Interpreting Violence in Religious Story: An Intertextual Analysis on the Story of Habil-Qabil in Contemporary Indonesian Literature
MUHTADI, MA, Prof. Dr. E. Gerrit Singgih, Ph.D.; Dr. Sahiron Syamsuddin M.Phil.
2014 | Disertasi | S3 ILMU AGAMA DAN LINTAS BUDAYAIntisari Disertasi ini meneliti kisah Habil-Qabil sebagai cerita agama populer tentang kekerasan dalam literatur Indonesia kontemporer. Buku-buku populer yang menceritakan kisah Habil-Qabil dipilih secara acak sebagai objek penelitian berdasarkan ketersediaan dan kemudahan didapat di pasaran. Kisah tersebut diasumsikan telah melalui beberapa tahap interpretasi, dan dilihat sebagai alat budaya, dalam penyampaian ajaran-ajaran agama mengenai wacana kekerasan. Tujuan penelitian ini adalah menemukan elemen-elemen budaya agama yang membentuk pandangan masyarakat Muslim terhadap kekerasan berdasarkan kajian terhadap kisah Habil-Qabil. Elemen-elemen ini diperiksa secara teliti dalam tiga wilayah teks: wilayah narasi, wilayah intertekstual, dan wilayah budaya agama. Di wilayah narasi, kisah Habil-Qabil didekati melalui analisis Kritis Naratif sebagai metode pertama untuk menemukan gambaran populer tentang kekerasan. Metode kedua adalah intertekstualitas yang digunakan untuk menelaah kisah tersebut melalui keterkaitan antar kisah yang sama dalam literatur Muslim dan literatur Yahudi-Kristen. Metode intertekstual ini ditujukan untuk mengungkap mosaik (kepingan-kepingan) makna tentang kekerasan dari berbagai narasi cerita. Ingatan kultural digunakan sebagai metode ketiga penelahaan kisah Habil-Qabil dalam wilayah kultural dengan tujuan untuk menyingkap elemen elemen budaya agama yang dinamis tentang kekerasan menurut sudut pandang masyarakat Muslim. Penelitian ini berhasil menemukan bahwa makna kekerasan terus bergerak membentuk rangkaian hubungan yang kompleks. Dari ketiga metode pembacaan terhadap kisah di atas ditemukan bahwa pandangan populer masyarakat Muslim tentang kekerasan terkait dengan persekongkolan iblis. Literatur Indonesia kontemporer menunjukkan bahwa kekerasan itu jahat karena terkait dengan iblis/setan. Temuan-temuan lain dari penelitian ini menunjukkan adanya dinamika konstruksi budaya agama terhadap makna kekerasan yang terkait dengan isu-isu teologis, penyakit moral, dan perspektif hukum-sosial (fiqh).
This dissertation examines popular religious story of Habil-Qabil in contemporary Indonesian literature. Popular books of the story were chosen randomly as the object of research based on their availability and accessibility. The story is assumed to have passed through several levels of interpretation, and it is seen as a cultural device in delivering religious teachings on the discourse of violence. This research aims at discovering religious cultural elements which construct Muslims view on violence based on the reading to the story. These elements are examined in three textual domains: narrative domain, intertextual domain, and religious cultural domain. In the narrative domain, the story of Habil-Qabil is approached through critical narrative analysis as the first method to discover popular description on violence. The second method is intertextuality which analyzes the story through its interrelatedness in Muslim and Judeo-Christian literature. This method is used to discover mosaic of meanings of violence from various narrations of the story. Cultural memory as the third method observes the story in its cultural domain with the purpose of disclosing dynamic religious cultural elements of Muslims outlook on violence. This research found that the meaning of violence develops into complex relationships. From the three methods of reading to the story in contemporary Indonesian literature it is discovered that the popular Muslim insight on violence is that it is regarded as a diabolic collusion. Violence is evil because of its relation to the devil. The other findings from this research showed dynamic religious cultural construction of violence being related to theological issues, moral illnesses, and socio-legal (fiqh) perspective.
Kata Kunci : Habil-Qabil, violence, critical-narrative, intertextuality, and cultural memory