ISLAM-JAWA: PRAKTIK KEAGAMAAN MASYARAKAT MISKIN KAMPUNG TAMBAKREJO, KOTA SEMARANG
AGUSTINUS SUGENG PRIYANTO, Prof.Dr.Irwan Abdullah;Dr.Arqom Kuswanjono
2015 | Disertasi | S3 ILMU AGAMA DAN LINTAS BUDAYAPertanyaan utama disertasi ini adalah bagaimana praktik keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo, Kota Semarang? Apakah praktik keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo berlandaskan pada ajaran agama Islam atau melandaskan diri pada tradisi kebudayaan Jawa yang disebut kejawen atau berada di antara pusaran yang saling berbalut dari ketentuan agama Islam dan budaya kejawen? Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa praktik keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo lebih mengarah pada praktik abangan atau disebut juga Islam-Jawa, baik dilihat dari pemahaman keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo, ritual keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo, dan kehidupan sosial dalam praktik keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo. Pengetahuan keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo yang lebih bercorak abangan antara lain terlihat melalui longgarnya penggunaan simbol-simbol agama Islam dalam masyarakat miskin, tumbuhnya adat-istiadat yang saling melengkapi kehidupan masyarakat, dan pewarisan keagamaan yang mengandalkan tradisi turun-menurun dalam keluarga. Adapun ritual keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo masih menonjolnya budaya slametan. Pada sisi lain dalam kehidupan sosial, praktik keagamaan masyarakat miskin Kampung Tambakrejo pertimbangan rasa sebagai orang Jawa dan dimaknai sebagai pemenuhan akan ukum pinesthi, manunggaling kawula lan Gusti. Masyarakat santri merupakan gagasan yang diidam-idamkan dan masih menjadi harapan bagi masyarakat miskin Kampung Tambakrejo. Islam yang dipraktikkan oleh masyarakat miskin Kampung Tambakrejo adalah Islam yang berorientasi kepada laut sebagai sumber mata pencaharian. Di samping itu, Islam dipahami dalam konteks kemiskinan yang diwujudkan melalui pengakuan dan menjalankan agama Islam dengan pemahaman yang terbatas. Agama belum digunakan sebagai sarana untuk memberikan jawaban atas persoalan kemiskinan. Persoalan kemiskinan lebih banyak diselesaikan melalui saluran kebudayaan yang berupa tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Integrasi sosial yang terjadi merupakan hasil kompromi antar-warga, yang pada saat-saat tertentu dilaksanakan bersamaan dengan praktik-praktik keagamaan.
The main research question of this dissertation is how religious activities were done by the low society of Kampung Tambakrejo, Semarang. Were the activities based on Islamic precept or Javanese tradition which called as Kejawen, or based on the mixture of Islamic precept and Kejawen tradition? An interpretative approach was used in this research. The result of this study showed some indications that the lower class of Kampung Tambakrejo citizen sticked to 'abangan' activities or commonly called 'Islam-Java'. This was demonstrated from their understanding and their social life that correlated to 'abangan'. Moreover, the low society's practice of 'abangan' was also shown from the decreasing use of Islamic symbols and the rising implementation of culture in society life and also religious precept is delivered hereditary in family. The people of Kampung Tambakrejo put 'slametan' (ceremonial) tradition as the essential religious ritual in the society. In other side, they belief that 'sedekah laut' as Javanese is meant to be the fulfillment of the principle of 'ukum pinesthi', 'manunggaling kawula lan Gusti. 'Santri' society is hoped to assume as what the Kampung Tambakrejo society supposed to be. The society of Kampung Tambakrejo saw Islam that was oriented to an idea of sea as sources of daily needs. Besides, Islam was considered in poverty context that was presented from narrow confession of faith and limited understanding of Islam. Still, religion isn't believed as a solution of poverty problem. They believe that culture in the form of hereditary tradition gives more solution for poverty issues. Additionally, social integrated occurred as the result of citizen agreement which were applied with the religious practices.
Kata Kunci : Islam, Java, Abangan, Santri, Slametan, Poverty