Kajian Ekonomi Teknik Pabrik Konversi Minyak Nabati Menjadi Biojet di Indonesia

VICKY KURNIA SARI, Ir. Supranto, M.Sc., Ph.D.; Dr. -Ing. Ir. Kusnanto

2015 | Tesis | S2 TEKNIK SISTEM

Pertumbuhan industri penerbangan nasional berindikasi pada peningkatan kebutuhan bahan bakar jet. Cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis sehingga diperlukan sumber energi terbarukan untuk menjamin pasokan bahan bakar penerbangan dan sekaligus menciptakan penerbangan rendah emisi. Tiga kandidat raw material potensi produksi biojet di antaranya CPO, CPKO dan VCO. Kandidat tersebut akan dievaluasi secara teknis dan ekonomi untuk memperoleh raw material terbaik melalui metode grid analysis yang selanjutnya raw material terbaik akan dievaluasi kelayakan tekno ekonomi. Dengan menggunakan proses UOP (hydroprocessed ester and fatty acid, HEFA), konversi minyak nabati menjadi produk biohidrokarbon disimulasikan menggunakan program ASPEN Plus. Hasil grid analysis menunjukkan CPO berada pada urutan pertama dari 3 kandidat raw material. Analisis lokasi pabrik yang dipilih berada di Kalimantan Timur dengan penentuan kapasitas pabrik berdasarkan demand yakni 5% biojet dari kebutuhan avtur tahun 2020 dan supply CPO sangat mencukupi kebutuhan pabrik yang hanya 744 ribu ton/tahun. Hasil analisis teknologi proses melalui ASPEN menunjukkan beberapa sifat propertis biojet berbahan baku CPO memenuhi standar ASTM 7655 pada titik didih, kandungan energi, titik nyala dan titik alir bahan bakar. Hasil analisis finansial menunjukkan dengan kapasitas produksi biojet 0,31 juta kilo liter/tahun diperoleh ROI setelah pajak 4%, POT setelah pajak 12 tahun, BEP pada kapasitas 77%, SDP pada kapasitas 52%, NPV pada 20 tahun sebesar US$ 93.334.861, DCFROR sebesar 24% dengan harga produksi sebesar US$ 1,51/liter pada harga jual minimum biojet sebesar US$ 1,59/liter. Dalam analisis finansial, harga biojet tidak menarik selama keberadaan avtur masih mendominasi. Permintaan biojet akan tinggi dan harga biojet akan kompetitif ketika harga minyak bumi sebesar US$ 252,82/barrel dengan harga aktual avtur US$ 331,85/barrel. Mengimbangi kondisi industri penerbangan saat ini terkait implementasi pendirian pabrik biojet di Indonesia maka pemerintah perlu memberi dukungan kepada produsen biojet berupa subsidi berkisar antara US$ 0,50 sampai 0,80/liter biojet.

The growth of the national aviation industry indicated on increasing jet fuel needs. Indonesia has oil reserves are running low so we need renewable energy resources to ensure the supply of aviation fuel and create flight that low carbon emissions. Three candidates raw material production potensial biojet are CPO, CPKO and VCO. These candidates will be evaluated technically and economically to obtain the best raw material through the method analysis grid hereinafter the best raw material will be evaluated feasibility of techno economic. By using the UOP process (hydroprocessed esters and fatty acids, HEFA), the conversion of vegetable oils into products biohidrokarbon simulated using ASPEN Plus program. Results grid analysis showed CPO were at first of the three candidate raw material. Analysis of selected plant locations in East Kalimantan with the determination of plant capacity based on demand is 5% biojet of aviation fuel needs by 2020 and supply is sufficient CPO factory needs only 744 thousand tons/year. Results of the analysis of process technology through ASPEN shows some properties biojet properties of the raw material of CPO, meet ASTM standard 7655 at the boiling point, energy content, flash point and pour point. Results of financial analysis showed the biojet production capacity of 0.31 million kiloliters/year gained 4% ROI after tax, after tax POT 12 years, BEP at 77% capacity, SDP at 52% capacity, NPV at 20 years of US $ 93,334. 861, DCFROR by 24% with the production price of US $ 1.51/liter on biojet minimum selling price of US$ 1.59/liter. In financial analysis, biojet unattractive prices for jet fuel are still dominating presence. Biojet demand will be high and the price will be competitive biojet when the price of oil at US$ 252.82/barrel and an actual jet fuel price of US$ 331.85/barrel. Offset the current condition of the airline industry regarding the implementation of the establishment of biojet factory in Indonesia, the government needs to provide support to producers in the form of subsidies biojet range from US$ 0.50 to 0.80/liter biojet.

Kata Kunci : biojet, CPO-CPKO-VCO, techno-economic