Pengaruh Kedalaman dan Kerapatan Incising terhadap Karakteristik Pengeringan Kayu Jati (Tectona grandis L.f.) dengan Suhu Tinggi
GALIH AJISAKA W S, Tomy Listyanto, S.Hut. M.Env.Sc., Ph.D.
2015 | Skripsi | S1 TEKNOLOGI HASIL HUTANPengeringan merupakan proses wajib dalam pengolahan kayu, yang membutuhkan waktu, energi, dan biaya yang besar. Salah satu perlakuan awal yang berpotensi meningkatkan kecepatan pengeringan adalah incising. Mempercepat proses pengeringan merupakan hal yang sangat penting. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari interaksi antara kedalaman dan kerapatan incising pada kecepatan pengeringan dan cacat-cacat pengeringan, serta untuk mengetahui pengaruh kerapatan incising pada sifat mekanika kayu jati yang telah dikeringkan. Dua pohon jati (Tectona grandis L.f.) yang tumbuh di Sleman, Yogyakarta dengan diameter 300-350 mm digunakan dalam penelitian ini. Rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu kedalaman dan kerapatan incising digunakan dalam penelitian ini. Kedalaman incising meliputi 1/4 tebal dari permukaan dan dasar serta kedalaman penuh. Empat jenis kerapatan incising meliputi 0, 500,1.000, dan 1.500 lubang/m2. Lubang incising yang dibuat sebesar 3 mm. Sampel pengeringan dikeringkan dengan suhu 100°C hingga tercapai KA akhir 12 %. Pengamatan laju pengeringan, retak, warping dan honeycombing dilakukan untuk mengetahui karakteristik pengeringan. Uji keteguhan lengkung statik dilakukan berdasarkan standar British 373. Analisis varian dilakukan untuk menentukan pengaruh dari variasi kedalaman dan kerapatan incising pada setiap parameter pengamatan. Tukey HSD dilakukan untuk mengetahui perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi kerapatan incising berpengaruh nyata terhadap kecepatan pengeringan. Laju pengeringan terbesar terdapat pada kerapatan incising 1.500 lubang/m2 sebesar 6,93 %/hari. Keteguhan lengkung statik tidak terpengaruh oleh variasi kerapatan incising dalam penelitian ini.
Drying is a compulsory process in wood processing, which require time, energy, and cost. One of the pre-treatments that could potentially increase the drying rate is incising. It is important to accelerate drying rate. The aim were to investigate the influence of the interaction between depth and density of incising on drying rate and defects, and to examine the effect of incising density on the mechanical properties of the dried teak wood. Two teak trees (Tectona grandis L.f.) grown in Sleman, Yogyakarta with diameter of 300-350 mm were used. Completely Randomized Design with two factors, which were depth and density of incising, were applied. Depth of incising were 1/4 thick from the surface and bottom, and full penetration. Four incising density were 0, 500, 1.000 and 1.500 holes/m2. The diameter of incising hole was 3 mm. The drying samples were dried at temperature of 100°C until reach final moisture content of 12%. Drying rate, check, warping and honeycomb were observed to examine the drying characteristics. Static bending tests was also conducted in accordance to British Standard BS 373. Analysis of variance was conducted to determine the effect of variations in the depth and density of incising to each observation parameter. Tukey HSD was carried to find the difference. The results showed that the variation of incising density influence significantly on the drying rate. The largest drying rate occured in the incising density of 1500 holes/m2, which was 6,93 %/day. Static bending was not influenced by the various incising density in this study
Kata Kunci : pengeringan suhu tinggi, jati, kedalaman incising, kerapatan incising