Peran Soft Power dalam Kebijakan Rusia Menghadapi Revolusi Euromaidan di Ukraina
DWI AYU SILAWATI, Dr. Eric Hiariej, M.Phil.
2015 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALDi akhir 2013, ratusan mahasiswa Ukraina menggelar protes besar di Maidan Square, Kiev menyusul kebijakan penundaan penandatanganan perjanjian bilateral Ukraina dengan Uni Eropa yang disebut Association Agreement. Hal ini didorong fakta bahwa ratifikasi akan membawa perubahan besar di Ukraina karena dia melakukan beberapa perubahan sistem, tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga aspek politik. Perjanjian ini akan menjadi konfirmasi posisi internasional netral Ukraina setelah berada dalam bayang-bayang Eropa dan Rusia. Protes ini tidak pernah diduga akan berkembang menjadi masalah yang jauh lebih besar dalam beberapa tahun ke depan. Menariknya, hal ini tidak akan pernah terjadi tanpa intervensi efektif Rusia. Rusia berhasil memperkuat pengaruhnya di beberapa daerah potensial Ukraina menggunakan kekuatan ideasional sebagai kebijakan luar negeri dalam menghadapi revolusi ini yaitu memaksimalkan soft power dari ajaran agama Ortodoks dan ideologi sovereign democracy. Menggunakan strategi ini, didukung oleh kurangnya Barat respon, Rusia berhasil mengendalikan wilayah Crimea dan mendesak Ukraina melalui operasi militer di Donetsk dan Luhansk melibatkan tokoh-tokoh lokal. Dengan begitu, Rusia telah mempertahankan pengaruh dan memupus keinginan Ukraina menjadi sekutu Eropa berikutnya di daerah bekas Soviet untuk beberapa waktu ke depan.
In late 2013, hundred of Ukrainian students arranged great protest in the Maidan Square of Kiev following the postponement of Ukraine bilateral agreement with European Union called Association Agreement. Meanwhile, the ratification would make great change in Ukraine as she has to do some principal changes not only in the economic aspect, but also political aspect. This agreement would be the confirmation of Ukraine's neutral international position after being in the two shadows of Europe and Russian sphere. Since then, none expected that this protest would burgeon into the greater problems in the next few years. This conflict would never be happened without Russian effective intervention. Russia succeed to strengthen its influences in several potential areas of Ukraine using its ideational power as a foreign policy in facing this revolution called soft power of the Orthodoxism and the ideology of sovereign democracy. Using this strategy, supported by Western lack of response, Russia succeed to take control of Crimea territory and urging military campaign in Donetsk and Luhansk involving the local defense military force. Therefore, Russia had maintained its influence and driven away Ukraine's intention to be the next European ally in ex-Soviet area for some moment.
Kata Kunci : kebijakan luar negeri, krisis, soft power, ortodoksisme, sovereign democracy