Laporkan Masalah

POLA ZONASI RUANG UNTUK REHABILITASI KAWASAN SITU CILEDUG DENGAN KAJIAN MORFOKONSERVASI

CATHERINE MARY NAYUKI, Prof. Dr. Suratman, M.Sc

2015 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Konversi lahan terjadi seiring dengan tingginya permintaan lahan, sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan meningkatkan sedimentasi. Hal itu berujung penyempitan luas Situ Ciledug. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengkaji perubahan morfologi yang terjadi pada lahan basah Situ Ciledug tahun 1950, 1980, 2010, 2) Menaksir luas lahan basah (wetland) yang mampu dikembalikan, 3) Membuat zonasi morfo-konservasi untuk merehabilitasi Situ Ciledug. Penelitian ini menggunakan metode survey pemetaan partisipatif dengan melibatkan penduduk asli untuk mengetahui perubahan morfologi Situ Ciledug dan menentukan area yang dapat dikembalikan. Pengukuran dilakukan dengan menyusuri batas lahan dengan menggunakan GPS, pita ukur, dan klinometer. Zonasi peruntukkan lahan yang terdiri dari satuan pengelolaan air, satuan lahan penyangga dan satuan lahan pengembangan ditentukan dengan metode skoring modifikasi dari SK Menteri Pertanian Tahun 1980, metode buffering, serta area-area yang mengalami permasalahan kejadian banjir dan longsor. Hasil penelitian menunjukkan perubahan morfologi dari tahun 1950 telah mentransformasikan lahan basah seluas 13,076 Hektar menjadi lahan kering di tahun 2011. Penyusutan paling rendah terjadi pada tahun 2006 dengan luas lahan basah tersisa 10,65 Hektar. Perubahan morfologi yang terjadi pada lahan basah Situ Ciledug cenderung mengikuti arah aliran dari inlet akibat proses sedimentasi. Berdasarkan analisis kondisi terkini, dan perubahan morfologi tersebut, lahan yang dapat dikembalikan sebagai lahan basah Situ Ciledug adalah 4,62 Hektar.

Land conversion occurs due to the high demand of land leading to reduced water catchment areas and increasing sedimentation. It causes the morphological changes of Situ Ciledug. Therefore, the aims of this study are 1) to analyze the morphological changes that occur in Situ Ciledug wetlands in 1950, 1980, 2011, 2) to assess wetlands that is capable to be restored, 3) to determine the zoning of morpho-conservation to rehabilitate Situ Ciledug. The method of this study consisted of two phrases. They were participatory mapping and zoning designation. Participatory mapping involved the native to find out the morphological changes in Situ Ciledug and specified areas that can be returned. Measurements were performed by using GPS, measuring tape, and clinometer. Zoning designation of land was determined by the modified-scoring method and buffering method. The variables used were slope, soil sensitivity to erosion, daily rainfall intensity, and flood and landslide prone areas. The land designation was devided into three zones that is water management unit, buffer zone unit, and land developments unit. The results show that the morphological changes of the 1950s have transformed an area of 13.076 Hectares of wetlands into dry land in 2011. The lowest shrinkage occurred in 2006 with an area of wetlands remaining 10.65 Hectares. Morphological changes that occur in Situ Ciledug tend to follow the direction of flow of the main inlet and small inlet due to sedimentation. Based on the analysis of existing conditions, and changes of morphology, area that is capable to be restored as Situ Ciledug wetlands is 4.62 Hectares.

Kata Kunci : Situ Ciledug, Zonasi Peruntukkan, Morfokonservasi

  1. S1-2015-301384-abstract.pdf  
  2. S1-2015-301384-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-301384-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-301384-title.pdf