INTERPRETASI CITRA LANSAT UNTUK PENENTUAN SUB BENTUK LAHAN DAN TANAH YANG TERBENTUK SERTA PRODUKTIVITASNYA DI KECAMATAN TEPUS DAN GIRISUBO, GUNUNGKIDUL

TAUFIK YOGA UTAMA, Ir. Anjal Anie Asmara, M.Si.; Ir. Susilo; Dr. Ir. Benito Heru Purwanto, M.P., M.Agr.

2015 | Skripsi | S1 ILMU TANAH

Bentuk lahan karst memiliki beragam potensi. Potensi tersebut dapat berupa sumber daya alam, pertanian dan wisata. Bentuk lahan karst memiliki beberapa sub bentuk lahan dengan tingkat produktivitas lahan yang berbeda. Bentukan lahan karst yang berbukit dan teratur menyebabkan kegiatan ground survey membutuhkan banyak tenaga dan biaya. Dewasa ini, citra satelit yang merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh (inderaja) sering dimanfaatkan manusia dalam berbagai bidang. Zonasi sub bentuk lahan karst yang memanfaatkan citra satelit dapat mengurangi biaya dan tenaga untuk kegiatan survey lapangan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tepus dan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Citra satelit yang digunakan merupakan citra jenis Landsat 8. Penghitungan tingkat keakuratan interpretasi citra menggunakan Metode Kappa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sub bentuk lahan karst yang ada di Kecamatan Tepus dan Girisubo secara berurutan dari yang terluas, yaitu: Lembah Karst atau K3 (9.731 ha; 47,63 persen), Punggung Bukit Karst atau K2 (6.443 ha; 31,53 persen), dan Puncak Bukit Karst atau K1 (4.259 ha; 20,84 persen). Interpretasi citra satelit memiliki tingkat keakuratan sebesar 87,5 persen. Produktivitas tanah Entisol sebesar 2,35 ton/ha/musim untuk komoditas padi, 2,31 ton/ha/musim untuk komoditas jagung, 8,5 ton/ha/musim untuk komoditas singkong. Tanah Inceptisol memiliki produktivitas sebesar 3,37 ton/ha/musim untuk komoditas padi, 2,5 ton/ha/musim untuk komoditas jagung, 10,25 ton/ha/musim untuk komoditas singkong, 3 ton/ha/musim untuk komoditas kacang tanah. Tanah Alfisol memiliki produktivitas sebesar 2,12 ton/ha/musim untuk komoditas padi, 2,25 ton/ha/musim untuk komoditas jagung, 10,25 ton/ha/musim untuk komoditas singkong, 3,66 ton/ha/musim untuk komoditas kacang tanah.

Karst landform has a lot of potential. The potential may be natural resources, agriculture and tourism. Karst landform has several sub landform and each has a different land productivity. Hilly karst landforms and regularly causing ground survey activities requires a lot of effort and expense. Today, satellite imagery is one of the remote sensing technology is often used by human beings in various fields. Zonation sub landform karst using satellite imagery can reduce the cost and effort of field surveys. This research was conducted in District Tepus and Girisubo, Gunungkidul Regency. Satellite imagery used is a kind of Landsat 8. Calculation of the level of accuracy of image interpretation using Kappa's Method. Results of the study showed that sub karst landform in the District Tepus and Girisubo from the widest to smallest were Valley Karst or K3 (9.731 ha; 47,63 percent), Karst Backs or K2 (6.443 ha; 31,53 percent), and Karst Peaks or K1 (4.259 ha; 20,84 percent). Interpretation of satellite images have accuracy levels of 87,5 percent. The productivity of Entisols are 2,35 ton/ha/musim for a paddy crop, 2,31 ton/ha/musim for corn crop, and 8,5 ton/ha/musim for cassava. Inceptisols have productivity 3,37 ton/ha/musim for paddy, 2,5 ton/ha/musim for corn, 10,25 ton/ha/musim for cassava and 3 ton/ha/musim for peanut. Productivity of Alfisol are 2,12 ton/ha/musim for paddy, 2,25 ton/ha/musim for corn, 10,25 ton/ha/musim for cassava and 3,66 ton/ha/musim for peanut.

Kata Kunci : Sub bentuk lahan karst, citra satelit, interpretasi citra, Metode Kappa