Laporkan Masalah

"GOLPUT: Perilaku Pemilih Rasional" Studi Kasus: Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 di Kecamatan Medan Baru

BUDI SIRAIT, Dr. Haryanto, MA

2015 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Studi ini ingin menunjukkan tentang fenomena tingginya perilaku tidak memilih (Golput) dalam pemilihan kepala daerah Sumatera Utara di Kota Medan pada tahun 2013 yang berjumlah 63,38%. Tujuan dari penelitian ini adalah; Pertama, untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting yang menjadi penyebab sangat tingginya Golput di Kota Medan pada Pilkada Sumatera Utara 2013 yang lalu. Kedua, Untuk menjelaskan dan memahami Golput dari perspektif perilaku memilih sebagai konsekuensi dari tidak terakomodasinya kepentingan masyarakat di Kota Medan. Untuk mencapai tujuan penelitian, Kajian ini dianalisis dengan menggunakan Teori Perilaku Pemilih, konsep Pilihan Rasional (Rational Choice), Pendekatan Psikologis, dan Pendekatan Sosiologis yang digunakan untuk memetakan dan menganalisis elite dan informan yang berjumlah 52 orang yang terdiri dari berbagai latarbelakang etnis, agama, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Kajian ini juga menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang berupaya mengumpulkan jawaban melalui teknik observasi serta wawancara mendalam (indept interview). Hasil Penelitian menegaskan bahwa faktor-faktor penting penyebab Golput pada masyarakat di Kecamatan Medan Baru adalah; Pertama, Etnisitas, Agama, dan Isu putera Daerah Calon Kepala Daerah.Kedua, Akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap kinerja Pemerintahan daerah. Ketiga, Buruknya Pelayanan Publik; Krisis Listrik Berkepanjangan dan Keempat, Vulgarnya serangan politik uang menjelang pemilihan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fenomena golput saat ini tidak boleh lagi hanya dibaca sebagai ancaman terhadap legitimasi kekuasaan. Pemilih yang cerdas bukan seperti wayang yang tidak bisa lepas dari kendali dalangnya. Pemilih yang menggunakan nalar dan rasionalitas yang baik dengan mengambil inisiatif untuk tidak menggunakan hak pilihnya, secara konseptual sebenarnya memiliki kualitas partisipasi yang lebih tinggi, namun sayangnya justru kualitas yang lebih tinggi ini sering terdiskriminasi oleh pemahaman bahwa kualitas pemilu harus ditunjukkan oleh kuantitas orang yang menggunakan hak pilih.Oleh sebab itu, Dengan adanya fenomena Golput yang terjadi di Kota Medan ini, dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam proses demokrasi elektoral di Indonesia secara umum dan Sumatera Utara secara khusus. Pemerintah diharapkan dapat benar-benar memperhatikan kepentingan rakyat dan bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat Kota Medan dan Sumatera Utara. Pemilih yang Golput di Kota Medan memiliki argumentasi yang rasional dalam memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada Sumatera Utara 2013 yang lalu. Dalam kajian penelitian ini ditegaskan bahwa berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan, penelitian ini mengambil posisi bahwa Golput merupakan langkah politik yang rasional dan bukan musuh demokrasi.

This research wants to picture the high number of Non-Voting Behavior/ white voters during North Sumatra Local Election in Medan, North Sumatra, in 2013; 63,38%. The research aims; First, to identify the factor caused the high number of Non-Voters in Medan during North Sumatra local election in 2013. Second, to discuss and get the understands the Non-Voters from the perspective where participating in the election is seen as a consequence of the lack of accommodation of the interest of society. To reach the goal, the researcher used Voting Behavior Theory, Rational Choice, Psychological Approach, and Sociological Approach to analyze and map the elite and informants that were 52 people came from different ethnics, religions, employment and educational background. This research also uses qualitative case study methodology which collects the data through observation and in-depth interview. The results shows that the important factors caused Non-Voting Behavior phenomenon in Medan Baru district are; First, Ethnicity, Religions, and local people as a candidate of the governor issue. Second is the accumulation of society's disappointments through local government's work. Third, the bad public services; prolonged electricity crisis, and number four is vulgar political attacks ahead of the election. This research concluded that nowadays Non-Voting behavior phenomenon could not be treated as a legitimacy of power. Smart voters are not like puppets which cannot be separated from the master's control. The voters who think rationally and logically will take the initiative not to use their right to vote. Conceptually, they have higher participation quality, but unfortunately, this higher quality is being discriminated by a concept where the quality of an election is showed by the quantity of people participating in it. Therefore, Non-Voting Behavior / white voters phenomenon in Medan should become learning for everyone taking a part in electoral democracy, generally in Indonesia, and especially in Medan and North Sumatra. Non-Voters in Medan had rational arguments in deciding not to vote in the local election in 2013. This research emphasized that according to the data from the observation, this research took the position where Non-Voters are rational political moves, and are not the enemy of democracy.

Kata Kunci : Golput, Pilkada, Non-Voting Behavior, Local Election

  1. S2-2015-342233-abstract.pdf  
  2. S2-2015-342233-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-342233-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-342233-title.pdf