IDENTITAS INDONESIA DALAM G20

MUHTAR LUTFI, MAHARANI HAPSARI, Ph. D.

2015 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan Internasional

G20 merupakan terobosan forum multilateral penting pada abad ke-21 dalam rangka membangun tatanan ekonomi dan politik dunia baru dengan konstruksi keterbukaan, keterikatan serta kerjasama dunia. Forum ini terdiri dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa dengan total GDP yang mencapai sekitar 85 persen dari total ekonomi dunia serta pangsa pasar yang mencapai dua pertiga pasar dunia. Penelitian dalam tesis ini menggunakan sebuah perspektif konstruktivisme yang menekankan pada cara pandang dalam melihat dunia dan aspek materialnya sebagai sebuah struktur sosial yang terbentuk oleh adanya faktor yang bersifat non-material, yaitu identitas. Hal itu sangatlah penting dilakukan karena perilaku suatu negara pada dasarnya adalah dipengaruhi oleh keberadaan identitasnya. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun embrio G20 adalah dari negara-negara Barat yang tergabung di G7, namun G20 telah berkembang menjadi semacam a battlefield of identity yaitu antara politik identitas unipolar G7 dengan identitas multipolar BRICS. Power politik identitas kolektif keduanya sangatlah kuat dan telah terbukti mempengaruhi perilaku keduanya. Polaritas identitas kolektif G20 disebabkan karena identitas kolektif keduanya tidaklah kompatibel. Identitas ke-Indonesiaan adalah dibangun berdasarkan pada tiga pilar utama yakni tradisi ke-Islaman, modernitas dan demokrasi. Identitas ke-Indonesiaan tersebut telah terbukti mendorong perilaku Indonesia di G20. Forum ini sangatlah penting bagi Indonesia untuk menguatkan identitasnya secara lebih luas. Power identitas politik luar negeri Indonesia yang bebasa dan aktif di G20 mengarah pada identitas multipolar negara-negara BRICS. Politik identitas Indonesia serta identitias kolektif BRICS memiliki kompatibilitas yang tinggi, khususnya dengan Rusia dan Cina. Kata Kunci: Indonesia, Identitas dan G20.

The G20 is believed to be a breakthrough in multilateral cooperation forum in order to constructing the principles of openness, connectivity and global partnership for building something called a new international economic and political order in the 21st century. This forum consists of 19 countries and the European Union with the total amount of GDP has reached at well over 85 per cent of the global economy as well as two-third of the world market. The research uses a constructivist perspective which emphasises the world and its material aspects as a social structure that is constructed by non-material factor, i.e. identity. This is very imperative because of the fact that the states behaviour or policy has basically influenced by its identity. The research shows that despite of the fact that the G20 was cemented by the Western countries in the G7, but the G20 has now developed into something called a battlefield of identity between the politics of unipolar identity of the G7 and the multipolar identity of the BRICS. The power of the politics of identity between the two forums has proven to greatly influence of their behaviour. The polarity of collective identity in the G20 is due to the collective identity of G7 and the BRICS are incompatible. Indonesias identities have built based upon three main pillars that are an Islamic tradition, modernity and democracy. Those three pillars of identities have proved to influence of the behaviour of Indonesia free and active foreign policy in the G20. The forum is very indispensable to Indonesia mainly for strengthening its identities more broadly. The power of the politics of Indonesias identities in the G20 leads to the multipolar identity of the BRICS. The politics of Indonesias identities and the collective identity of the BRICS are deliberately compatible, particularly with Russia as well as China. Keywords: Indonesia, Identity and the G20.

Kata Kunci : Indonesia, Identitas dan G20.