Politik Perbedaan: Demokrasi Dalam Paradoks
M. DIAN HIKMAWAN, Amalinda Savirani, MA
2015 | Tesis | S2 Politik dan PemerintahanDalam penelitian kali ini, peneliti membahas mengenai konsep Politik Perbedaan yang dikemukakan oleh Iris Marion Young sebagai pemikiran demokrasi alternatif terhadap pemikiran demokrasi-liberal-konsensual dari Rawls dan Habermas. Model demokrasi-liberal-konsensual dianggap cenderung mengabaikan unikum dari setiap grup sosial dalam ranah publik. Adanya anggapan bahwa menunjukkan perbedaan menjadi sebuah tindakan abnormal dalam pemaknaan secara tradisional, menjadikan hal tersebut sering digunakan sebagai sebuah reasoning bagi model demokrasi- liberal-konsensual untuk menapikan perbedaan dan keberagaman warga negara yang unik. Disinilah opresi dan dominasi bekerja dalam demokrasi-liberal-konsensual. Untuk mewujudkan keadilan sosial dalam keadaan masyarakat yang heterogen. Demokrasi-liberal-konsensual dalam kerangka universalitas humanisme mengkonsepsikan dunia politik yang terbatas dalam pembahasan hal ruang publik, yaitu partisipasi yang tidak lain mengenai akses untuk ikut terlibat dalam ruang publik dan direkognisi dalam keterlibatannya. Sayangnya, karakteristik dalam ruang publik tersebut telah dikonstruksi dan didominasi oleh kelompok budaya dominan, oleh karenanya hal tersebut menyisihkan kelompok minoritas yang nyata secara sosio- historis. Ironisnya hal tersebut tidak dapat diangkat dalam perbincangan politik demokrasi-liberal-konsensual karena disesaki oleh wacana budaya dominan, dengan demikian demokrasi kehilangan sifat dasarnya yaitu emansipatoris bagi kesetaraan warga negara. Hal tersebut membuat demokrasi menjadi paradoks karena mesin politik berjalan tunggal tanpa seteru, padahal di era globalisasi dengan beragamnya ideologi politik seharusnya demokrasi mengalami keterbukaan baik terhadap keserbamungkinan politik maupun etikopolitik yang muncul. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain argumentatif terhadap kerapuhan konsep demokrasi konsensual dengan melihat poliitik perbedaan sebagai alternatif dalam menjawab tantangan pluralisme dalam demokrasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman ketidakadilan tersebut membutuhkan sebuah upaya transformatif bagi warga negara untuk ikut terlibat dalam ruang publik yang jauh dari mono- diskursus dan rekognisi akan tuntutan keberagaman dalam kerangka politik perbedaan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui perluasan terhadap diskursus ruang publik bagi warga negara yang unik dan berbeda dari kelompok dominan.
In this study, researchers discuss the concept of political differences raised by Iris Marion Young as an alternative to democratic thought-liberal-democratic thought of Rawls and Habermas consensual. Model of democratic-liberal-consensual considered likely to ignore unikum of any social group in the public domain. The notion that indicates the distinction of being an abnormal action in the traditional meaning, making it is often used as a reasoning for liberal-democratic model-consensual for subjecting difference and diversity unique citizen. This is where oppression and domination work in liberal-democratic-consensual. To achieve social justice in a state of a heterogeneous society. Democratic-liberal-consensual universality of humanism conceived within the framework of the political world are limited in terms of the discussion of public space, which is none other participation on access to get involved in the public space and in its involvement recognized. Unfortunately, the characteristics of the public space has been constructed and dominated by the dominant culture, therefore it is set aside as a distinct minority group socio-historical. Ironically it can not be raised in the liberal-democratic political conversation- consensual because crowded by the dominant cultural discourse, thus democracy loses its nature is emancipatory for equality of citizens. This makes democracy becomes a paradox because the political machine run single with no enemies, but in the era of globalization with diverse political ideologies supposedly democratic openness to experience both the political and political ethics �anything possible� emerging. This study is a qualitative research design argumentative towards fragility concept of consensual democracy to see political difference as an alternative to the challenge of pluralism in a democracy. The results showed that experiences the injustice requires a transformative effort for citizens to get involved in a public space away from mono-discourse and recognition of diversity within the framework of the demands of political differences. This can be achieved through the expansion of the discourse of public space for the citizens that is unique and different from the dominant group.
Kata Kunci : Democracy, Paradox, Political differences, social groups, diversity, recognition, Demokrasi, Paradoks, Politik Perbedaan, grup sosial, keberagaman, rekognisi