Laporkan Masalah

PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH DAN TOLERANSI SISWA SMA DI YOGYAKARTA (Studi Kasus di SMA N 7 Yogyakarta, SMA Taman Siswa Jetis Yogyakarta, dan SMA PIRI I Yogyakarta)

NASHRIYAH J. SUSANTI, Dr. Muhammad Iqbal Ahnaf

2015 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil survei atas toleransi siswa dengan prosentase yang cukup rendah dan adanya pelaksanaan pendidikan agama formal di sekolah membuat penulis tertarik untuk meneliti model pendidikan agama yang digunakan dalam proses pelajaran di kelas, dan praktek toleransi para siswa yang telah mendapat pelajaran agama di sekolah. Untuk itu, penulis mengambil 3 sekolah dengan pendidikan multikultural yaitu SMAN 7, SMA Tamansiswa, dan SMA PIRI 1 Yogyakarta. Tiga sekolah tersebut memiliki guru-guru yang secara aktif ikut dalam seminar dan workshop tentang multikulturalisme. Guru-guru tersebut adalah guru agama yang dapat secara langsung mengajarkan nilai-nilai multikulturalisme dalam aktifitas mengajarnya. Terdapat tiga rumusan masalah yang akan dijawab. Pertama, bagaimanakah model pendidikan agama dan ciri khas pendidikan multikultural di SMAN 7 Yogyakarta, SMA Tamansiswa Yogyakarta, dan SMA PIRI 1 Yogyakarta? kedua, bagaimanakah praktik toleransi siswa di ketiga sekolah tersebut? dan ketiga, Faktor penting apakah yang berpengaruh pada pendidikkan multikultural di tiga sekolah tersebut? Dalam penyusunan tesis ini, penulis menggunakan metode penelitian campuran, atau kombinasi dari penelitian kualitatif dan kuantitatif. Peneltian ini menggunakan dua jenis data dan dua jenis metode di mana data kuantitatif dari hasil survey terhadap siswa menjadi data pendukung dari data kualitatif berdasarkan observasi dan wawancara terhadap para siswa. Keduanya dipadukan dalam mendapatkan sumber data, teknik pengumpulan data, dan dalam teknik analisa data yang dibutuhkan dalam menjawab rumusan masalah yang ada. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, penulis menyimpulkan bahwasanya pendidikan agama yang ada di tiga sekolah tersebut adalah pendidikan agama dengan model pendidikan agama mono religious. Meskipun ketiga sekolah tersebut memiliki model pendidikan agama mono religious, sekolah-sekolah tersebut tetap dapat menerapkan pendekatan multikultural dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Masing-masing sekolah memiliki ciri khas dalam menerapkan pendidikan multikultural bagi siswanya. SMA I PIRI memiliki pola pendidikan multikultural dengan pola pendekatan struktural, SMA Tamansiswa Jetis memiliki pendidikan multikultural pola pendekatan kultural, dan SMAN 7 Yogyakarta memiliki pendidikan multikultural dengan pola kombinasi struktural-kultural. Siswa di ketiga sekolah yang dijadikan subjek penelitian ini memiliki sikap toleransi yang cukup tinggi yaitu memiliki prosentase total diatas 80%. Kemudian faktor yang penting bagi penyelenggaraan pendidikan multikultur di sekolah adalah, adanya kreatifitas guru sebagai kunci utama pelaksana pengajaran pendidikan multikultur yang didukung oleh kebijakan dari pemegang otoritas di sekolah sehingga dapat membentuk suatu kultur pendidikan multikultural yang dapat diterapkan di kelas maupun di lingkungan sekolah bersama para siswa.

Some surveys and researches on student tolerance and some schools that give religious education for students, build curiosity on how those religious education model practiced in class and how student tolerance practice in their daily life. This research takes three schools as the subjects. Those schools are, SMAN 7 Yogyakarta as public school, SMA Taman siswa Jetis Yogyakarta as private school, and SMA PIRI 1 Yogyakarta as private school under religious institution. Those schools have teachers that actively engage in seminars and workshops on multiculturalism. They are religious teachers that directly could implement multicultural values within their teaching activities. From the background, I arrange three research questions. The first, how are religious education model and the characteristics of multicultural education held at SMAN 7 Yogyakarta, SMA Taman siswa Yogyakarta, and SMA PIRI 1 Yogyakarta? The second, how is student tolerance practice in those schools? The third, what are the important factors that influent the practice of multicultural education in those schools?. In this research, the writer use mixed method. It combines between qualitative and quantitative methods. However, quantitative method used here is limited data come from survey of student tolerance attitude, and used as support data in this thesis writing. Other data and method in this research use qualitative data and qualitative method as the main data of this thesis. According to the discussion, I conclude that religious educations held by SMAN 7 Yogyakarta, SMA Taman siswa Yogyakarta, and SMA PIRI 1 Yogyakarta are religious education with mono religious models. Although those schools use mono religious models, they still can implement multicultural approach in subjects taught in classes. Each school owns special characteristic pattern in implementing multicultural education for the students. SMA I PIRI has structural approach pattern, SMA Taman siswa Jetis has cultural approach pattern, and SMAN 7 Yogyakarta has cultural-structural approach pattern. For tolerance attitude, students from those three schools have high percentage of tolerance, with more than 80% in total. Then, the important factors that influence the result of multicultural education held by schools are the presence of teachers with creativity as main actor of multicultural education which supported by authoritative figures in schools, and manifested in multicultural education culture that could be implemented in class and school environment.

Kata Kunci : religious education, multicultural education, structural approach, cultural approach, structural-cultural combination.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.