PERBANDINGAN EFEK ANALGESI AJUVAN GABAPENTIN 600 MG PRE DAN PASCA OPERASI PADA OPERASI DENGAN TEKNIK SUBARACHNOID BLOCK (SAB)
WIDODO, Dr. IG Ngurah Rai Artika, Sp.An, KAKV, KAR; DR.Dr. Sudadi,Sp.An, KNA, KAR
2015 | Tesis | SP ILMU ANESTESIOLOGI DAN REANIMASILatar Belakang : Pengelolaan nyeri yang berkualitas tinggi setelah pembedahan masih merupakan tantangan utama dalam praktek medis. Beberapa tahun belakangan, gabapentin dalam beberapa uji klinis diindikasikan sebagai pre-emptive analgesic dan adjuvant dalam pendekatan multimodal untuk menurunkan nyeri akut pasca operasi dan mencegah nyeri kronik pasca operasi. Uji klinis merekomendasikan studi lanjut tentang waktu ideal dalam penanganan nyeri akut pasca operasi. Tujuan penelitian : Studi didesain untuk mengetahui perbandingan efek analgesi gabapentin 600 mg pre operasi dan pasca operasi pada operasi dengan anestesi spinal. Desain penelitian: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol dengan pembutaan ganda (double blindrandomized controlled trial). Ruang lingkup penelitian adalah pasien yang menjalani operasi elektif dengan anestesi spinal di GBST RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Soeradji T Klaten dan RSUD Panembahan Senopati Bantul, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia 18-60 tahun dan status fisik ASA I dan II. Subyek dibagi dalam 2 kelompok, kelompok G1 (27 pasien) diberikan gabapentin 600 mg 2 jam sebelum tindakan pembedahan dan placebo saat berada di ruang pemulihan. Kelompok G2 (27 pasien) diberikan plasebo 2 jam sebelum tindakan pembedahan dan gabapentin 600 mg saat berada di ruang pemulihan. Seluruh pasien dilakukan anestesi spinal menggunakan bupivakain 0,5% 20 mg hiperbarik. Setelah pembedahan, semua pasien diberikan ketorolak bolus 30 mg per intravena setiap 8 jam dan fentanyl bolus 0,5 mcg /kgBB + fentanyl 0,25 mcg /kgBB/jam drip kontinu. Nyeri pasca operasi dinilai menggunakan Visual Analog Scale (VAS) pada jam ke-0, 6 dan1 2. Perbandingan efek analgesi pasca operasi dilakukan dengan mengukur rerata nilai VAS diantara kedua grup, jumlah pasien yang mendapat tambahan analgetik dan rerata konsumsi analgetik tambahan (fentanyl) yang diberikan jika VAS > 3 pada 0-1 2 jam pasca operasi. Hasil : Terdapat perbedaan sangat bermakna pada rerata nilai VAS antara kelompok G1 dan G2 pada jam ke-6 (2.52 vs 3.54) dan jam ke-12 (1.92 vs 2.78) pasca operasi (p<0,01). Begitu juga, terdapat perbedaan bermakna jumlah pasien yang mendapat tambahan analgetik (fentanyl) antara kelompok G1 dan G2 pada interval jam 0-6 (10 vs 19) dan interval jam 6-12 (3 vs 13) pasca operasi (p<0,05). Rerata konsumsi analgetik tambahan (fentanyl) kelompok G1 lebih rendah dibanding kelompok G2 (16,8 mcg vs 40,5 mcg) Kesimpulan : Ajuvan gabapentin 600 mg pre operasi memberikan efek analgesi lebih baik dibanding pasca operasi pada operasi dengan teknik subarachnoid block (SAB).
Background. High-quality pain management after surgery is still a major challenge in medical practice. In recent years, gabapentin has been indicated in clinical trials as a pre-emptive analgesic and as an adjunct in the multimodal approach to reduce acute post-operative pain and to prevent chronic post-operative pain. Clinical trial could be recommended for more studies on ideal timing in treatment of acute post-operative pain. Objective : The study was designed to know the comparation about analgesia effect of gabapentin 600 mg preoperative and post-operative in operation under spinal anesthesia. Methods : This study was a double blinded randomized controlled trial. The scope of this study involves patients undergoing elective operation with spinal anesthesia in GBST RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Soeradji T Klaten and RSUD Panembahan Senopati Bantul, which consists of male and female. Aged 18-60 years and ASA physical status I and II. Subjects are divided into 2 groups, group G1 (27 patients) given gabapentin 600 mg 2 hours before surgery and placebo in recovery room. Group G2 (27 patients) given placebo 2 hours before surgery and gabapentin 600 mg in recovery room. All patients had spinal anesthesia [20 mg of 0,5% hyperbaric bupivacaine]. After surgery, all patients given ketorolac 30 mg bolus every 8 hours and fentanyl 0,5 mcg/BW bolus i.v + fentanyl 0,25 mcg/BW/h continuous drips. The post-operative pain was assessed using Visual Analog Scale at 0, 6 and 1 2 hours after surgery. The comparation about analgesia effect was measured with mean VAS score between two groups, the number of patient who receive rescue analgetic and mean comsumption of rescue analgesic (fentanyl) was given when VAS score was VAS > 3 in 0-1 2 hours post operatively. Result : There was a highly significant difference in mean VAS score between group G1 and G2 at 6 hours (2.52 vs 3.54) and 12 hours (1.92 vs 2.78) post operatively (p<0,01). Similarly, there was a significant difference in the number of patient who receive rescue analgetic between group G1 and G2 (10 vs 19) at interval 0-6 hours and (3 vs 13) at interval 6-12 hours (p<0,05). The mean consumption of rescue analgetic (fentanyl) group G1 was lower than group G2 (16,8 mcg vs 40,5 mcg) Conclusion : An adjuvant gabapentin 600 mg pre operative offers better analgesia effect than post operative in surgery under subarachnoid block (SAB) anesthesia.
Kata Kunci : gabapentin, konsumsi fentanyl, nyeri akut pasca operasi, gabapentin, fentanyl consumption, acute post-operative pain