KAPASITAS INFILTRASI PADA POLA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA NGLANGGERAN

YUSMALINDAR EMMARASARI, Ir. Sri Astuti Soedjoko

2015 | Tugas Akhir | D3 PENGELOLAAN HUTAN SV

Siklus yang terjadi dalam hutan yang erat kaitannya dengan air yakni siklus hidrologi. Salah satu komponen siklus hidrologi yaitu infiltrasi atau peristiwa masuknya air ke dalam lapisan tanah yang merupakan proses penting dalam siklus hidrologi. Infiltrasi sangat bermanfaat bagi tumbuhan di dalam hutan karena air dapat mencapai lapisan tanah yang merupakan daerah perakaran tumbuhan. Kawasan Nglanggeran merupakan bagian dari Zona Batur Agung yang berada di bagian utara Kabupaten Gunungkidul. Pengembangannya diarahkan sebagai kawasan lindung rawan bencana, hutan lindung, dan kawasan budidaya tanaman lahan kering dan lahan basah serta kawasan perbatasan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kapasitas infiltrasi pada pola penggunaan lahan di Desa Nglanggeran. Penelitian ini dilaksanakan pada pola penggunaan lahan yang terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat double ring infiltrometer, dengan pengukuran penurunan air agar mencapai konstan. Penentuan plot pengambilan data berdasarkan pola penggunaan lahan yaitu pekarangan, tegalan, dan hutan berdasarkan kriteria vegetasi penyusunnya yaitu pekarangan dominan tanaman kehutanan, pekarangan dominan tanaman pertanian, tegalan dominan tanaman kehutanan, tegalan dominan tanaman pertanian, hutan bervegetasi rapat, dan hutan bervegetasi jarang. Hasil penelitian menunjukkan nilai kapasitas infiltrasi pada pekarangan dominan tanaman kehutanan sebesar 329,95 mm/jam, pekarangan dominan tanaman pertanian sebesar 299,94 mm/jam, tegalan dominan tanaman kehutanan sebesar 239,92 mm/jam, tegalan dominan tanaman pertanian sebesar 299,94 mm/jam, hutan bervegetasi rapat sebesar 329,94 mm/jam, dan hutan bervegetasi jarang sebesar 239,95 mm/jam. Nilai kapasitas infiltrasi tertinggi pada pekarangan dominan tanaman kehutanan, sedangkan nilai kapasitas infiltrasi terendah pada tegalan dominan tanaman kehutanan. Pada pengambilan data kapasitas infiltrasi faktor vegetasi penyusun, pengolahan lahan, dan penutupan lahan mempengaruhi nilai kapasitas infiltrasi.

Cycles that occur in forests is closely related to the water called hydrological cycle. One component of the hydrological cycle is infiltration or phenomenon of water influxion into the soil layer which is an important process in the hydrological cycle. Infiltration is very useful for plants in the forest because the water can reach the soil layer which is the plant roots. Nglanggeran area is the part of Batur Agung zone that located in the north of Gunungkidul regency. The development will be directed as a protected area of disaster-prone, protected forests, and cultivation areas of dryland plant and wetlands as well as the border areas. The purpose of this study was to determine the infiltration capacity in pattern of land uses in the Nglanggeran village. This research was conducted on the pattern of land use in the Nglanggeran village, Patuk district, Gunung Kidul regency, Yogyakarta. This research was conducted using a double ring infiltrometer, with the measurement of water decrease in order to reach a constant number. Determination of data retrieval plot is based on the pattern of land use, that is yard, moor and forest based on constituent vegetation criteria is forestry plants dominant yard, agricultural crops dominant yard, forestry crops dominant moor, agricultural crops dominant moor, tight vegetation forests and rare vegetation forests. The result shows the value of the infiltration capacity on the forestry plants dominant yard is 329,95 mm / h, agricultural crops dominant yard is 299,94 mm / h, forestry crops dominant moor is 239,92 mm / h, agricultural crops dominant moor is 299,94 mm / hour, tight vegetation forests is 329,94 mm / h, and rare vegetation forests is 239,95 mm / h. The highest value of the infiltration capacity at the forestry plants dominant yard, while the value of the lowest infiltration capacity on the forestry crops dominant moor. In the infiltration capacity data retrieval constituent vegetation factors, land management, and land cover that affect the value of infiltration capacity.

Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Vegetasi penyusun, Kapasitas Infiltrasi, Land Use, Constituent Vegetation, Infiltration Capacity