Laporkan Masalah

STUDI KOMPARATIF PENERAPAN AKUNTANSI AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH: PENDEKATAN RISET CAMPURAN

PAJARUDDIN IBRAHIM, Rusdi Akbar, M.Sc., Ph.D., CMA., Ak., CA

2015 | Tesis | S2 Akuntansi

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris terkait penerapan akuntansi akrual pada pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian ini membandingkan penerapan akuntansi akrual di Kota Semarang dan Kota Palopo.Kota Semrang telah menerapkan akuntansi akrual sedangkan Kota Palopo belum menerapkan. Terdapat tiga pertanyaan penelitian yaitu (1) Bagaimana perbandingan proses penerapan akuntansi akrual pada pemerintah Kota Palopo dan Kota Semarang? (2) Apakah teori Isomorfisma kelembagaan eksis dalam penerapan akuntansi akrual di Kota Palopo dan Kota Semarang? (3) Faktor – Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan akuntansi akrual? Metode: Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian campuran. Desain yang digunakan adalah exploratory. Pada fase kualitatif dilakukan wawancara kepada 13 orang responden yang mewakili Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kota Palopo, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan Akademisi. Analisis tematik digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada Fase Kuantitatif dilakukan penyebaran kuisioner kepada 124 pengelola keuangan di Kota Semarang dan Kota Palopo. Kusioner dibuat berdasarkan hasil wawancara. Hasil dari fase kuantitatif dianalisis dengan menggunakan Exploratory Factor Analysis untuk menentukan factor-faktor yang mempengaruhi akuntansi akrual. Temuan: Proses penerapan akuntansi akrual di Kota Semarang jauh lebih baik dibandingkan dengan penerapan akuntansi akrual di Kota Palopo. Kemauan berinovasi menjadi kunci kesuksesan Kota Semarang. Kota Palopo terjebak pada fenomena prokrastinasi. Fenomena prokrastinasi juga terajadi pada kebanyakan pemerintah daerah di Indonesia. Mekanisme koersif, mimetik dan normatif eksis pada penerapan akuntansi akrual di Kota Semarang dan Kota Palopo. Kota Palopo cenderung kearah koersif dan mimetik sedangkan Kota Semarang kearah mimetik dan normatif. Berdasarkan hasil analisis faktor, berhasill diidentifikasikan atau ditemukan ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penerapan akuntansi akrual yaitu: Faktor aturan, menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 31,23%. Faktor sumber daya manusia, menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 12,037% Faktor komitmen pimpinan, menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 10,34%. Faktor strategi implementasi, menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 9,24% Faktor karakteristik organisasi, menjelaskan seluruh variasi seluruh item yang ada sebesar 7,854%. Jadi secara kumulatif, variasi seluruh item yang ada mampu dijelaskan oleh kelima faktor adalah sebesar 70,706 persen, sisanya sebesar 29,294 persen dijelaskan oleh faktor lainnya di luar dari kelima faktor tersebut.

PURPOSE: This paper aims to obtain empirical evidence about implementation of accrual accounting in Indonesian local government (ILG). This study compares Semarang City and Palopo City. Semarang city has implemented accrual accounting while Palopo city not yet implemented accrual accounting. There are three research questions: (1) How is the comparison the process of implementation of accrual accounting in Palopo City and Semarang City? (2) Does the institutional isomorphism exist in the implementation accrual accounting Palopo City and Semarang City? (3) factors - factors that influence implementation of accrual accounting? METHOD: This study used mixed method that is a combination of the qualitative methods and quantitative methods with sequential exploratory strategy. In the qualitative phase, interviews were conducted to 13 respondents that represent Semarang City, Palopo City, Government Accounting Standards Committee (KSAP) and Academician. Qualitative analysis using data reduction, presentation, verification/conclusion and completed by thematic analysis. Quantitative Phase conducted by distributing questionnaires to 124 financial operators in Semarang City and Palopo City. Questionnaire was made based on interviews in the qualitative phase. Questionnaires were analyzed using Exploratory Factor Analysis (EFA) to answer research question no 3. RESULT: The process of implementation of accrual accounting in Semarang City is much better than the implementation of accrual accounting in Palopo City. Willingness to innovate becomes key to the success Semarang City. Palopo City stuck in procrastination phenomenon. Procrastination phenomenon also occurs in most ILG. All of institutional isomorphism Mechanism exist on the implementation of accrual accounting in Semarang City and Palopo City. Semarang City tend towards mimetic and normative while Palopo City tend toward coercive and mimetic. Based on the results of the factor analysis, succeed to be identified or found there are five (5) factors that affect the implementation of accrual accounting. First, regulation factor, that contributed to 31,23 percent of explanation of variation of overall items. Second, human resources factor, which explained for 12,037 percent. Third, leadership commitment factor, that contributed for 10,34 percent. Fourth, implementation strategy factor, that contributed for 9,24 percent. The last, organizational characteristics factor, which shared for 7.854 percent for the overall items. In cumulative, 70,706 percent of the variation of all items were possible explained by the EFA instrument. The 29,294 percent remined will be search from outside of the five mentioned factors.

Kata Kunci : Akuntansi Akrual, Isomorfisma Kelembagaan, Riset Campuran, Analisis Tematik, Exploratory Factor Analysis

  1. S2-2015-371239-abstract.pdf  
  2. S2-2015-371239-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-371239-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-371239-title.pdf