Pemaknaan Kaum Muda Terhadap Pendidikan Formal di Dusun Sidowayah, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo
BEKTI TRIYASWURI, Dr. M. Supraja SH,M.Si
2015 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIPendidikan merupakan kebutuhan yang sangat fundamental. Pada hakikatnya salah satu tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan. Sekolah adalah bentuk nyata dari perwujudan pendidikan formal di berbagai Negara tidak terkecuali di Indonesia. Namun beberapa kaum muda di Dusun Sidowayah, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo justru meninggalkanya dan peristiwa ini sudah berlangsung sejak lama. Peristiwa yang demikian memiliki kecenderungan bahwa kebanyakan diantara kaum muda yang tidak bersekolah adalah laki-laki. Pada awalnya kemiskinan adalah penyebab utama mengapa di Desa Sidoharjo banyak di antara warganya berpendidikan rendah dan tidak menempuh sekolah formal. Namun kejanggalan pun muncul. Setelah beberapa upaya yang dilakukan aparat desa dan juga kebijakan pemerintah mengenai bantuan pendidikan terhadap warga kurang mampu, pemuda-pemuda ini tetap masih enggan untuk bersekolah. Metode yang digunakan ialah kualitatif (qualitative research) dengan tipe deskriptif. Sedangkan pendekatannya menggunakan studi kasus. Teori agensi Pierre Bourdieu adalah teori yang dipakai untuk menganalisis fenomena ini. Teori agensi bicara mengenai 2 skema besar di dalamnya yaitu habitus dan arena. Kelebihan dari teori ini memberikan kesempatan pada actor untuk memaknai habitusnya sendiri. Hal yang ditekankan pada teori ini adalah sikap agen yang sepenuhnya sadar akan tindakan dan keputusan yang diambil. Dalam penelitian yang dilakukan di Dusun Sidowayah terungkap bahwa di tengah-tengah kemiskinan yang dialami justru lahir sebuah habitus baru. Habitus baru tersebut adalah tindakan para kaum muda yang memilih untuk tidak melanjukan atau menuntaskan sekolah formal. Arena adalah tempat dimana habitus diperjuangkan untuk memperoleh posisi di tengah-tengah kondisi lingkungan yang mereka tempati. Lingkungan tempat tinggal serta pola-pola interaksi seperti pergaulan kaum muda adalah arena yang dimaksud. Melalui pemikiran Bourdieu mengenai habitus, mampu membuktikan bahwa semua tindakan atau bentuk praktik yang dilakukan oleh individu adalah tindakan yang sadar dan juga respon terhadap struktur sosial yang sudah lama tinggal di lingkungan mereka. Keputusan para pemuda untuk tidak bersekolah benar-benar mereka sadari berdasarkan berbagai macam proses internalisasi atas dunia luar yang mereka lihat setiap hari dan pemaknaan mereka terhadap pendidikan formal (sekolah) itu sendiri. Bentuk sadar kaum muda ditunjukkan dengan pandangan mereka mengenai sekolah yang dianggap mengekang, membatasi, dan juga memberikan tekanan baik secara moril maupun materil. Kemudian pemaknaan ini menjadi dasar landasan mereka untuk tidak melanjutkan dan menuntaskan sekolah formal. Tindakan ini menjadi sebuah habitus baru yang terus dianut. Pemaknaan kaum muda terhadap pendidikan formal diwujudkan melalui habitus tersebut.
Education is a fundamental requirement. In essence, one of the goals of education is to improve welfare. School is the real form of embodiment formal education in many countries not least in Indonesia. However, some young people in the Sidowayah hamlet, Sidoharjo Village, District Jambon, Ponorogo just leave it and it has been going on since long. It have a tendency that most among young people who are not in school are men. At the beginning, poverty is the main cause why many citizens of Sidoharjo village has low education and not take a formal school. However, the discrepancy arises. After several efforts which made by village officials and many the government's policy to educational assistance for needy people, the youth is still reluctant to go to school. The method used is qualitative (qualitative research) and descriptive. While using a case study approach. Pierre Bourdieu agency theory is a theory that is used to analyze this phenomenon. Agency theory talks about two major schemes which are habitus and arena. It has the advantage of providing an opportunity to interpret habitus actor. It is emphasized in this theory is the attitude of an agent who is fully aware of the actions and decisions taken. In a study conducted in the Sidowayah hamlet revealed that in the midst of poverty experienced by actually born a new habitus. The new habitus is the act of the young people who choose not to complete the proceedings in formal school. Arena is a place where habitus fought to gain position in the midst of the environment where they inhabit. Neighborhood and patterns of interaction such as association of young people is the arena which is purposed. Based on Bourdieu ideas about habitus, it able to prove that all acts or forms of practices performed by an individual is aware of the action and also a response to the social structures that have been living in their neighborhood. The youth's decision not to attend school is really realized by them based on various stages of internalization of the outside world that they see every day and their perspective about formal education itself. Shape conscious of young people are shown with their views on the school is considered to restrain, restrict, and also put pressure on both morally and materially. Later this concept became the basis of their foundation not to continue and complete the formal school. This action becomes a new habitus which continues to adhere. Young people perspective to formal education is realized through the habitus.
Kata Kunci : Kemiskinan, Kaum Muda, Pemaknaan Pendidikan Formal, Habitus, Arena