Perempuan, Pariwisata, dan Sistem Keruangan (Studi Kasus:Desa Kasongan Bantul DIY)
MILA KARMILAH, ST.,MT., Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D., Prof. Ir.Nindyo Soewarno M.Phil., Ph.D., Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D.
2015 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTURKasongan adalah salah satu desa dan merupakan desa sentra kerajinan gerabah di Yogyakarta. Usia sentra industri Kasongan cukup tua ditilik dari sejarahnya sehingga sangat menarik untuk diteliti hal ini disebabkan perubahan dan perkembangan desa Kasongan dari desa pertanian (kerajinan) menjadi desa wisata. Seperti yang diketahui bahwa desa Kasongan adalah desa pengrajin dengan sebagian besar pekerja (pada masa lalu) adalah perempuan, tentunya hal ini berimbas pada pola kerja perempuan sehingga penelitian ini memfokuskan pada penelitian keruangan yang berperspektif gender. Perspektif gender menjadi penciri di dalam penelitian ini, dimana dengan melihat berdasarkan perspektif ini akan menuntun peneliti didalam menguak kondisi dan sistem keruangan yang terdapat di Desa Kasongan. Perspektif ini menjadi perlu dilakukan dikarenakan penelitian sejenis ini sudah banyak dilakukan baik pada ranah makro, messo maupun mikro. Dengan memasukkan perspektif gender maka akan diketahui sistem, pandangan, maupun nilai dan makna yang hidup dan berkembang di masyarakat terkait dengan berkembangnya desa Kasongan. Fokus penelitian pada perubahan keruangan dan makna keruangan masyarakat pengrajin dengan lokus, desa Kasongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus. Cara penelitian ini dilakukan dengan observasi dan kemudian studi lapang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi lapangan. Data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis induktif. Terdapat tiga jawaban dari pertanyaan penelitian dalam disertasi ini. Pertama, terkait dengan perubahan keruangan desa Kasongan akibat berkembangnya desa Kasongan, berdasarkan studi ini diketahui bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan adanya kegiatan wisata, dimana kegiatan ini mengakibatkan pula berubahnya sistem keruangan baik skala mikro, messo maupun makro (kawasan). Adapun bentuk perubahan tersebut adalah dijumpainya banyak fasilitas pendukung wisata di sepanjang jalan utama Kasongan, kemudian pada tingkatan rumah hampir sebagian pengrajin menggunakan rumahnya berfungsi sebagai ruang produksi sekaligus ruang wisata. Kedua terkait dengan perubahan keruangan yang terdapat dalam 3 konsep yang terbentuk dalam penelitian ini, yaitu (1) konsep pasedhuluran; (2) konsep complementary patnership; (3) konsep optimalisasi ruang. Ketiga teori lokal yang ditemukan dari penelitian tentang ruang permukiman yang berbasis pada industri kerajinan adalah teori optimalisasi ruang berbasis pasedhuluran dan complementary patnershipdalam Permukiman di desa Kasongan Terdapat nilai-nilai yang melindungi keberadaan kerajinan gerabah yang pada mulanya merupakan tradisi masyarakat setempat. Nilai pertama terkait adanya sistem kekerabatan yaitu nilai pasedhuluran, di dalam nilai pasedhuluran terkandung beberapa makna diantaranya adalah harmoni (keselarasan), perlindungan, kebersamaan, eksistensi, toleransi, fleksibilitas, kepedulian dan kebaikan. Selain nilai pasedhuluran maka nilai lainnya yang juga terkandung di dalam penelitian ini adalah nilai complementer patnership. nilai ini mengandung beberapa makna penting yang masih dilakoni oleh perempuan (Jawa). Adapun nilai-nilai yang muncul dalam konsep ini adalah kepasrahan, adanya kesetaraan antara laki laki dan perempuan dalam sistem keluarga maupun sistem produksi gerabah. Kedua sikap ini tidak dimaknai secara pasif oleh perempuan namun dimaknai secara aktif, sehingga timbullah beberapa konsekwensi lainnya seperti adanya kerja samben, kemudian adanya konsep ruang sing ana. Beberapa nilai ini muncul sebagai adaptasi/eksistensi perempuan terhadap adanya proses berkembangnya gerabah yang tidak hanya berkait dengan tradisi namun telah berkembang menjadi industri
Kasongan is a village which famous as pottery centre in Yogyakarta. Kasongan has a long history as a centre of pottery industry, so it is very interesting to study due to its change and development from an agricultural village (craft village) into a tourist village. As already known that Kasongan is the village of artisans with most of its workers (in the past) were women. Surely it has an impact towards women's working patterns, so this research focuses on spatial research with gender perspective. Gender perspective becomes the characteristic of this study, where it will lead the researchers to reveal the spatial conditions and systems found in Kasongan village. This perspective becomes necessary because many similar studies have been conducted, either in macro, messo, or micro areas. By involving gender perspective, there will be known the systems, views, values and meaning which develop and live in the society related to the development of Kasongan village. This study focuses on spatial change and spatial meaning within craftsmen's society with locus of Kasongan village. In order to construct the process of space optimization within the scope of Kasongan village, then a case study approach with single case was used. The method is started by determining case, tracking cases, arranging plan, collecting data and continued with analysis to narratively compose a theory which explain the truth and the research novelty as a discourse for scientific development which associated with the process of space optimization. This study was conducted through observation and continued with field study. Data collection was conducted through interviews and field observations. The data collected then analyzed inductively. There are three answers for the study questions in this dissertation. First, which is associated with spatial changes due to the development of Kasongan village; based on this study it is noted that the changes occurs due to tourist activities, where these activities also resulted in changes on the spatial system, whether in micro, messo and macro scales (area). These changes manifests in many tourist supporting facilities found along the main road of Kasongan. In addition, at household level, almost all craftsmen use their houses both as production space and tourist space. Second, it is related to spatial changes contained in the 3 (three) concepts formed in this study, namely (1) the concept of pasedhuluran; (2) the concept of complementary partnership; (3) the concept of space optimization. Third, the local theories found in the study on settlement space which based on craft industry are theory of space optimization based on pasedhuluran and complementary partnership in the settlements of Kasongan village. Key words: Tourism, Spatial Systems, Women, Pasedhuluran,Kasongan village.
Kata Kunci : Pariwisata, Sistem Keruangan, Perempuan,Pasedhuluran, , Desa Kasongan