MAKNA KEBUTUHAN PALSU DALAM PERSPEKTIF TEORI KRITIS HERBERT MARCUSE DAN RELEVANSINYA BAGI MASYARAKAT INDONESIA KONTEMPORER
ANDRI FRANSISKUS G, DR. MISNAL MUNIR
2015 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPenelitian dalam tesis ini berjudul Makna Kebutuhan Palsu Dalam Perspektif Teori Kritis Herbert Marcuse dan Relevansinya Bagi Masyarakat Indonesia Kontemporer. Pemikiran Herbert Marcuse tentang kebutuhan palsu dipandang penting dan berguna karena realitas pemenuhan kebutuhan hidup amat beragam dan kompleks. Persoalan kebutuhan hidup di masa kontemporer bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan vital (makan, minum, seks) melainkan ada multiplikasi kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan menjauhkan manusia dari keutamaan diri (arete). Komoditas merayu dan menjadikan manusia sebagai masyarakat konsumen. Melalui pemikiran para kapitalis, kebutuhan-kebutuhan baru diciptakan dengan bantuan media massa dan teknologi sehingga arus produksi dan distribusi bisa menyebar ke seluruh dunia. Kebutuhan baru ciptaan itu disebut sebagai kebutuhan palsu yang kemudian menjadi persoalan pokok dalam penelitian ini karena empat hal, yakni kekuatan kaum kapitalis, rasionalitas teknologis, lumpuhnya epistemologi kritis, dan hasrat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan persoalan-persoalan pokok tentang kebutuhan palsu; (2) menjelaskan konsep tentang Teori Kritis; (3) mengungkap makna kebutuhan palsu dalam perspektif Teori Kritis Herbert Marcuse; (4) menemukan relevansi Teori Kritis Herbert Marcuse bagi masyarakat Indonesia di era kontemporer. Penelitian ini termasuk penelitian literer tentang studi pemikiran Herbert Marcuse tentang kebutuhan palsu yang diharapkan relevan bagi kehidupan masyarakat Indonesia kontemporer. Metode-metode yang relevan sebagai langkah konkret dalam penelitian ini adalah: deskripsi, induksi dan deduksi, holistika, kesinambungan historis, komparasi, interpretasi, heuristika dan refleksi peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat makna kebutuhan palsu menurut Marcuse, (1) kebutuhan palsu merupakan gejala pudarnya virtue (arete); (2) kebutuhan palsu sebagai tegangan dialektis (antara palsu dan asli); (3) kebutuhan palsu adalah negasi emansipasi; (4) kebutuhan palsu merupakan introyeksi pada hasrat kesenangan. Penelitian ini menemukan relevansi bagi masyarakat Indonesia kontemporer, yaitu: pertama, pemikiran Marcuse dapat dijadikan sebagai kritik terhadap dominasi kapitalisme. Kedua, arete sebagai landasan etis pemenuhan kebutuhan hidup. Ketiga, kebutuhan palsu bagi masyarakat mengalami perubahan menjadi bagian budaya konsumen.
This thesis is entitled: The Meaning of False Needs in Critical Theory and Relevance in Indonesian Contemporary. Herbert Marcuse's idea on false need are basicly viewed as important matter because sustainability is very complex. The sustainability is not to fulfilling vital needs (like eat, drink, and sex), But, the problem of the needs of living in the contemporary era no longer to meet the vital needs, there are multiplication of needs as unlimited and distant human from virtue (arete). Commodities seduce and make human as consumer society. The capitalists create new needs with media and technology, it makes production and distribution spread to the world. The new needs is false need and then become main problems in this thesis, the power of capitalist, rationality of technology, the end of critical epistemology, and desire of human. This thesis is aimed: (1) to describe main problems of false needs; (2) to explain concept of critical theory; (3) to discover the meaning of false need in Herbert Marcuse's critical theory perspective; (4) to find relevances Herbert Marcuse's critical theory in Indonesian contemporary. The thesis was written based on the comprehensive literature research on Herber Marcuse's ideas on false need that respected to give relevances for Indonesian contemporary. The methods applied in this thesis: description, induction and deduction, holistics, historical continuity, comparation, interpretation, heuristics dan reflection of researcher. This results of research shows that there are four meanings of the Marcuse's false needs, (1) false needs is a symptom of the end of virtue (arete); (2) the false needs as dialectical tension (false and true); (3) the false needs is the negation of emancipation; (4) false needs is the introjection of desire of pleasure. This research found relevance for Indonesian contemporary: Firstly, Marcuse's idea can be used as criticisms of capitalism domination. Secondly, is arete as the groundwork of ethical the fulfillment of a need alive. Thirdly, false needs change society become a part of consumers culture.
Kata Kunci : Kebutuhan Palsu, Teori Kritis, Kontemporer
