GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI PERAH SELAMA MUSIM PENGHUJAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI PENGEMBANGAN BIBIT, PAKAN TERNAK, DAN DIAGNOSTIK KEHEWANAN (UPTD BPBPTDK) YOGYAKARTA
DIKA SABDA PRIBADI, Dr. drh. Surya Agus Prihatno, MP.
2015 | Tugas Akhir | D3 KESEHATAN HEWAN SVPeningkatan perkembangbiakan sapi perah sangat dipengaruhi oleh faktor efisiensi reproduksi. Faktor efisiensi reproduksi dipengaruhi oleh angka kebuntingan, service perconception dan angka kelahiran. Di Indonesia faktor efisiensi reproduksi masih rendah disebabkan oleh gangguan reproduksi. Gangguan reproduksi pada sapi perah selama musim penghujan, diantaranya adalah retensi plasenta, distokia, abortus, prolapsus uteri, mumifikasi fetus, maserasi fetus, endometritis, dan piometra. Gangguan tersebut akan menganggu produksi susu dan mengurangi kesuburan yang berakibat pada turunnya efisiensi reproduksi. Faktor-faktor penyebab gangguan reproduksi sapi perah antara lain adanya infeksi bakteri dan jamur, defisiensi vitamin dan gizi, faktor stress dan trauma pada sapi serta sanitasi kandang yang kurang baik. Metode yang dilakukan dalam observasi yaitu dengan cara pengamatan langsung di Balai Penelitian Bibit Pakan Ternak Dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) Yogyakartaâ dan wawancara dengan pihak Balai UPTD BPBPTDK dan pekerja kandang serta mengikuti kegiatan sehari-sehari di peternakan. Pada observasi ini diperoleh data populasi sapi sebanyak 85 ekor dengan kasus retensi plasenta sebesar 2,35 % dan kasus distokia sebesar 1,17 %. Dapat disimpulkan bahwa gangguan reproduksi sapi perah di UPTD BPBPTDK Yogyakarta sudah cukup baik.
Improved breeding of dairy cows is strongly influenced by factors of reproductive efficiency. Reproductive efficiency factor is affected by pregnancy rate, servise perconception and the birth rate. In Indonesia is still low reproductive efficiency factor caused by reproductive disorders. Reproductive disorders in dairy cows during the rainy season, including the retention of the placenta, dystocia, abortus, uterine prolapse, fetal mummification, fetus maceration, endometritis and pyometra. Such interference would disrupt milk production and reduced fertility resulting in a decrease in reproductive efficiency. Factors causing dairy cows reproductive disorders arethe existence of bacterial and fungal infections, vitamin deficiencies and malnutrition, stress and trauma factors in cattle, as well as poor sanitation cage. The method is carried in the observation of direct observatio in Balai Penelitian Bibit Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) Yogyakarta and interviews with the hall UPTD BPBPTDK and workers cages and follow of a day activities at farm. At this observation data obtained cattle population are 85 within cases of retention placenta is 2.35% and amounted to 1.17% of cases dystocia. It can be concluded that reproductive disorders in dairy cows UPTD BPBPTDK Yogyakarta is good enough.
Kata Kunci : reproduksi, efisiensi reproduksi, gangguan reproduksi, UPTD BPBPTDK, retensi plasenta, distokia/reproductive, reproductive efficiency, reproductive disorders, UPTD BPBPTDK, retention of the placenta, dystocia.