VARIABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DENGAN TERAPI INSULIN SEBAGAI PREDIKTOR KEMATIAN PASIEN KRITIS DI ICU RSUP DR SARDJITO
FERRY HAMDANY, Dr. Calcarina Fitriani RW SpAn, KIC.; Dr. Djayanti Sari SpAn, KAP, Mkes.
2015 | Tesis-Spesialis | SP ILMU ANESTESIOLOGI DAN REANIMASILatar Belakang : Penyakit kritis merupakan penyakit dengan respon stres yang menimbulkan perubahan pada semua sistem organ dalam tubuh dan dihubungkan dengan banyak perubahan metabolik dan endokrin, termasuk perubahan homeostasis glukosa yang menunjukkan hasil yang merugikan yang dinyatakan dengan tingginya angka kematian. Variabilitas kadar glukosa darah,hiperglikemi dan hipoglikemi menunjukkan pengaruh yang jelek pada luaran pasien. Terjadi peningkatan kematian 8% setiap kenaikan 10 mg/dl pada standard deviation (SD) glukosa darah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabilitas kadar glukosa darah pasien dengan terapi insulinterhadap kematian pasien kritis yang di rawat di ICU RSUP Dr.Sardjito. Variabilitas Glukosa darah diukur dengan SD(standard deviation), CV (Coefficient Variation), dan MAG (Mean Absolute Glucose) Metode : Rancangan penelitian ini adalah kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah semua pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sarjito mulai 1 januari - 31 desember 2014.Kriteria inklusi : (1) Pasien berumur 18 th keatas. (2) Pasien dengan kondisi Kritis yang dirawat di ICU RSUP Dr.Sardjito. (3) Pasien yang mendapat terapi Insulin. Kriteria Ekslusi : (1) Pasien dengan diagnosa Ketoasidosis Diabetika. (2) Pasien dengan Diagnosa Hiperosmoler hiperglikemik sindrom. (3) Pasien kritis dengan pemeriksaan glukosa darah kurang dari 3 kali pemeriksaan dalam waktu 48 jam. (4) Pasien yang mengalami perawatan ulang di ICU (readmisi) pada periode masuk RS yang sama. Analisa data menggunakan kurva ROC untuk melihat luas AUC, dan analisis regresi logistik multivariat untuk melihat resiko relatif/Odd Ratio dari variabel data karakteristik yang bermakna (p < 0,05). Hasil : Dari 674 pasien yang dirawat di ICU sejak 1 januari -31 desember 2014 didapatkan 46 pasien yang memenuhi syarat inklus dan ekslusi. 6 pasien masuk dalam kriteria ekslusi ( 3 pasien dengan diagnosis KAD, dan 3 pasien dengan pemeriksaan KGD < 3 kali pemeriksaan dalam 48 jam. Dari tiga indikator pengukuran variabilitas kadar glukosa darah (SD, CV, dan MAG)ditemukan bahwa CV merupakan indikator yang lebih baik dibanding SD dan MAG (p=0,01, AUC =72,4%). Indikator CV dan SD secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna sebagai faktor resiko kematian terhadap pasien yang di rawat di ICU RSUP Dr. Sardjito (p=0,009, RR=2,381, CI95%=1,185-4,783)sedangkan MAG tidak berbeda bermakna sebagai faktor resiko terhadap kematian pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sarjito (p=0,767, RR=0,909, CI95%=0,483-1,710). Namun hubungan ini tidak lagi bermakna setelah dilakukan analisis regresi logistik multivariat (p>0,05) pada setiap indikator variabilitas glukosa Kesimpulan : Variabilitas kadar glukosa darah tidak terbukti sebagai prediktor kematian pasien kritis yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito
Background: Critical illness is a diseases with stress response that cause change in all of the organ systems of the human body. It relates to a lot of metabolic and endocrine changes, including alteration of glucose homeostasis that results in an increase of mortality. Glucose variability, hyperglycemia, and hypoglycemia shows a negative impact on the patients outcomes.There was8%increased of of mortality after each elevation of 10 mg/dl above SD.We conducted this study to determineglucose variability on patient with insulin therapyas a mortality predictorin critically illpatients in the ICU of Dr. Sardjito General Hospital.Glucose Variability is determined by SD (Standar Deviation), CV (Coefficient Variation),and MAG (Mean Absolute Glucose). Method: Designof this study was retrospective cohort. The subjects are all the patients in the ICU department ofDr. Sardjito General Hospital started from 1 January -31 st December 2014. Inclusion criteria: (1) Patients 18 years old and above. (2) Patients with critical condition in the ICU of Dr. Sardjito General Hospital. (3) Patients receiving Insulin therapy. Exclusion criteria: (1) Patients were diagnosed with Diabetic Ketoacidosis. (2) Patients were diagnosed with Hyperosmolar Hyperglycemic Syndrome. (3) Critically ill patients with blood glucose examination less than 3 times within 48 hours. (4) Patients which are readmitted into the ICU within the same hospital admission. Data analysis using ROC curve to observe AUC, and multivariat logistic regression to observe the relative risk/odd ratio from thesignificance variabel characteristic data (p < 0.05). Result: From 674 patients in the ICU since 1 st January to 31 st December 2014, only 46 patients have met the inclusionand exclusion criteria. 6 subject were excluded criteria (3 patients diagnosed with KAD, and 3 patients with blood glucose concentration examination < 3 times within 48 hours). Among three indicators of glucose variability (SD, CV, and MAG), it is found that CV is a better indicator compared to SD and MAG (p=0.01, AUC=72.4%). CV and SD glucose variability have a significant difference statistically as risk factor towards mortality in critically ill patients in the ICU of RSUP Dr. Sardjito (p=0.009, RR=2.381, CI95%=1.185-4.783), meanwhile, MAG does not have a significant difference (p=0.767, RR=0.909, CI95%=0483-1.710). However, the association between glucose variability and mortality was no longer significant after multivariat logistic regression analysis (p>0.05) to every glucose variability indicator. Conclusion: Glucose variablity on patient with insulin therapy is not proven as a mortality predictor in critically ill patient in the ICU of Dr. Sardjito General Hospital
Kata Kunci : Glucose Variability, Hyperglycemia, Insulin, ICU