Laporkan Masalah

PENGARUH DEPRESI TERHADAP KEJADIAN DISFUNGSI EREKSI PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER STABIL

NURHAYADI AJI S, dr. Irsad Andi Arso, M.Sc, Sp.PD, Sp.JP(K); dr. Hariadi Hariawan, Sp.PD, Sp.JP(K)

2015 | Tesis-Spesialis | SP KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR

Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) akan menyebabkan angka morbiditas yang cukup tinggi, dan menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penyakit jantung koroner dihubungkan dengan adanya aterosklerosis pada pembuluh darah koroner. Aterosklerosis merupakan suatu penyakit sistemik, sehingga dapat saja melibatkan aterosklerosis pada pembuluh darah arteria di penis dan menghasilkan disfungsi ereksi (DE). Depresi sering dijumpai pada pasien dengan PJK. Depresi dapat mempengaruhi fungsi ereksi yang normal secara neurofisiologi. Depresi dan DE dapat berhubungan dengan PJK. Keduanya secara umum didapatkan pada penderita PJK dan berkaitan dengan prognosis yang tidak baik pada laki-laki dengan PJK. Bagaimana hubungan antara DE dan depresi belum banyak diteliti pada penderita PJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendeita PJK stabil dengan depresi mempunyai risiko lebih tinggi untuk kejadian DE jika dibandingkan penderita PJK stabil tanpa depresi. Metode Penelitian. Penelitian studi kasus kontrol berpasangan ini dilakukan di RSUP Dr Sardjito bulan April sampai dengan Juli 2015. Setiap pasien PJK stabil yang terdiagnosis dengan angiografi koroner yang melakukan kunjungan rutin dilakukan anamnesis ulang dan telusur rekam medis mengenai faktor risiko untuk terjadinya DE (hipertensi, DM, merokok, dislipidemia, keterlibatan arteri coroner serta medikasi dengan golongan penyekat beta dan diuretik). Penilaian DE menggunakan kuisioner IIEF-5 (versi bahasa Indonesia) dan depresi dengan kuisioner HADS (versi bahasa Indonesia). Penderita PJK stabil dengan DE merupakan kelompok kasus. Kelompok kontrol adalah penderita PJK stabil tanpa DE, dengan matching usia terhadap kasus. Kejadian DE pada penderita PJK stabil dengan depresi dianalisis menggunakan tabel 2x2 dan dianalisis bivariate menggunakan uji X2 untuk menentukan rasio odds. Hasil. Didapatkan 86 pasien PJK stabil yang diikutsertakan dalam penelitian, dimana 57 pasien sebagai kasus dan 29 pasien sebagai kontrol. Depresi terdapat pada 5 penderita PJK stabil dengan DE (8.7%). Rasio odds kejadian DE pada penderita PJK stabil dengan depresi sebesar 2.692 namun tidak signifikan secara statistik (95% IK 0.300-24.192; p:0.306). Diabetes mellitus, PJK 2VD dan PJK 3VD merupakan faktor risiko kejadian DE yang berbeda bermakna diantara kedua kelompok penelitian. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa PJK 3VD 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DE pada penderita PJK stabil (OR 5.757, 95% IK 1.890-17.538, p:0.002). Simpulan. Penderita PJK stabil dengan depresi mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya DE jika dibandingkan dengan penderita PJK stabil tanpa depresi, walaupun secara statistik tidak signifikan

Background. Coronary heart disease (CHD) is high enough to cause the morbidity and ranked first as a cause of death in Indonesia. Coronary heart disease associated with the presence of atherosclerosis in the coronary arteries. Atherosclerosis is a systemic disease and may involve atherosclerosis of the arteries in penis and produce erectile dysfunction (ED), which occurs in patients with CHD. Depression is common in patients with CHD. Depression can affect normal erectile function in neurophysiology. Erectile dysfunction may associated with depression and CHD. Both are generally found in CHD patients and associated with poor prognosis in men with CHD. The relationship between ED and depression are rarely studied in CHD patients. The aim of this study was to determine whether stable CHD patients with depression have a higher risk for the incidence of ED when compared with stable CHD patients without depression. Methods. This paired case-control study was conducted in Dr. Sardjito Hospital, from April to July 2015. Stable CHD patients diagnosed with coronary angiography who make regular visit were made history taking again and search medical records to investigate the risk factors for the occurrence of ED (hypertension, DM, smoking, dyslipidemia, coronary artery involvement and medication with beta-blockers and diuretics). The assessment of ED using the IIEF-5 questionnaire (Indonesian version) and depression with the HADS questionnaire (Indonesian version). Stable CHD patients with ED was a group of cases. The control group was stable CHD patients without ED, with matching age of the case group. The incidence of ED in stable CHD patients with depression were analyzed using tables 2x2 and bivariate analyzes using X2 test was done to determine the odds ratio. Results. Eighty six patients with stable CHD were included in the study, with 57 patients as cases and 29 patients as controls. Depression was present in 5 with stable CHD patients with ED (8.7%). The odds ratio incidence of ED in stable CHD patients with depression was 2.692, but not statistically significant (CI 95% 0.300-24.192; p: 0.306). Diabetes mellitus, CHD 2VD and CHD 3VD were the risk factors of ED which significantly different between the two study groups. Multivariate analysis showed that CHD 3VD was an independent predictor for the 4 incidence of ED in stable CHD patients (OR 5.757, CI 95% 1.890-17.538, p: 0.002). Conclusion. Stable CHD patients with depression have a higher risk of ED when compared with stable CHD patients without depression, however it was not statistically significant

Kata Kunci : Disfungsi ereksi, PJK stabil, depresi; Erectile dysfunction, stable coronary heart disease, depression


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.