EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DAN OUTCOME TERAPI PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM NEGARA, BALI

YUDHI MEGANTARI, Dr. Tri Murti Andayani, Sp.FRS., Apt.

2015 | Skripsi | S1 FARMASI

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan berkelanjutan dengan gejala yang tidak khas sehingga pasien baru menyadari keberadaan DM setelah timbul komplikasi. Komplikasi menyebabkan regimen terapi penderita DM semakin kompleks dan akan mempengaruhi ketepatan pengobatan dan outcome terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien, pola pengobatan dan outcome terapi antidiabetika serta mengetahui hubungan antara ketepatan pengobatan dengan outcome terapi. Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan rancangan crosectional study terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Negara pada tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 119 pasien. Pasien dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, length of stay, dan penyakit penyerta untuk melihat karakteristik pasien DM. Ketepatan pengobatan dievaluasi menggunakan standar Perkeni 2011 dan American Diabetes Association 2014. Outcome dinilai berdasarkan penurunan kadar glukosa darah dan dianggap membaik apabila terjadi penurunan ≥50 mg/dl. Analisis mengenai hubungan antara ketepatan pengobatan dengan outcome terapi dilakukan secara bivariat dengan metode fisher exact test untuk mengetahui hubungan antar keduanya. Hasil pengolahan data menunjukkan pasien DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh laki-laki (51,26%) dengan usia di atas 45 tahun dan lama rawat inap 2-5 hari. Penyakit penyerta yang banyak diderita pasien adalah hipertensi (36,89%), ulkus diabetikum (30,10%) dan anemia (20,39%). Terapi yang paling banyak digunakan dalam mengatasi DM tipe 2 adalah rapid acting insulin (43,70%) dan kombinasi sulfonilurea dan metformin (12,60%). Evaluasi ketepatan pengobatan dan outcome terapi hanya dilakukan pada 69 sampel karena 50 sampel lainnya tidak terdapat data dosis dan pengukuran glukosa darah hanya dilakukan satu kali. Hasil analasis menunjukkan 100% terapi tepat indikasi, tepat pasien, dan tepat obat, sedangkan untuk tepat dosis sebesar 94,20%. Analisis mengenai hubungan antara ketepatan pengobatan dengan outcome terapi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ketepatan pengobatan dengan outcome terapi yang diperoleh.

Diabetes Mellitus (DM) is disease that requiring continuous medical care with atypical symptoms so that patients realize the existence of DM after complications arise. Complication caused regimen therapy for patient increasingly complex and will affect the accuracy of treatment and outcome therapy. The objective of this research to know the patients characteristics, regimen and outcome therapy, and correlation between accuracy of treatment with outcome therapy. The study design was a descriptive observational with the approach of using a cross sectional study to hospitalized patient DM type 2 in General Hospital Negara in 2014. The method of sampling was Purposive Sampling and 119 patients were taken as samples. Patients were classified by gender, age, length of stay, and complication to showing characteristic of DM patients. The accuracy of treatment was evaluated using a standard Perkeni 2011 and standard from American Diabetes Association 2014. Outcome assessed by a decrease in blood glucose levels and is considered improved if there is a decrease ≥50 mg / dl. Analysis of correlation between the accuracy of treatment with outcomes therapy conducted bivariate with Fisher Exact Test method. The result showed the proportion of DM patients type 2 was highest in male (51.26%) at the age of 45 years and 2-5 days length of stay. Complication that affects many patients are hypertension (36.89%), diabetic ulcers (30.10%) and anemia (20.39%). The most common therapy for DM type 2 was rapid acting insulin (43.70%) and combination of sulfonylurea with metformin (12.60%). Evaluation of the accuracy of treatment and outcome therapy is only performed on 69 samples because 50 other samples there are no drug dose and blood glucose measurement is only done once. Results showed 100% indication appropriate, patient appropriate and drug appropriate while precise of dosage appropriate was 94.20%. Analysis of the correlation between the accuracy of treatment with outcome therapy showed a significant correlation between them.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, antidiabetika, ketepatan pengobatan