Deteksi Residu Antibiotik Enrofloksasin pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) yang Diinfeksi Aeromonas salmonicida subsp. smithia
JHONSON SITEPU , Prof. drh. Kurniasih, MV.Sc., Ph.D.
2014 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWANPenggunaan antibiotika enrofloksasin pada budi daya ikan berdampak adanya residu dalam produk pangan asal ikan dan terjadinya resistensi bakteri terhadap enrofloksasin pada hewan dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar residu enrofloksasin dalam daging ikan nila pada 16 minggu sesudah pengobatan. Sebanyak empat ekor ikan nila sehat terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok 1 sebanyak 1 ekor tanpa perlakuan, kelompok 2 sebanyak 3 ekor ikan nila diinfeksi 0,1 ml dengan konsentrasi 106 sel/ml Aeromonas salmonicida subsp. smithia secara intramuskuler. Enam hari pasca infeksi, diobati dengan enrofloksasin secara rendaman 5 jam per hari selama 5 hari dengan dosis 1 ml dalam 6 liter air. Pada minggu ke-16 pasca pemberian enrofloksasin, ketiga ikan nila diambil untuk dianalisis residu enrofloksasin secara kuantitatif dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil penelitian deteksi residu enrofloksasin secara kuantitatif pada daging ikan nila yang diinfeksi dengan A. salmonicida subsp. smithia pada minggu ke-16 pasca pengobatan menunjukkan tidak ada residu enrofloksasin pada ekstrak daging ikan nila. Ikan nila yang diobati dengan enrofloksasin secara rendaman 16 minggu pasca pengobatan sudah aman dan sehat untuk dikonsumsi.
The use of enrofloxacin antibiotics on fish farming has caused the presence of antibiotics residues in food products of fish origin and occurrence of bacterial resistance to enroflokxacin in animals and humans. This study aims to determine the enrofloxacin residue levels in Nile tilapia meat at the 16th weeks post medication. A total of 4 healthy nile tilapia are divided into 2 groups. Group 1 by 1 tails without treatment, groups 2 by three nile tilapia infected with a concentration of 0.1 ml of 106 cells / ml of Aeromonas salmonicida subsp.smithia intramuscularly. Six days after infection, they were disfused in enrofloxacin 5 hours per day for 5 days at a dose of 1 ml in 6 liters water. At the 16th weeks after the administration of enrofloxacin, the fishes were taken to be quantitatively analayzed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Results of the research in quantitative detection of enrofloxacin residues in Nile tilapia meat infected with A. salmonicida subsp. smithia at week 16 post-treatment showed no residues in the Nile tilapia meat extraction. The Nile tilapia treated with enrofloxacin immersion, at the 16 weeks post-treatment were safe and healthy for consumption.
Kata Kunci : Residu, Enrofloksasin, A. salmonicida subsp. smithia, KCKT, Ikan nila