EFEK LIMPAHAN PERTUMBUHAN ANTARKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2001-2013

PRISTIAWAN WIBISONO, Prof. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc. Ph.D.

2015 | Tesis | S2 Ekonomika Pembangunan

Pembangunan di daerah terkait dengan kebijakan yang dilakukan dalam mengalokasikan sumberdaya yang terbatas demi kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan daerah adalah tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran, serta rendahnya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dengan slogan pro growth, pro poor, dan pro job, pemerintah daerah berkeinginan untuk meminimalisasi ketiga permasalahan di atas. Namun, dengan terbatasnya sumberdaya yang dimiliki, pembangunan dilaksanakan dengan skala prioritas, apakah terkait lokasi ataupun program/kegiatan pembangunannya. Adanya prioritisasi secara makro tersebut, apakah dari pusat ke provinsi ataupun dari provinsi ke kabupaten/kota, tidak jarang menyebabkan ketimpangan distribusi porsi pembangunan. Hingga akhirnya satu daerah lebih maju dibandingkan daerah yang lain. Perbedaan inilah yang pada akhirnya memicu munculnya kutub pertumbuhan di suatu wilayah. Adanya kutub pertumbuhan akan membawa dampak terhadap daerah disekitarnya. Dengan diketahuinya lokasi kutub pertumbuhan diharapkan dapat dilakukan upaya dalam mengoptimalkan dampak, terutama dampak positif, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi kabupaten/kota berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita, mengidentifikasi kutub pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur, dan menganalisis efek limpahan pertumbuhan antarkabupaten/kota. Pemilihan lokasi di Provinsi Jawa Timur dikarenakan provinsi ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan secara konsisten dari tahun 2001 hingga tahun 2013 merupakan penyumbang tertinggi ke-2 terhadap PDB nasional. Tahap pertama penelitian ini dilakukan dengan melihat tipologi kabupaten/kota menggunakan tipologi Klaassen berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita. Tahap kedua dilakukan dengan mengidentifikasi lokasi kutub pertumbuhan berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Richardson (1978: 164-165). Selanjutnya dilakukan perhitungan efek limpahan pertumbuhan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Capello (2009). Terakhir dengan menganalisis pola spasial pertumbuhan ekonomi dengan indeks Moran dan LISA untuk melihat karakteristik interaksi spasial antarkabupaten/kota dan antara kutub pertumbuhan dengan daerah di sekitarnya.

Regional development associated with the policy pursued in allocating scarce resources for the welfare of people in the area. The problem faced by most of the region is the high levels of poverty, unemployment, and low economic growth. Hence the slogan of pro-growth, pro-poor and pro-job, the local government wants to minimize the above three problems. But with a lack of resources, the construction executed with priority, whether related to the location or program/development activities. The presence of the prioritization of the macro level, whether from the center or from province to province to district/city, frequently lead to unequal distribution of the portion of the development. Until finally one is more advanced than other regions. The difference is that in the end lead to the emergence of growth poles in the region. The existence of poles of growth will have an impact on the surrounding area. Knowing the location of growth poles is expected to be an effort to optimize the impact, particularly positive impact, in order to achieve development goals in the region. This study aimed to analyze the spillover effects, in particular the growth spillover effects among districts/cities in East Java province. The choice of location in East Java province because the province has a relatively high economic growth and consistently from 2001 to 2013 was the 2nd highest contributor to the national GDP. The first phase of this research is done by looking at the typology of the district/city use Klaassen typology based on economic growth and GDP per capita. The second phase is done by identifying the location of growth poles based on the definition proposed by Richardson (1978). Furthermore, the calculation of the growth spillover effects using the formula proposed by Capello (2009). Lastly by analyzing the spatial patterns of economic growth with the local Moran�s I and LISA to see the characteristics of spatial interaction between districts/cities and between growth poles to the surrounding area.

Kata Kunci : Tipologi Klaassen, Kutub Pertumbuhan, Efek Limpahan, Interaksi Spasial, Indeks Moran dan LISA