Integrasi Stasiun dengan Bandara Melalui Pengembangan Fungsi Publik dan Komersial di New Yogyakarta International Airport
DISSA PIDANTI RARAS, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D.
2015 | Skripsi | S1 ARSITEKTURPembangunan bandara baru bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjadi isu besar pada beberapa tahun terakhir. Bandara eksisting Adisutjipto saat ini dirasa tidak mampu lagi untuk menampung para penumpang yang datang serta kecilnya kemungkinan untuk memperluas area pada site. Kabupaten Kulon Progo sebagai suatu daerah yang belum padat permukiman dan belum ramai pembangunannya dipilih untuk menjadi rumah baru bagi bandara ini. Selama ini telah banyak konsep yang direkomendasikan sebagai model pembangunan bandara baru ini, termasuk konsep Aerotropolis atau lebih dikenal sebagai Kota Bandara. Konsep tersebut merupakan sebuah respon atas pergeseran makna akan bandara, dimana saat ini bandara bukan hanya merupakan sebuah fasilitas publik, namun juga berperan sebagai sebuah sentra ekonomi yang menjadi cikal bakal tumbuhnya kota. Perlu disadari bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan pertumbuhan pergerakan penduduk sehingga perlu diimbangi dengan sistem transportasi yang terintegrasi antara bandara dengan kota tujuannya agar tidak terjadi akibat buruk layaknya kemacetan maupun kekacauan urban. Kereta Bandara atau airport rail link merupakan salah satu alternatif moda dari rangkaian sistem transportasi yang telah banyak digunakan di berbagai negara sebagai akses penghubung bandara dengan kota di sekitarnya. Sebagai poin utama dalam jalur airport rail link, stasiun bandara yang akan dirancang berusaha mengintegrasikan fungsi utama stasiun dengan fungsi komersial dan area publik sebagai respon akan konsep pengembangan Aerotropolis. Diharapkan seiring dengan pertumbuhan kota bandara ini, stasiun dapat terus mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam, terutama tuntutan akan ruang sosial yang semakin tinggi ketika kota menjadi semakin padat. Pada sisi lain, sebagai sebuah permukiman baru, kemajemukan budaya dan latar belakang dalam masyarakat sekitar akan semakin bertambah, stasiun sebagai salah satu gerbang akses dan mobilitas juga dituntut untuk memiliki elemen ketahanan budaya untuk dapat menjaga dan merepresentasikan budaya setempat agar tidak pudar terkikis globalisasi. Ide dasar dari perancangan ini berbasis dari hasil studi antara hubungan elemen komersial dan elemen area sosial yang saling menunjang dalam suatu fasilitas publik. Atas hal tersebut, stasiun akan menerapkan integrasi secara seamless akan satu fungsi utama dengan dua fungsi penunjang tersebut dimana alur pergerakan mengalir secara kontinyu dan mengaktifasi semua fungsi untuk mencapai perancangan suatu stasiun yang berkelanjutan secara sistem dan dapat menjadi suatu model alternatif stasiun bandara yang dapat diadopsi ke berbagai daerah kedepannya.
The new airport development of Yogyakarta Special Region has been a highlited issue since years ago. The existing Adisutjipto Airport in north part of the region is considered not feasible to accommodate the emerging number of visitors and the minim possibility to expand its site. Kulon Progo Regency as a less populated and less developed area in the west side of the region was chosen to be the new home for the airport. As far as it goes there has been enormous type of development model proposed for this airport, one of them is Aerotropolis or known as Airport City. The mentioned concept is a form of response upon the shifting term of an airport whereas nowadays airport is not only functioned as a public activity, it has evolved as a centrum of economic activity which will triggers growth of a city. In the other side, we need to consider that an economic escalation will singularly impact on the escalation of people�s movement rate thus it is needed to balance this with an integrated transport system between the airport and the destined city to prevent several disservice such as traffic congestion and urban chaos. Airport train or known as airport rail link is one of the alternative mode from the cycle of transportation system that has been widely implemented in several countries as an access to connect the airport and its surrounding cities. As the main node on the airport rail link track, the design of this airport station will attempt to integrate station�s main function along with commercial and public area as a response towards Aerotropolis concept. The station is expected to be sustainably capable of accommodating the growing interests and needs of the society, moreover on responding the high demand of social space by the time the city has transformed into denser space. In addition, as the new settlement will bring high variety of new cultures and backgrounds of the society, the station is expected to promote an element of resiliency to both represent the existing culture and preserves it thus it won�t fade in the hand of globalization. The core idea of this design is based on a case study of commercial and social elements which by vice versa support each other in a public facility. Due to that, the station will implement a seamless integration between the main function and the two supporting functions in which the movement is expected to flow continuously and activated all of the function to attain a systemically sustainable station design and will be able to create an alternative model of airport station that is adoptable in the following time.
Kata Kunci : Stasiun, Bandara, Integrasi, Area Publik, Area Komersial, Station, Airport, Integration, Commercial, Public Area