengan rerata 60.80 +- 9.8 tahun disertakan dalam penelitian ini. 118 (73.8%) pasien adalah pria. Rerata kadar sdLDL pada pasien SKA dengan KKM 108.339 +- 37.94 g/dl dan kadar sdLDL pasien SKA tanpa KKM 105.54 +- 43.10 g/dl. Rerata kadar sdLDL pada kelompok SKA tanpa KKM lebih rendah dibandingkan kadar sdLDL pada kelompok SKA dengan KKM, tetapi tidak berbeda bermakna dengan p = 0.705. Pada penelitian ini ditemukan nilai titik potong >= 108.085 g/dl untuk kadar sdLDL tinggi dan < 108.085 untuk kadar sdLDL rendah. Hasil uji hipotesis mendapatkan kadar sdLDL memberikan rasio prevalensi 1.246 terjadinya KKM pada pasien SKA selama perawatan di RS dalam penelitian ini, meskipun tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan : kadar sdLDL tidak berhubungan dengan risiko terjadinya KKM pada pasien SKA selama perawatan di rumah sakit.
Background : Cardiovascular disease is one of major problems in developed and developing countries. This disease is the number one cause of death in the world. Atherosclerosis process begins with endothelial dysfunction. Endothel function is to maintain the balance of vasodilatation and vasoconstriction, inhibition and stimulation, smooth muscle proliferation and migration, as well as fibrinolysis and thrombogenesis. Inflamation takes a part in endothelial dysfunction. The most important thing in medical science is major risk factor identification in cardiovascular disease. Lipoprotein is important thing in atherogenesis. LDL is major target in coronary artery disease preventive guideline. Previous study stated that about 50% of MACE happened in individuals with normal or low LDL, therefore LDL plasma level alone is not enough to identify individuals with MACE. Individuals with sdLDL predominant have 3 times fold to have cardiovascular risk. sdLDL has been underlined as potential new predictor of cardiovascular risk in western and Japanese population, who have low LDL level. The goal of this study is to know whether the level of sdLDL has impact on MACE of acute coronary syndrome patients in hospital. Methode: This cross sectional study uses secondary data of the previous study “plasma atherogenic lipid as cardiovascular predictor MACE in acute coronary syndrome hospital†in ICCU of dr.Sardjito Hospital since September of 2013. The sdLDL level was measured with Goswami et al., formulas. Results : There were 159 patients with age 60.80 +- 9.8 years involved in this study. One hundred eighteen (118) or 73% of patients are male. The mean of sdLDL level in SKA patients with MACE is 108.339 +- 37.94 g/dl and mean sdLDL level in SKA patients without MACE is 105.54 +- 43.10 g/dl. sdLDL level in SKA patients without MACE is lower than SKA patients with MACE (p=0.705). In this study we found the cut off of sdLDL level is >= 108.085 for higher sdLDL level and < 108.085 for lower sdLDL level. The sdLDL level have prevalence ratio 1.246 in MACE although it was statistically insignificant. Conclusion : The sdLDL level is not correlated with MACE risk in acute coronary syndrome in hospitalized patients.
Kata Kunci : sdLDL, Sindrom Koroner Akut, Kejadian Kardiovaskular Mayor; sdLDL, acute coronary syndrome, MACE