WORLDVIEW AND SOCIO-RELIGIOUS DISCOURSE IN GAMELAN MAKING PROCESS: A CASE STUDY OF GAMELAN MASTERS IN WIRUN VILLAGE, SUKOHARJO
ANDRI HANDAYANI, Kelli Swazey, Ph.D
2015 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaTesis ini membahas tentang pandangan dunia dan diskursus sosial-religius terkait dengan proses pembuatan gamelan dengan menggunakan pendekatan etnografi: metode wawancara dan pengamatan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret 2013 sampai dengan April 2015. Dalam periode ini, peneliti mewawancarai 6 dari 10 ahli pembuat gamelan di desa Wirun, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan melaksanakan pengamatan berpartisipasi untuk mengumpulkan data spesifik sebagai data primer, dan untuk mendukung data sebagai data sekunder, penulis mengumpulkan data dari ilmuwan terkait dengan topik yang dibahas. Penelitian ini menemukan bahwa ahli pembuat gamelan memiliki pandangan dunia mereka sendiri dalam membuat gamelan. Pembuatan gamelan tidak hanya menempa bahan menjadi alat musik. Bagi para ahli pembuat gamelan, ada ritual pembuat gamelan meskipun setiap ahli pembuat gamelan mempunyai pandangan tersendiri dalam melaksanakan ritual tersebut. Ritual- ritual tersebut meliputi Slametan Gongso Ageng, berpuasa, tidak tidur semalaman (begadang) dan menghindari berhubungan seksual di malam sebelum pembuatan gamelan. Pelaksanaan ritual bertujuan untuk meminta berkah dari Tuhan untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembuatan gamelan. Lebih lanjut, keputusan untuk melaksanakan ritual dipengaruhi oleh pandangan dunia mereka, perubahan sosio-religius dan ekonomi di lingkungan sekitar. Para ahli pembuat gamelan mempunyai beberapa strategi seperti purifikasi, negosiasi dan komersialisasi untuk beradaptasi dengan perubahan- perubahan tersebut. Purifikasi berarti ahli pembuat gamelan berusaha memurnikan prinsip mereka dari faktor luar. Ada dua jenis purifikasi yang dilakukan oleh ahli pembuat gamelan; purifikasi kepercayaan Kejawen dan purifikasi ajaran Agama Islam. Disamping itu, negosiasi adalah cara ahli pembuat gamelan untuk mempersepsikan pandangan religuius mereka dan kepercaan Kejawen secara fleksibel. Sedangkan, komersialisasi dipilih oleh para ahli pembuat gamelan yang hanya melihat gamelan sebagai komoditas industri dan menempatkan pasar sebagai prioritas tanpa mempertimbangkan nilai- nilai religius dalam membuat gamelan. Strategi- strategi tersebut berfungsi untuk menjaga keberadaan mereka sebagai ahli pembuat gamelan. Pada akhirnya, pandangan dunia para ahli pembuat gamelan masih ada dan berproses ditengah diskursus sosio-religius dan ekonomis di dalam lingkungan mereka.
The thesis discusses the worldview and the socio-religious discourse related to the gamelan making process by using ethnographic approach: interview and observation methods in research. The research was conducted from March 2013 until April 2015. In this period, the researcher interviewed 6 of the 10 gamelan masters in Wirun village, Sukoharjo District, Central Java and conducted participant observation to collect primary data. This research finds that gamelan masters have their own worldview that defines the meaning of making gamelan. Making instruments for a gamelan orchestra is not only forging material to become music. For gamelan masters, there are rituals for making gamelan, although each individual craftsman has their own view on performing the rituals. The rituals include Gongso Ageng slametan, fasting, staying up at night and avoiding sexual intercourse the night before making gamelan. Performing rituals aims to ask for blessings from God to achieve a successful gamelan making process. Furthermore, the decision to perform rituals is influenced by their worldview, as well as socio-religious and economic changes in the village. Gamelan masters use strategies such as purification, negotiation and commercialization to adapt to changes in Wirun village such as religious perspective of the villagers, industrialization and market pressure. Purification means that gamelan masters attempt to purify their religious principle from other external influence. There are two types of purification conducted by gamelan masters; purification of Javanese belief and purification of Islamic teachings. Meanwhile, negotiation is a way for gamelan masters to perceive their religious perspective and Javanese traditions flexibly. Whereas, commercialization is chosen by gamelan masters who only see gamelan as an industrial commodity and who prioritize the market value without considering religious values in making the gamelan. These strategies function to allow gamelan masters to maintain their identity as gamelan craftsmen. Eventually, the worldview of gamelan masters still exists and is shifting amidst changes in the socio-economic and religious discourses in their environment, especially in Wirun village.
Kata Kunci : worldview, ritual, negotiation, purification, commercialization