Laporkan Masalah

Pemetaan Risiko Bencana Kebakaran Lahan Gambut Di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

ADEIT ARAFAT, Trias Aditya K. M., ST, M .Sc, Ph.D

2015 | Skripsi | S1 TEKNIK GEODESI

INTISARI Bencana kebakaran hutan hampir setiap tahun terjadi di Indonesia pada saat musim kemarau. Kebakaran terjadi pada lahan yang kering dan lahan basah (lahan gambut). Lahan gambut tersebar di Indonesia khususnya Provinsi Riau. Kasus kebakaran lahan gambut memerlukan penanggulangan yang lebih sulit dibandingkan kebakaran yang terjadi pada lahan kering. Bencana Kebakaran lahan gambut yang terjadi sering menimbulkan dampak kerugian dan kerusakan di masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu upaya-upaya yang berhubungan dengan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan sangat dibutuhkan dalam mengatasi risiko kebakaran lahan gambut yang sering terjadi. Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan pemetaan risiko kebakaran lahan gambut di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada tahun 2000-2014. Penyajian informasi penanggulangan risiko bencana membutuhkan analisis risiko bencana yang memanfaatkan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan menggabungkan beberapa komponen yaitu peta bahaya dan peta kerentanan. Metode analisis risiko bencana mengacu pada pedoman dan peraturan BNPB No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Kajian Risiko Bencana. Metode analisis risiko bencana yang digunakan adalah metode VCA (Vulnerability Capacity Analysis). Khusus analisis bahaya (hazard), risiko kebakaran lahan gambut menggunakan metode heatmap untuk menghasilkan peta bahaya. Heatmap adalah metode analisis untuk membuat kepadatan yang dihitung berdasarkan jumlah titik dalam suatu lokasi tertentu. Hasil akhir analisis risiko bencana menunjukkan bahwa sekitar 76% dari luas kebakaran pada tingkat risiko bencana rendah, 18 % berada pada tingkat risiko bencana sedang, dan sisanya sebesar 6% berada pada tingkat risiko tinggi. Jenis gambut yang memiliki kedalaman lebih dari 3 m adalah jenis gambut yang memiliki tingkat risiko tinggi. Dari analisis perubahan penggunaan lahan tahun 2002 dan 2010 dapat disimpulkan bahwa lahan gundul adalah lahan yang memiliki risiko bencana tingkat tinggi. Lahan gambut dengan kerapatan kanal 15 (m/Ha) memiliki titik api terbanyak dengan jumlah 2394 titik api. Hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu pemerintah dan masyarakat mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk melakukan mitigasi kebakaran gambut dan pengurangan risiko bencana.

ABSTRACT Land and forest fires occur almost every year in Indonesia during the dry season. The fire occurred on dry land and wetlands (peat). Peatland is spread throughout Indonesia, including Riau province. Peat fires require mitigation more efforts that are difficult compared to fires that are occurred on dry land. Disaster peatland fires that occur frequently cause losses and damages to the community and the environment. Therefore, efforts related to prevention, mitigation, and preparedness are needed in order to reduce the risk of peat fires that often occur. The purpose of this paper is to carry out a fire risk mapping Bengkalis peatland in Riau Province with a timeframe from 2000 to 2014. Presentation of information for disaster risk reduction requires disaster risk analysis utilizing GIS technology (Geographic Information System) by combining several components: hazard maps and vulnerability maps. Disaster risk analysis is implemented by using The BNPB regulation No.12 of 2012 on Guidelines for conducting disaster risk assessments. The approach used by BNPB is the implementation of VCA (Vulnerability Capacity Analysis). In regard to hazard analysis, peat fires zonation is determined using heatmap in order to produce hazard maps. Heatmap is a raster-based analysis to create the density within an area based on the calculated number of points in a given location. The final result of disaster risk analysis showed that approximately 76% of the study area are located on the lower risk level of disaster risk, while 18% are located at the medium risk level, and the remaining 6% are at the high risk level. Peatland which has 3 m depth is classified as area with high risk. From the analysis of landuse changes from 2002 and 2010 it can be concluded that bareland are the landuse that is mostly got fired. Peatland areas with the canal density 15 m/ha has the most dense hotspots of 2394 points. The results of the analysis is expected to be useful to help government and the community identify required actions to do peat fires mitigation and disaster risk reduction.

Kata Kunci : Key word : peatland, heatmap, VCA (Vulnerability Capacity Analysis)

  1. S1-2015-265386-abstract.pdf  
  2. S1-2015-265386-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-265386-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-265386-title.pdf