POTRET PRIBUMI DALAM KONSTRUKSI SOSIAL WARGA ETNIS TIONGHOA SURAKARTA PASCA KERUSUHAN MEI 1998
YUSTIA ATSANATRILOVA, Dr. M. Najib Azca, M.A
2015 | Tesis | S2 SosiologiWarga etnis Tionghoa Surakarta telah banyak mengalami diskriminasi dan kekerasan sejak pertengahan abad ke-18 hingga tahun 1998. Pengalaman buruk pada masa lalu tidak sedikit menimbulkan trauma dan memperburuk hubungan sosial antara etnis Tionghoa dengan pribumi. Karena itu penelitian ini menjadi penting untuk melihat sudut pandang warga etnis Tionghoadalam mengkonstruksi pribumi sebagai salah satu cermin hubungan antara warga etnis Tionghoa dan pribumi di Surakarta. Fokus penelitian ini melihat konstruksi sosial yang dibangun oleh warga etnis Tionghoa tentang kelompok pribumi di Surakarta pasca kekerasan 1998 serta perbedaan antara warga etnis Tionghoa generasi tua dan warga etnis Tionghoa generasi muda dalam mengkonstruksi sosok pribumi. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi social dan pembentukan identitas. Peneliti ini menggunakan pendekatan fenomenologi untuk menggambarkan konstruksi warga etnis Tionghoa di Surakarta tentang pribumi. Dalam dialektika 3 moment, eksternalisasi akan mudah pada informan yang berada pada keluarga dan lingkungan yang sama, yaitu sama-sama homogen dan sama-sama heterogen. Pada proses objektivasi, terbentuk 3 nilai yang berbeda pada tiap-tiap informan. Pada internalisasi terjadi proses pengidentifikasian diri di tengah lingkungan sosial. Informan yang hidup pada keluarga dan lingkungan homogen memiliki pandangan yang rasis dibandingkan mereka yang hidup pada keluargadan lingkungan heterogen. Temuan dalam penelitian ini yaitu terdapat 3 konstruksi tentang pribumi pada generasi tua dan 3 konstruksi pada generasi muda. Konstruksi tentang pribumi oleh warga etnis tionghoa generasi tua yaitu pribumi sebagai ancaman, pribumi adalah out-group dan tidak ada identitas yang lebih unggul antara tionghoa dan pribumi, semua sejajar. Sedangkan konstruksi tentang pribumi yang dibangun oleh warga etnis tionghoa generasi muda yaitu pribumi dan tionghoa adalah berbeda sehingga harus ada batasan dalam berteman, pribumi adalah teman tetapi tionghoa lebih baik daripada pribumi, dan pribumi adalah teman atau keluarga. Terdapat perbedaan konstruksi antara generasi tua dan generasi muda. Pada informan generasi tua cenderung memandang pribumi sebagai outgroup, yaitu kelompok yang berbeda dengan dirinya dan masih memandang tionghoa sebagai kelompok yang lebih baik. Sedangkan pada gerasi muda mereka cenderung lebih terbuka terhadap pribumi. Tidak ada kelompok tertentu yang lebih unggul bahkan beberapa informan tidak lagi mempermasalahkan identitas mereka dan berusaha mempertahankannya terkait hubungan perkawinan.
Chinese ethnic in Surakarta has many experienced discrimination and violence since the middle of the 18th century until 1998. A bad experience in the past is not a bit traumatizing and exacerbate social relations between ethnic Chinese with the natives. Therefore, this study is important to see the viewpoint of constructing indigenous Tionghoa ethnic as one mirror relationship between Chinese ethnic and indigenous in Surakarta. The focus of this study is to see the social construction which built by ethnic Chinese on indigenous groups in Surakarta after violence in 1998 and the differences between the older generation and youth generation of ethnic Chinese in constructing indigenous figure. This study uses the theory of social construction and identity formation. The researchers use a phenomenological approach to describing the construction of ethnic Chinese in Surakarta on natives. In the third dialectic moment, externalization would be easy to informants who are in the same family and the environment, which is both homogeneous and heterogeneous alike. In the process of objectivation, formed three different values on each informant. On internalizing the process of identifying themselves in the middle of the social environment. Informants who live in a family and have a homogeneous environment that racist views than those who live in the family and heterogeneous environments. This research found if there are 3 indigenous construction of the older generation and 3 construction on the younger generation. Construction of the natives by the citizens of Chinese ethnic older generation as a threat that is indigenous, native was out-group and no identity is superior between chinese and natives, all aligned. While the construction of the natives built by citizens of Chinese ethnic young generation of indigenous and tionghoa is different so there should be restrictions on friends, native is a friend but tionghoa better than natives, and natives are friends or family.
Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Diskriminasi, Kekerasan, Tionghoa, Pribumi.