Laporkan Masalah

Transmigran Bali sebagai Pelopor Pertanian Intensif di Desa Parisan Agung, Kecamatan Dampelas Sojol, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

BEWANTI DAHANI S, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.

2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Sungguh menarik melihat sekilas kelompok orang Bali yang tinggal di Sulawesi Tengah. Salah satunya yaitu pemukiman orang-orang Bali di beberapa desa dalam wilayah Kecamatan Dampelas Sojol (Damsol), Kabupaten Donggala. Saat pertama kali memasuki wilayah tersebut, pemandangan akan terlihat berbeda saat memasuki desa dimana terdapat kelompok orang Bali. Bangunan-bangunan rumah khas Bali akan terlihat mencolok mata karena berbeda dengan bangunan rumah penduduk lokal pada umumnya. Kelompok orang Bali ini datang sebagai transmigran yang mengikuti program transmigrasi dari pemerintah. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret tahun 2012 di Desa Parisan Agung, Kecamatan Dampelas Sojol (Damsol). Tulisan ini membahas bagaimana awal masuknya transmigran Bali di Desa Parisan Agung. Mereka tinggal berdampingan dengan penduduk lokal dan masyarakat pendatang lainnya di desa ini. Transmigran Bali tinggal mengelompok dan mendiami satu dusun yaitu dusun IV atau lebih dikenal dengan nama Dusun Mukti Agung. Pertama kali datang di Sulawesi Tengah, rombongan transmigran Bali di Mukti Agung berjumlah 100 KK (Kepala Keluarga). Mereka sebenarnya merupakan susulan dari transmigran 400 KK yang sudah datang terlebih dulu 2 tahun sebelumnya dan menempati Desa Lembah Mukti, Kecamatan Dampelas Sojol (Damsol). Satu proyek transmigrasi memang biasanya diikuti oleh 500 KK, tapi saat itu lahan yang disediakan kurang maka transmigran 100 KK ini dicarikan daerah lainnya. Tulisan ini ingin memperlihatkan bagaimana proses transmigran Bali mengolah lahan pemberian dari pemerintah menjadi lahan produktif dengan pertanian intensif. Transmigran Bali menjadi pelopor adanya pertanian intensif di Desa Parisan Agung. Penduduk lokal Desa Parisan Agung yang sebelumnya belum bertani sawah lama-kelamaan banyak yang mata pencaharian pokoknya berubah menjadi petani padi. Transmigran menerapkan sistem pertanian intensif dari daerah asal mereka di daerah transmigrasi, lalu diikuti oleh penduduk lokal.

Taking a first glance at the Balinese community in Central Sulawesi is very interesting. One aspect of this is the settlements of the Balinese in the villages of Dampelas Sojol (Damsol) Sub-district, Donggala District. As we come to this area, the scenery will look very different compared to the Balinese settlements. Buildings that look typically Balinese are prominently distinguishable to the commoners� houses. This Balinese community came as trans-migrants that participated in the trans-migration program from the government. This research was done in February to March 2012 in Parisan Agung Village, Dampelas Sojol (Damsol) Sub-district. This study explores how the Balinese trans-migrants first settled in Parisan Agung Village. They live side by side with the local commoners and other migrants in this village. Balinese trans-migrants live in communities and inhabit a dusun (sub-village), named Dusun IV or known better as Dusun Mukti Agung. In the initial wave of transmigration to Central Sulawesi, 100 families (Kepala Keluarga) of these Balinese trans-migrants inhabited Dusun Mukti Agung. This group was a continuation of the 400 KK trans-migrants that came two years before and inhabited Lembah Mukti Village, Dampelas Sojol (Damsol) Sub-district. One transmigration project usually has 500 participating families, however they did not provide enough land for the remaining 100 families. This study shows the process where Balinese trans-migrants cultivate land given by the government into productive land using intensive cultivation. Balinese trans-migrant became the initiators of intensive cultivation in Parisan Agung Village. The local settlers of Parisan Agung Village that have in the past farmed gradually became rice farmers. Trans-migrants implement the intensive cultivation system from their homeland to their new homes, followed by the local commoners.

Kata Kunci : Penduduk lokal, pertanian intensif, sawah, transmigrasi, transmigran

  1. S1-2015-268131-abstract.pdf  
  2. S1-2015-268131-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-268131-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-268131-title.pdf