Kiprah Politisi Artis di Parlemen

AZIZ SETYAWIJAYA NP, Dr. rer.pol. Mada Sukmajati

2015 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Kehadiran artis dalam kancah politik nasional memberikan polemik baru yang kemudian memberikan gambaran kecil tentang kondisi politisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) yang sebenarnya. Transformasi artis menjadi politisi dilandasi dan didukung oleh regulasi yang dibuat dan disahkan dalam UU Pemilu tahun 2008 dimana tidak ada batasan tentang profesi dan semakin tingginya electoral treshold yang membuat partai politik harus bersaing memperebutkan kursi di DPR dengan memanfaatkan popularitas mereka. Maka artis kemudian menjadi vote getter bagi mesin partai politik. Polemik kemudian muncul setelah enam belas artis resmi menjadi politisi, banyak pihak bertanya tentang kualitas dan kapasitas mereka dalam menerapkan fungsi parlemen yang terfokus lagi pada fungsi legislasi dan perwakilan. Skripsi ini mencoba secara fokus mengambil tiga politisi artis sebagai sampel penelitian yaitu ; Nurul Arifin, TB Dedi Suwendi Gumelar dan Venna Melinda. Untuk memahami dinamika yang terjadi dalam perjalanan dan sepak terjang politisi artis di DPR RI maka skripsi ini dilandasi dengan pertanyaan penelitian tentang bagaimana efektifitas kinerja politisi yang berlatar belakang artis dalam menjalankan perannya sebagai anggota parlemen terpilih DPR-RI periode 2009-2014 dilihat dari fungsi legislasi dan fungsi perwakilan dalam parlemen. Elaborasi teoritis digunakan dalam menjaga fokus dan lokus utama penelitian dalam meninjau dan mengamati kinerja politisi artis selama menjabat sebagai wakil rakyat, pengamatan tentang berapa efektif kinerja mereka di panja RUU hingga kegiatan masa reses menjadi indikasi yang mampu mewakili kualitas dan kapabalitas kinerja mereka dalam fungsi legislasi dan perwakilan. Pendekatan teori Jurgen Ruland dalam melihat kerangka besar fungsi parlemen di dukung dengan pendekatan teori dari Nirmala Rao dalam melihat karakter perwakilan yang politisi artis lakukan dalam kurun waktu 2009-2014. Temuan dari tulisan ini memberikan jawaban, pertama, selama ini politisi artis sebagian besar hanya menjadi juru bicara dan pelaku marketing bagi partai politik. Kedua, selama periode kerja pada tahun 2009-2014 politisi artis masih terjebak dalam ritme kerja dengan politisi lain, akhirnya prolegnas tidak pernah mencapai target dan politisi artis secara tegas belum efektif menjalankan tugasnya. Ketiga, dalam pendekatan teori perwakilan, politisi artis masih pada posisi politico dimana mereka tidak menunjukkan bahwa seorang politisi parlemen merupakan kepanjangan tangan dari konstituen, mereka masih bekerja dalam logika pribadi yang berpikir bahwa mereka harus tunduk pada mekanisme partai dan bahkan komisi di DPR saja.

The presence of celebrity in the national political scene gives a new polemic which then gives a small picture of the condition of the politicians in the House of Representatives (DPR-RI) actual. Transformation based celebrity became politicians and supported by regulations made and passed in the election law of 2008 where there is no restriction on the profession and the higher electoral threshold that makes the political parties have to compete for seats in the House of Representatives by utilizing their popularity. Then the celebrity then becomes vote getter for the political party machines. Polemic then appeared after sixteen official celebrity became a politician, many people ask about quality and their capacity to implement the functions of parliament who are focused more on the legislative and representative functions. This thesis is trying to be a focus of taking three politicians celebrity as a research sample that is; Nurul Arifin, TB Suwendi Dedi Gumelar and Venna Melinda. To understand the dynamics that occur in the course of the celebrity and lunge politicians in the House of Representatives then this thesis based on the research questions about how the effectiveness of the performance of politicians whose background celebrities in their role as members of parliament elected House of Representatives 2009-2014 period be seen from the legislative function and function representation in parliament. The theoretical elaboration used in maintaining the focus and the main locus of research in reviewing and observing the performance of politicians celebrity while serving as representatives of the people, the observations about how effective their performance on the Committee Bill to be indicative of activity recess capable of representing the quality of their performance and of capabilities in the legislative function and representatives. Jurgen Ruland theory approach in view of the broad framework of the parliamentary functions supported by Nirmala Rao theoretical approach of the representative character of the politicians see the celebrity did in the period 2009-2014. The findings of this paper provide the answer, first, during the artist's politicians are mostly just a spokesperson and marketing for the perpetrators of political parties. Secondly, during the period 2009-2014 employment in the celebrity politicians are still stuck in the rhythm of work with other politicians, eventually prolegnas never reach the target and politicians firmly celebrity has not effectively carry out their duties. Third, the representation theory approach, politicians celebrity still in a position where they do not politico show that a politician Parliament is an arm of the constituents, they are still working in the private logic to think that they should be subject to the mechanism of the party and even the parliamentary commission only.

Kata Kunci : artis, parlemen, politisi artis, DPR