Laporkan Masalah

PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK LAWEYAN: MUNCULNYA PERUSAHAAN BATIK MAHKOTA LAWEYAN TAHUN 1956-2014

RIZAL MACHYUDIN, Arief Akhyat, M.A.

2015 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Laweyan merupakan sentra industri batik di Surakarta. Industri batik ini telah muncul sejak awal abad 20. Kala itu, usaha batik di Laweyan justru dikendalikan oleh perempuan, yang terkenal dengan sebutan mbok mase, yang berperan dalam hal pemasaran, pengelola keuangan perusahaan hingga mengembangkan usaha. Sedangkan mas nganten hanya berperan pada bidang produksi. Kemudian pada tahun 1950-an, industri batik di Laweyan kembali berjaya. Sebagian besar penduduk Laweyan bermatapencaharian sebagai pengusaha batik. Hal ini didukung dengan adanya GKBI yang meyediakan bahan baku batik dengan harga murah. Namun, situasi ini tidak bertahan lama. Pada awal 1970-an, usaha batik di Laweyan mulai surut oleh karena munculnya produk sandang murah, yaitu produk printing. Tahun 1980-an hingga 1990-an, usaha batik di Laweyan semakin memprihatinkan, banyak perusahaan batik yang terpaksa gulung tikar. Pada tahun 2004, berdiri Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), yang kemudian diresmikannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik Laweyan oleh Pemerintah Surakarta. Munculnya FPKBL membawa dampak positif pada perekonomian masyarakat Laweyan, khususnya usaha batik. Banyak perusahaan batik yang telah tutup, bangkit kembali sejak adanya FPKBL. Salah satu perusahaan tersebut ialah Batik Mahkota Laweyan, yang dulunya benama Batik Puspowijoto. Batik Puspowijoto berdiri pada tahun 1956. Seperti pengusaha batik Laweyan pada umumnya, Batik Puspowijoto menutup usahanya pada awal 1990-an, yakni karena munculnya produk printing. Dengan adanya FPKBL, Batik Mahkota Laweyan kembali membuka usahanya pada tahun 2005. Penelitian ini membahas tentang perkembangan industri batik di Laweyan secara umum, dan mengambil sample perusahaan Batik Mahkota Laweyan sebagai studi kasus penelitian. Penelitian ini mengunakan sumber primer berupa arsip pribadi milik Perusahaan Batik Mahkota Laweyan, data monografi dari Kantor Kelurahan Laweyan, dan Badan Pusat Statistik Surakarta. Kemudian, penelitian ini didukung sumber sekunder berupa buku, karya ilmiah, koran dan majalah, sumber lisan, serta sumber-sumber internet.

Laweyan is a batik industrial centre in Surakarta. This batik industries has existed since 20th century. At that time, batik business was controlled by women who known as Mbok Mase, which plays a role in terms marketing, financial management, and company's development. On the other hand, Mas Nganten merely played role in production sector. In the 1950's, batik industries at Laweyan back to glorious again. Most of population Laweyan people worked as batik entrepreneurs. It was supported by the GKBI that provided batik raw materials at low prices. Nevertheless, this situation did not long lasting. In the early 1970's, the batik business in Laweyan began to receded due to the emergence of batik printing which produced clothing at low prices. In 1980's to 1990's, batik business at laweyan was going to collapse. Many companies were bankrupt. In 2004, Kampoeng Batik Laweyan Development Forum or Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) was established and Laweyan was inaugurated as the Laweyan Batik Village by the government of Surakarta. The emergence of FPKBL has been bringing a positive impact towards the economy of the society, especially towards the batik enterprises. Many batik companies which had already collapsed started to rise again after FPKBL has established. One of those companies is Batik Mahkota Laweyan, which was well known as Batik Puspowijoto. It was established in 1956. Such as other batik entrepreuneurs at Laweyan, Batik Puspowijoto closed its business in early 1990's as a result of the emergence of printing product. It was reopened in 2005 with the help of FPKBL. This research discusses about the development of batik industrial at Laweyan in general and takes Batik Mahkota Laweyan company as a sample for research's case study. The research uses primary sources such as Batik Mahkota Laweyan's personal archive, monograph data from Laweyan District office and archive from Surakarta's Central Bureau of Statistics. It is supported by secondary sources which are books, scientific works, newspapers and magazines, oral history, and internet sources as well.

Kata Kunci : economic, Laweyan, batik, FPKBL, company, Puspowijoto, Mahkota.

  1. S1-2015-299864-abstract.pdf  
  2. S1-2015-299864-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-299864-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-299864-title.pdf