PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BERBASIS KESETARAAN GENDER DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN EFIKASI DIRI REMAJA PUTRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO YOGYAKARTA

IKA PARMAWATI, dr. Ova Emilia, M.Med, Sp.OG(K), Ph.D.; Wenny Artanty Nisman, S.Kep.,Ns.,M.Kes

2015 | Tesis | S2 Keperawatan

Latar belakang: Perkembangan remaja mempengaruhi dorongan seksual. Ketidaksetaraan gender menimbulkan diskriminasi dan kerentanan remaja putri terhadap pemaksaan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kesetaraan gender terhadap peningkatan pengetahuan, sikap kesehatan, dan efikasi diri seksual. Metode: Penelitian quasi experiment dengan pretest-posttest with control group desain ini dilakukan Mei-Juni 2015. Sampel adalah 93 remaja putri yang dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data mengunakan modul, kuesioner sikap, pengetahuan, dan efikasi diri seksual yang dibuat oleh peneliti, dengan reliabilitas 0,652; 0,812; dan 0,856. Kelompok perlakukan diberikan pendidikan kesehatan berbasis kesetaraan gender. Sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan reproduksi biasa oleh petugas puskesmas. Data dilakukan analisis univariat dan bivariat dengan signifikansi p<0,05 dan CI 95%. Hasil: Setelah intervensi, terdapat peningkatan skor pengetahuan (p=0,002) dan sikap kesehatan reproduksi (p=0,012) yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Namun tidak ada peningkatan yang lebih tinggi skor efikasi diri seksual pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p=0,257). Kesimpulan: Pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kesetaraan gender mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi, namun tidak mempengaruhi peningkatan efikasi diri seksual.

Background: Adolescent development affects the sexual desire. Gender inequality may lead to discrimination and the vulnerability of adolescent girls to sexual coercion. Researcher want to find the effects of gender-sensitive reproductive health education towards the adolescent girls’ knowledge, attitude, and sexual self-efficacy improvements. Method: This study was quasi experiment research using pretest-posttest with control group design and conducted in May-June 2015. The samples were 93 adolescent girls which were selected by purposive sampling. The data were collected by using module, knowledges, attitudes, and sexual self-efficacy questionnaires which made by researchers, at reliability 0,652; 0,812; 0,856. The gender-sensitive reproductive health education was given to the intervention group. Meanwhile, a common reproductive health education carried out by puskesmas officers was given to the control group. The data were analyzed by univarite and bivariate analysis with the significance of p<0.05 and CI 95%. Result: There is a higher mean score improvement of reproductive health knowledges (p=0.002) and attitudes (p=0.012) in the intervention group than the control groups. But there is not a higher mean score improvement of sexual self-efficacy (p=0.257) in the intervention group than the control group. Conclusion: Gender-sensitive reproductive health education affects the improvement of adolescent girls' reproductive health knowledges and attitudes, but not in the sexual self-efficacy.

Kata Kunci : kesehatan reproduksi, gender, pengetahuan, sikap, efikasi diri/Reproductive health, gender, knowledge, attitude, self-efficacy