Laporkan Masalah

HAKIKAT MAKYO MENURUT SHUNRYU SUZUKI DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT MANUSIA JIDDU KRISHNAMURTI: KONTRIBUSINYA BAGI PROSES PENULISAN KREATIF SASTRA DI INDONESIA

SETIAWAN, DRS.,M.HUM., Prof. Dr. Lasiyo, MA., M.M.

2015 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Penelitian ini berjudul, Hakikat Makyo menurut Shunryu dalam Perspektif Filsafat Manusia Jiddu Krishnamurti: Kontribusinya bagi Proses Penulisan Kreatif Sastra di Indonesia. Masalah makyo dilihat dari filsafat manusia berhubungan dengan lima jenis indra, emosi dan pikiran. Manusia yang memahami paradigma makyo akan mudah bergerak secara horisontal dan vertikal, secara imanen dan transenden. Tujuan penelitian ini adalah 1) menemukan makna makyo menurut Shunryu Suzuki baik dalam pemikiran, sikap dan tindakan, 2) menemukan hakikat makyo dalam perspektif filsafat manusia, secara teoritis dan praktis dalam kehidupan manusia, 3) merefleksikan secara estetis hakikat makyo versi Shunryu Suzuki dalam konteks dunia penulisan kreatif sastra di Indonesia. Analisis data menggunakan unsur-unsur metodis: 1) unsur historis, unsur ini digunakan untuk mengetahui secara historis latar belakang kehidupan Shunryu Suzuki dan melihat konteks pandangannya dalam pemikiran Zen dan makyo, 2) unsur interpretasi, unsur ini dilakukan untuk mengungkap dan menggali makna/inti pemikiran Shunryu Suzuki secara objektif, 3) unsur heuristik, unsur ini dipakai untuk penemuan perspekti baru, dengan mengemukakan relevansi pandangan Shunryu Suzuki bagi kajian proses penulisan kreatif dalam dunia sastra di Indonesia. Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: 1) Suzuki membedakan tiga kesadaran meditatif: a) kesadaran meditatif saat setelah meditasi, b) kesadaran meditatif di dalam sistem yang sederhana seperti membuat teh, c) kesadaran meditatif di dalam sistem yang komplek seperti sistem budaya; 2) Suzuki menggunakan banyak perlambang, yang mempunyai nilai penyampaian efektif. Misalnya, simbol burung terbang untuk menyiratkan dua aspek organisme yaitu yang terlihat dan yang tak terlihat, simbol katakuntuk menyiratkan shikantaza, yaitu metode hanya duduk (bermeditasi). Suzuki memakai simbol movie untuk mewakili objek-objek yang hadir dalam kehidupan sehari-hari, baik secara realita empiris maupun secara intelektual. Kata movie berhubungan dengan aspek indra mata dan telinga, dua organ ini berhubungan dengan jenis makyo yang banyak muncul daripada yang berhubungan dengan indra hidung, lidah, dan kulit. 3) Pencerahan kecil sering dilupakan karena manusia mengejar pencerahan besar (kensho). Suzuki secara langsung/tidak langsung mengingatkan keadaan ini. 4) Suzuki masih membawa atribut kejepangannya selama tinggal di Amerika, meskipun yang dibawanya adalah amanah universal. Penghargaan orang Jepang terhadap tradisinya memang tinggi. Meditasi yang dilakukan penyair WS Rendra dan novelis Budi Darma, menggunakan metode tanya jawab. WS Rendra melakukannya dalam meditasi formal dan informal. Budi Darma melakukannya dalam meditasi informal. Keduanya juga dikuasai energi yang membawanya untuk segera mengekspresikan sesuatu kepada bentuk tulisan yang sesuai saat itu.

The title of this dissertation is The Essence of Shunryu Suzuki's Makyoin the Perspective of JidduKhrisnamurti's Human Philosophy: Its Contribution to Creative Writing in Indonesia Literature.The essence of makyo in the perspective of anthropological philosophy is closely related to five senses, emotion and mind. People who comprehend the paradigm of makyo easily move horizontally, vertically as well as immanently and transcendently.The aims of this research are: 1) to describe the meaning of Shunryu Suzuki's makyoin thoughts, behaviors and attitudes, 2) to describe and evaluate makyo in the perspective of anthropological philosophy theoretically and practically in human life, 3) to aesthetically reflect the meaning of Shunryu Suzuki's makyoin the context of creative writing in Indonesia. This research uses three methods of analysing the data 1) historical method, this method is used to find out the life background of Shunryu Suzuki and find out his perspectives in the thoughts of zen and makyo, 2) interpretation method, this method is used to reveal the meaning of Shunryu's thoughts objectively, 3) heuristic method, this method is used to find out new perspectives, by elaborating the relevant thoughts of Shunryu Suzuki to the study of creative writing in Indonesian literature. The results of the research can be elaborated as the followings: 1) Suzuki distinguished meditative consciousness into three: a) meditative consciousness just after the meditation, b) meditative consciousness in the simple system such as making a tea, and c) meditative consciousness in a more complex system such as cultural system, 2) Suzuki used many symbols which have effective value of delivering. For example, flying bird symbolized two aspects of organism, the visible and invisible ones. Frog symbolized shikantaza, a sit-only method of meditation. Suzuki used movie symbol to represent the daily objects empirically and intellectually. The word movie is related to eye and ear. These senses are related to the makyo of eye and ear, 3) small enlightenment is often forgotten since human pursues greater enlightenment (kensho). Suzuki directly/indirectly reminded this, 4) Suzuki still brought his being Japanese during his stay in America even though he brought a universal message. Japanese highly appreciate his tradition.Indonesian poet, the late W.S. Rendra and Indonesian writer, Budi Darma meditate by using question-answer method. The late W.S. Rendra did it in his formal and informal meditation. While, Budi Darma did it in informal meditation. Both are possessed by the energy that bring them to immediately express thought and expression in the form of writing.

Kata Kunci : makyo, filsafat manusia, penulisan kreatif sastra