Perbandingan Kekerasan dalam Strategi Gerakan Front Pembela Islam dan Majelis Mujahidin Indonesia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
P.A NARA INDRA P.S, Prof. Dr. Mohtar Mas'oed, MA
2015 | Tesis | S2 Ketahanan NasionalFront Pembela Islam (FPI) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) merupakan dua organisasi masyarakat yang tidak ragu memperjuangkan identitas Islam di ruang-ruang yang disediakan oleh demokrasi Indonesia paska-Reformasi 1998. Perjuangan dalam menegakkan sekaligus mempertahankan nilai-nilai keislaman tersebut seringkali berujung pada tindak kekerasan yang dilakukan oleh kedua organisasi ini. Unsur kekerasan kerap dilekatkan sebagai karakter dua organisasi ini. Unsur penggunaan kekerasan ini kerapkali menggiring opini publik untuk menyamakan seluruh organisasi Islam di negara ini dengan berbagai cap negatif seperti "gerakan radikal", "gerakan fundamentalis", bahkan "teroris". Cap negatif ini sebenarnya sangat menyesatkan karena organisasi-organisasi ini pada dasarnya memiliki perbedaan yang sangat besar. Kekerasan hanyalah menjadi salah satu pilihan dari sekian banyak strategi gerakan yang mereka jalankan. Penelitian ini bermaksud untuk membandingkan strategi gerakan MMI dan FPI di Yogyakarta. Kedua organisasi ini dianggap memiliki kecenderungan strategi gerakan yang berbeda satu sama lain. Salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa FPI kerap mengedepankan kekerasan sebagai bagian dalam strategi gerakannya, sementara MMI lebih memilih untuk berjuang melalui cara-cara yang demokratis. Kedua organisasi ini sama-sama menggunakan Islam sebagai simbol perekat gerakan, meskipun keduanya mengkonstruksi Islam dengan cara yang berbeda untuk membangun strategi gerakannya.
Islamic Defenders Front (FPI) and the Indonesian Mujahidin Council (MMI) is an organization of two people who does not hesitate to fight for an Islamic identity in the spaces provided by the Indonesian democratic post-1998 reform while keeping the struggle to uphold Islamic values that often lead to acts of violence perpetrated by both organizations. The element of violence is often embedded as the character of these two organizations. This element of the use of force often lead public opinion to lump all Islamic organizations in this country with a variety of negative label like "radical movements", "fundamentalist movement", even "terrorists". Negative stamp is actually very misleading because these organizations basically have a very big difference. Violence is one choice of many strategies movement they run. This study intends to compare the movement strategy MMI and FPI in Yogyakarta. Both organizations are considered to have a tendency movement strategies are different from each other. One of the main findings of this study is that the FPI violence is often put forward as part of the strategy of the movement, while the MMI prefer to struggle through democratic means. Both organizations use the same adhesive Islam as a symbol of the movement, though both constructs Islam in different ways to build a movement strategy.
Kata Kunci : Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, Kekerasan, Strategi Gerakan, Vigilantisme.