FAKTOR-FAKTOR DAYA SAING DESTINASI PARIWISATA REGIONAL BERBASIS TIPE WISATAWAN (Kasus: Sumatera Utara)

EMRIZAL, S.SOS., MT, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti,M.Arch., Ph.D.

2015 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Daya saing destinasi merupakan faktor penting yang secara positif berpengaruh terhadap pertumbuhan kunjungan(market share) dan pengeluaran wisatawan. Penelitian iniberfokus pada relasi antara tipologi psychographic wisatawan dengan sepuluh faktor daya saing destinasi pariwisata regional yang diadaptasi dari faktor daya saing model World Economic Forum (WEF). Teknik Delphi dan metode survei digunakan dalam riset ini. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Teradaptasinya faktor-faktor daya saing destinasi pariwisata regional (provinsi) berbasis demand; (2) Diperolehnya informasi tentang perbedaan urutan prioritas faktor-faktor daya saing destinasi pariwisata regional dipandang dari tiap tipe wisatawan; (3) Ditemukannya hubungan tipologi wisatawan dengan faktor-faktor daya saing destinasi. Temuan yang dihasilkan adalah: (1) Sepuluh peringkat teratas faktor daya saing destinasi pariwisata regional berbasis demand terdiri dari (a) citra baik destinasi (image); (b) daya tarik alam; (c) daya tarik budaya; (d) isu keamanan di destinasi; (e) keramahan penduduk; (f) akses ke destinasi; (g) harga; (h) pelayanan; (i) keragaman pilihan aktivitas, dan (j) sustainabilitas lingkungan. (2) Urutan prioritas faktor-faktor daya saing destinasi adalah berbeda antara enam tipe wisatawan. Namun, terdapat kemiripan prioritas antara tipe psychocentric dengan near psycho, antara tipe mid-psycho dengan mid-allo, serta antara tipe near-allo dengan tipe allocentric. (3) Hubungan tipologi wisatawan (kontinum psychocentric - allocentric) dengan faktor- faktor daya saing destinasi ditunjukkan melalui empat pola yaitu: menurun, mendaki, mendatar dan melengkung, dengan rincian : (a) Pada pola menurun terdapat tiga faktor yaitu image, aksessibilitas dan isu keamanan destinasi, yang berarti bahwa semakin allocentric seorang wisatawan, maka semakin rendah respon mereka terhadap nilai penting ke tiga faktor tersebut; (b) Pada pola mendaki (naik) terdapat empat faktor yaitu budaya (culture), keragaman aktivitas (mix of activities), keramahan penduduk (friendlyness of local people) dan sustainabilitas lingkungan (environmental sustainability), yang berarti bahwa semakin allocentric seorang wisatawan, maka semakin tinggi respon mereka terhadap pentingnya ketiga faktor tersebut. (c) Pada pola mendatar terdapat dua faktor yaitu alam (nature) dan harga (cost), yang berarti bahwa semua tipe wisatawan memandang setiap faktor memiliki nilai penting yang relatif sama. Nilai penting daya tarik alam adalah relatif sama untuk semua tipe wisatawan, demikian juga halnya dengan nilai penting harga; (d) Pada pola melengkung terdapat satu faktor yaitu kualitas pelayanan (quality of service) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang tinggi lebih diinginkan oleh kelompok mid-centric (mid psycho dan mid-allo), utamanya untuk mereka yang berada dalam rentang umur 35 - 54 tahun. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap temuan di atas, penelitian ini menyimpulkan bahwa daya saing destinasi pariwisata tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor berbasis supply tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi permintaan (demand condition) dari wisatawan. Prioritas terhadap faktor-faktor daya saing destinasi pariwisata regional adalah bervariasi antar tipe psychographic wisatawan. Tipe psychocentric cendrung lebih mengutamakan faktor citra baik destinasi (image), keamanan, alam, aksesibilitas dan biaya, sedangkan tipe allocentric lebih cendrung memberi prioritas pada budaya, alam, keragaman pilihan aktivitas, masyarakat lokal dan lingkungan. Namun demikian, faktor alam dan biaya perjalanan (cost) dinilai sama-sama penting (setara) oleh semua tipe wisatawan.Dilihat berdasarkan pola hubungannya, disimpulkan bahwa terdapat relasi dinamis antara tipologi wisatawan dengan faktor-faktor daya saing destinasi pariwisata regional. Sumatera Utara saat ini lebih kompetitif terhadap pasar kelompok pro- allocentric.

Competitiveness of tourism destinations is a crucial factor that positively influences the growth of market share and tourist expenses. This study is focused on the relationship between tourist psychographic typology and ten competitiveness factors of regional tourist destination which adapted from the competitiveness factors of the World Economic Forum (WEF) model. Delphi technique and survey method are used in this reseach. This study aims to (1) Adapt the competitiveness factors of WEF model into competitiveness factors of regional tourist destination (province) from demand perspective; (2) Obtain information about the priority order of competitiveness factors of regional tourist destination from the perspective of tourist psychographic type; (3) Find the relationship of tourist psychographic typology and factors of destination competitiveness. The results of study are summarized as follows: (1) Top ten competitiveness factors of regional tourist destination based on demand perspective are (a) image of the destination; (b) natural attraction; (c) cultural attractiveness; (d) security issue of the destination; (e) local hospitality; (f) access to the destination; (g) prices; (h) services; (i) mix of activities, and (j) environmental sustainability. (2) The priority order of destination competitiveness factors is varied among the six types of tourist. However, there are similarities of priority between psychocentric and near psycho, between mid-psycho and mid-allo, and between near-allo and allocentric type. (3) The correlation between tourist typology (continuum psychocentric - allocentric) and competitiveness factors is shown through four patterns: decrease, increase, flat and curved, with details as follows: (a) On the decrease pattern, there are three factors namely image, accessibility and security issues, which means that the more allocentric a tourist, the lower its response to the importance of the three factors; (b) On the increase pattern, there are four factors namely culture, mix of activities, local hospitality, and environmental sustainability, which means that the more allocentric a tourist, the higher its response towards the importance of these four factors; (c) On the horizontal pattern (flat), there are found two factors, namely natural attraction and price (cost), which means that all types of tourist (in the continuum psychocentric - allocentric) consider that each factor is important. The importance of natural attraction is relatively similar for all types of tourist, as well as the importance of the price; (d) On a curved pattern, there is one factor namely quality of service, which suggests that the excellent service quality is mainly desired by mid-centric group of tourist (mid psycho and mid-allo), especially for those who are in the age range of 35 - 54 years old. This study concluded that the competitiveness of tourism destination is not only determined by supply-based factors but also affected by demand conditions (tourist typology). The orders of priorities are varied among psychographic type of tourists. Psychocentric type tends to prioritize the image of a destination, security, natural attraction, accessibility and cost; while allocentric type tends to give priority to culture, nature, mix of activities, local communities and the environment. However, natural factors and costs are equally important for all tourist types. Based on these patterns, it can be stated that there is a dynamic relationship between psychographic type of tourist and demand-based factor of destination competitiveness. Nowadays, North Sumatra is more competitive to pro-allocentric market.

Kata Kunci : Faktor daya saing destinasi pariwisata regional, tipologi psychographic, Sumatera Utara.