PASANG SURUT BUDAYA SASI PALA DI NEGERI MORELLA MALUKU TENGAH

FAIDAH AZUZ, Professor Heru Nugroho; Professor Irwan Abdullah; Dr. Dewi H. Susilastuti

2015 | Disertasi | S3 Ilmu Sosiologi

Abstrak Dalam pandangan masyarakat Maluku, budaya sasi adalah salah satu cara pengelolaan sumber daya alam berbasis adat dan oleh karenanya lokus pelaksanaan sasi hanya berlangsung di negeri adat. Namun seiring dengan perjalanan waktu, budaya sasi mulai ditinggalkan sebagai akibat dari berbagai tekanan internal dan eksternal. Selama ini kajian Sasi di Maluku umumnya dilakukan dalam ranah institusi dan pada sasi laut (Novaczek, dkk. 2001; Soselisa, 2001; Satria, 2010). Telaah sasi yang menitikberatkan aspek tradisi dan sasi tanaman hampir tidak tersentuh. Oleh sebab itu, kajian ini mengkhususkan diri pada sasi tanaman pala yang dilihat dari aspek tradisi. Hal ini sekaligus memperlihatkan kebaruan kajian tentang sasi di Maluku. Penerapan budaya sasi pala di Morella saat ini dipicu oleh dua peristiwa penting yakni jatuhnya harga cengkeh pada era BPPC dan konflik bernuansa sara yang menyebabkan pengangguran meningkat secara tajam di Maluku. Pada kondisi demikian tanaman pala menjadi andalan penunjang ekonomi rumah tangga dan dapat dikelola melalui sasi. Observasi awal memperlihatkan 60 persen negeri adat di pulau Ambon menghentikan sasi pala. Di tengah situasi ini, Negeri Morella justru memperkuat basis ekonominya melalui tradisi sasi tanaman pala. Bagaimana negeri ini mampu melaksanakan sasi pala selama sepuluh tahun berturut-tururt dan siapa yang mengambil manfaat dari sasi tanaman pala adalah hal yang penting untuk dikaji. Oleh karenanya, pertanyaan sosiologis yang diajukan adalah: perubahan apa yang terjadi dalam budaya sasi pala dari waktu ke waktu, bagaimana peran agen dalam menentukan bertahannya budaya sasi, dan bagaimana pengaruh budaya setempat dan reproduksi budaya tersebut bagi kelangsungan sasi pala di Morella. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa: pertama, meskipun Morella adalah negeri adat, sasi yang diterapkan adalah tradisi dan ada ruang untuk melakukan kontekstualisasi. Terdapat dua periode pelaksanaan sasi yakni periode sasi pala untuk kepentingan pembangunan mesjid pada tahun 1968 dan periode kedua (2004-sekarang) untuk kepentingan ekonomi rumah tangga. Kedua, tokoh adat dan pemerintah sangat berperan pada sasi periode pertama. Sementara pada sasi periode kedua, pelaku ekonomilah yang berperan sangat aktif. Ketiga, meskipun pada sasi pala periode kedua kepentingan ekonomi menjadi prioritas, namun landasan agama (budaya) yang direpresentasikan melalui kepentingan mesjid masih menjadi hal yang diperhitungkan dalam menentukan keberlangsungan sasi. Secara umum dengan mengikuti pola penerapan sasi pala di Morella yang dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan jaman, kajian ini berkesimpulan bahwa sasi sebagai salah satu alamat sandaran ekonomi masih dapat dilaksanakan di Maluku baik di negeri adat maupun bukan. Kesimpulan ini sekaligus merupakan kontribusi penting terhadap upaya penataan kehidupan ekonomi masyarakat di Maluku dan upaya menutupi kesenjangan kajian akademik tentang sasi darat terutama tanaman pala.

Abstract In the Moluccan's point of view, sasi culture is one of ways to manage the natural resources based custom as such the locus of sasi operation focuses only in custom village. But along with the passage of time, the sasi culture has eventually being left as the result of various internal and external pressures. Normally the study of sasi in Moluccas all this time has been conducted within the institution territory and marine sasi (Novaczek, dkk. 2001; Soselisa, 2001; Satria, 2010). The study of sasi which emphasized on traditions aspects and plant sasi were nearly abandoned. Therefore, this study focuses on nutmeg plant sasi in which were seen from the traditions aspect. This also shows the newest study about sasi in Moluccas. The implementation of nutmeg sasi culture in Morella today were triggered by two important events, they are the fell of clove price during the BPPC era and the conflicts of races and religions in which impacted on the steep rise of unemployment in Molucca. At those certain situations the nutmeg plant became the main backbone of the household economy and has the capacity to be managed through sasi. An early observation shows that 60 percent of custom village in Ambon island ceased the nutmeg sasi. In the midst of such situation, the Morella village strengthened their economic basis through nutmeg plant sasi. How this village has been successfully managed nutmeg sasi in ten years respectively and those who took advantage from nutmeg sasi are the important parts to study. As such the sociological questions to raise are: what kind of changes have been occurred in nutmeg sasi over the time, how were the agent roles to determine the survival of sasi culture, and how local culture influences and that culture reproduction for the sustainability of nutmeg sasi in Morella. This study shows that: first, although Morella is a custom village, the sasi implemented is a tradition and there is a space to run contextualization. There are two periods of sasi implementation which are nutmeg sasi for reconstructing mosques in year 1968 and the second period from 2005 until present time for the purpose of household economy. Second, the custom leader and local government were very instrumental during the first sasi period meanwhile during the second period the economic actors were the most active party. Third, although at the second period of nutmeg sasi the economic interest were the priority, yet the religious basis (culture) in which represented through the interest of the mosque remained to be the factors that count in determining the sustainability of the sasi. In general, by following the pattern of nutmeg sasi implementation in Morella which were adaptive to the demands of time, this study concludes that sasi as one of the economic backbones remain relevant to be applied in Moluccas, be it in custom village or not. This conclusion is an also an important contribution towards the efforts to govern the peoples economic life in Moluccas and the efforts to solve the gap of academic study with regards to land sasi particularly the nutmeg crops. Keywords: nutmeg sasi, custom leader, economic actors, religious interest and economic interest.

Kata Kunci : Kata kunci: sasi pala, pemuka adat, pelaku ekonomi, kepentingan agama dan kepentingan ekonomi. nutmeg sasi, custom leader, economic actors, religious interest and economic interest.