Laporkan Masalah

PERAN GERAKAN PEREMPUAN DALAM REINTEGRASI PEREMPUAN EKS-KOMBATAN PASCA KONFLIK . STUDI ATAS: LIGA INONG ACEH LINA

ANNA CHRISTI SUWARDI, Dr. Eric Hiariej, M.Phil

2015 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan Internasional

Hampir satu dekade perdamaian Aceh berlangsung pasca penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki 15 Agustus 2005 antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai momentum yang mengakhiri tiga dekade konflik berdarah di Aceh. Fase baru kehidupan Aceh sebagai wilayah pasca konflik dalam rangkaian proses bina-damai (peacebuilding) melewati tiga mekanisme, yakni Disarmament, Demobilization dan Reintegration (DDR). Dari ketiga aspek tersebut, proses reintegrasi menjadi tahapan yang paling menantang dan membutuhkan komiten kuat semua pihak. Sangat disayangkan, pengejawantahan tentang proses reintagrasi yang tercantum dalam MoU Helsinki masih belum ramah gender, terlihat dalam poin 3.2.5 baru menyebutkan penerima manfaat program reintegrasi adalah mantan GAM saja. Sementara, realitanya terdapatlah perempuan eks-kombatan yang dijuluki pasukan Inong Bale sebagai satu kesatuan dengan GAM pada masa konflik. Hak-hak mereka tidak diakomodasi dalam MoU. Realita ketidakadilan program perdamaian terhadap perempuan eks-kombatan inilah yang menginisiasi lahirnya Liga Inong Aceh (LINA) pada tanggal 11 Juni 2006 yang diinisiatori oleh Shadia Marhaban dan beberapa aktivis-aktivis perempuan Aceh. Riset ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus yang mendalam. Didukung dari sumber data pustaka dan penelitian lansung terjun ke lapangan, riset ini mencoba menjawab pertanyaan tentang bagaimana peran LINA dalam reintegrasi perempuan eks-kombatan ke dalam masyarakat Aceh. Dikembangkan dan dianalisis berdasarkan kerangka teori gerakan sosial menurut Alberto Mellluci dan konsep reintegrasi itu sendiri. Penulis mencoba menampilkan realita terkini tentang kehidupan perempuan eks-kombatan pasca konflik di Aceh. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan bahwa LINA merupakan gerakan perempuan pasca konflik yang telah hadir sebagai wadah para perempuan eks-kombatan sekaligus memberikan pembekalan yang mendorong proses reintegrasi. Kinerja LINA berfokus pada penguatan kapasitas dan pendidikan partisipasi poltik sebagai upayanya menanamkan cikal bakal untuk membangun kemandirian perempuan yang berkelanjutan. LINA juga melahirkan lembaga pendidikan anak serta membuat media informasi yang dejalan dengan tujuan utamanya tersebut. Meskipun mengalami kemunduran dalam bentuk keorganisasiannya, tetapi program kerja yang telah dilakukan LINA patut diapresiasi dan tetap meninggalkan manfaat yang berkepanjangan pagi basis kekuatan sosialnya yang selarah dengan tujuan reintegrasi dan bina-damai.

Almost a decade peace was achieved in Aceh after signing Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki at August 15, 2005 between Government of Indonesia (GoI) and Free Aceh Movement / Gerakan Aceh Meredeka (GAM), are facilitated by Crisis Management Initiative (CMI) lead by Finland former president Martti Ahtisaari. As post conflict area, Aceh entering three phases of peacebuilding processes called Disarmament, Demobilization and Reintegration (DDR). Those the reintegration is the most challenging phase due to complexity and long term process. Regarding the importantly of reintegration process, unfortunately MoU did not put the gender base sensitivity as the part of decision making on peace agreement. Here is the reintegration program policies began with gender injustice against female ex-combatant who did not mentioned as a beneficiaries of reintegration program benefits. Those reality of gender injustice reintegration program had been initiated the establishment of Acehnese Women League/Liga Inong Aceh (LINA) on June 11, 2006 by Shadia Marhaban and some Acehnese women activists. This research uses qualitative method where taken direct interviews with numerous correspondents as primary data resources and mixing with literatures as secondary data resources. Analyze with social movement theory by Alberto Melluci and reintegration concept itself, this research tries to answer the question about how does LINAs role in female reintegration processes into Aceh society. Supporting with dept case study research character, the writer tries to shows a comprehensive and latest reality regarding female ex-combatant life in post conflict area. Refer to the research activities, the writer found that LINA is a post conflict women movement who comes as a place for female ex-combatant through gave them fostering training for their successful reintegration processes. The most important LINAs working agendas which affected the female ex-combatant to be better are political education and capacity building training, educational body, and communications media. Even the current condition of LINA as organization was stagnant, but their works must be appreciated since LINA had been gave the benefits of their programs to female ex-combatant new life with long term effects as what reintegration goals and peacebuilding addressed. Key words: LINA, reintegration, female ex-combatant

Kata Kunci : Liga Inong Aceh, reintegrasi, perempuan eks-kombatan