Pembentukan Komunitas untuk Mencapai Lingkungan Inklusif bagi Masyarakat Marjinal (Studi pada Komunitas Difabel Bangkit Maju Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta)
ALI BAHTIAR SIRRY, Krisdyatmiko, S.Sos, M.Si
2015 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Difabel atau di dalam frasa bahasa inggris disebut sebagai difable, merupakan akronim dari tiga kata bahasa inggris, yaitu different, ability, dan people. Orang yang dijuluki sebagai difabel adalah mereka yang memiliki ketidaksempurnaan fisik. Sayangnya, masih banyak golongan masyarakat yang meremehkan eksistensi dari kaum difabel dengan kekurangan fisik yang mereka miliki. Padahal, jumlah difabel tidak bisa diremehkan. Berdasarkan data dari People with Disabilities (PWD), terdapat sekitar 1 miliar orang difabel, atau sekitar 15% populasi dunia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 35.264 yang tidak semuanya memiliki pekerjaan layak. Meskipun terdapat beberapa pelatihan yang menarget kaum difabel, pelatihan-pelatihan ini tidak terlalu mampu memberdayakan kaum difabel karena sifatnya yang secara umum hanya sementara dan tidak berkelanjutan. Salah satu model pemberdayaan baru yang berpotensi mampu membuat kaum difabel mandiri dapat dilihat pada sebuah sistem komunitas. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengkaji peran komunitas difabel yang berlokasi di Desa Sidomulyo, bernama Bangkit Maju, yang telah beranggotakan puluhan orang difabel. Komunitas ini dibangun dengan tujuan untuk membentuk lingkungan yang ramah difabel di wilayah tersebut melalui produktifitas ekonomi. Dalam proses penelitian, beberapa informan yang peneliti wawancara adalah warga Desa Sidomulyo, pemerintah desa, Komunitas Bangkit Maju, forum ramah difabel Desa Sidomulyo, dan beberapa LSM. Peneliti juga menggunakan teknik observasi dalam proses penelitian, sehingga dapat menemukan jawaban yang relevan seuai dengan rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Dalam proses penelitian, peneliti mengamati semua fakta yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai peran komunitas difabel Bangkit Maju terhadap proses pembentukan lingkungan inklusif di Desa Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta. Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang telah didapat, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Goran Therborn terkait tahapan dalam pembentukan lingkungan inklusif dan Community Building Cycle oleh Disability Services Community Building Program, Victorian Government Department of Human Services mengenai proses mengorganisir diri yang dilakukan oleh komunitas. Peneliti menemukan fakta bahwa dalam proses membentuk lingkungan inklusif di Desa Sidomulyo, Komunitas Bangkit Maju tidak bekerja sendiri, melainkan juga dibantu dengan peran stakeholder lain yaitu LSM Karinakas, forum difabel Desa Sidomulyo, serta pemerintah desa.
Difabel or in English phrase is called as difable, is an acronym for three words, which are different, ability, and people. People that called as disabled are those who have physical impairment. Unfortunately, there are many part of societies that underestimate the existence of disabled people with their physical impairment. Whereas, the amount of disabled people cannot be underestimated. Based on the data from People with Disabilities, there are 1 billion disabled people, or around 15% world population. In Special Region of Yogyakarta, there are 35.264 which not all of them have decent work. Even though there are some trainings that target disabled people, unfortunately those trainings cannot empower disabled people because its characteristic that only temporary and not sustainable. One of new empowerment model that potentially able to make disabled people become independent is in the community system. Therefore, this research aims to reviewing the role of disabled community that located in Sidomulyo Village, named Bangkit Maju, which have dozens of disabled members. This community stand for making inclusive societies for disabled people through economy productivity. In the research process, some informants that researcher interviewed are Sidomulyo Village people, local government, Bangkit Maju community, disabled friendly forum of Sidomulyo Village, and some NGOs. Researcher also use observation technique within research process, in order to find the answers that relevant to research questions. This research use qualitative method with descriptive analysis approach. In the research process, researcher observe all facts in the filed in order to get clear depiction about disabled community Bangkit Maju role toward the process of forming inclusive societies in Sidomulyo Village, Bantul, Yogyakarta. To ease analyse the data that have been gotten, researcher use theory from Goran Therborn about the step to forming inclusive societies and Community Building Cycle by Disabilities Services Community Building Program, Victorian Government Department of Human Services about self-organizing process that being conducted by the community. Researcher find fact that in the process to form inclusive environment in Sidomulyo Village, Bangkit Maju community cannot do it alone, but need to be helped by other stakeholders, like LSM Karinakas, disabled forum Sidomulyo Village, and local government.
Kata Kunci : Komunitas,difabel,marjinal,inklusif.