Laporkan Masalah

CITRA KORIDOR JALAN MUHAMMAD HUSNI THAMRIN, DKI JAKARTA

ANDINA OKTAVIA SULISTYA PUTRI, Ir. Suryanto, MSP

2015 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Koridor Jalan M.H. Thamrin adalah landmark Ibukota Jakarta yang mencerminkan citra kota Jakarta yang modern sebagai ibukota Negara Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Koridor Jalan M.H. Thamrin yang merupakan poros utama Jakarta dan memiliki peran penting bagi pembentukan citra kota Jakarta mengalami perkembangan pesat baik dari segi penggunaan lahan, aktivitas, maupun desain visual koridor. Namun demikian perubahan ini justru tidak diimbangi dengan adanya kebijakan rancang kota (urban design guideliness) untuk menjaga dan memperkuat citra kota yang terbentuk. Koridor Jalan M.H Thamrin dengan fungsi utamanya sebagai pusat bisnis diarahkan pemerintah untuk mempunyai citra sebagai koridor wisata. Permasalahan yang kemudian muncul adalah ketidakjelasan citra Koridor Jalan M.H. Thamrin yang seharusnya menjadi simbol modernitas citra kota Jakarta. Permasalahan ini sekaligus mengindikasikan ketidaksesuaian citra kota yang terbentuk berdasarkan kebijakan pemerintah dengan citra yang seharusnya terbentuk di Jalan M.H. Thamrin. Penelitian Citra Koridor Jalan Muhammad Husni Thamrin DKI Jakarta menggunakan metode induktif kualitatif. Background knowladge yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Kevin Lynch (1960), Christoper Alexander (1977), Richard C. Smardon (1986), dan Hamid Shirvani (1985). Teori-teori tersebut digunakan untuk membahas fenomena unik yang ada di lokasi penelitian, sehingga dapat dihasilkan temuan-temuan baru yang bermanfaat di bidang perencanaan. Citra visual dirumuskan berdasarkan analisis peta mental, sementara citra kegiatan dikonsepkan berdasarkan metode kerangka induktif berdasarkan unit-unit informasi dari 30 orang responden. Sedangkan kesesuaian citra dan keberhasilan citra dianalisis menggunakan tolok ukur pembentukan citra sesuai kebijakan pemerintah dalam RDTR dan RTRW. Pembentukan citra Jalan M.H. Thamrin menjadi salah satu contoh bad practice keberhasilan pembentukan citra kota oleh pemerintah, karena Koridor Jalan M.H. Thamrin tidak mempunyai rancangan desain (urban design guideliness) sedangkan citra yang direncanakan oleh pemerintah justru tidak ditangkap oleh masarakat karena sangat umum. Hal ini menegaskan peran perencana dalam membangun citra suatu tempat. Penelitian ini menemukan 4 fase penggambaran peta mental (1) fase identifikasi batasan ruang jalan koridor dengan menandai node yang terletak wilayah terluar koridor, (2) fase identifikasi rute atau arah perjalanan yang sering di pakai/dilewati, (3) fase menggabungkan node dan rute jalan yang sering dipakai kedalam satu jaringan jalan dan (4) fase representasional menangkap keseluruhan gambaran mental koridor. Berdasarkan temuan tersebut didapatkan temuan lain berupa prioritas perencanaan elemen pembentukan citra koridor dalam proses perencanaan dan/pembangunan dengan urutan ruang terbuka (node dan edge), sirkulasi, parkir, dan pedestrian jalan (path), penanda (landmark), guna lahan dan kompleksitas bangunan (district), dan yang terakhir adalah preservasi.

Corridor Muhammad Husni Thamrin is the Jakarta capital city landmarks that reflect the modern image of the city as the capital of the State of Indonesia. Over time, M.H Thamrin roads which is the main axis Jakarta and has an important role for the formation of the image of the city experiencing rapid growth both in terms of land use, activity, and visual design of the corridor. However, this would not offset changes in the policy of urban design guideliness to maintain and strengthen the image of the city is formed. Muhammad Husni Thamrin Roads with its primary function as a business center directed the government to have the image as a tour corridor. The problem that then arises is unclear image of Thamrin road was supposed to be a symbol of the city's image of modernity. This also indicates incompatibility problems the city's image formed by the image of the government policy should be formed in M.H Thamrin road. The study "The image of Muhammad Husni Thamrin Road Corridor" using qualitative inductive method. Background knowladge used in this study is the theory advanced by Kevin Lynch (1960), Christopher Alexander (1977), Richard C. Smardon (1986), and Hamid Shirvani (1985). These theories are used to discuss the unique phenomenon of the research sites, so it can produce new findings that are useful in the field of planning. Visual image is formulated based on the analysis of mental maps, while the image of activities drafted by the inductive method framework based on units of information from 30 respondents. While the suitability of the image and the image of success metrics were analyzed using standard image format according to government policy in RDTR and RTRW. The image formation on M.H. Thamrin roads become one of bad practice of image formation by the city government, because Muhammad Husni Thamrin road corridor not have an urban design guideliness while the image planned by the government would not be caught by the general population because it is very common. This confirms the role of planners in building the image of a place. This study found four phases depiction of mental maps (1) the identification phase boundaries for the road corridor by marking nodes located outermost corridor region, (2) the identification phase or direction of travel are often used / bypassed, (3) the phases of mergering nodes and routes roads are often used into a network of roads and (4) the representational phase capture the mental picture corridor. Based on the findings of other findings obtained in the form of priority corridor planning element in the process of image formation and planning / development with open space sequences (nodes and edges), circulation, parking, and pedestrian path (path), markers (landmarks), land use and complexity of building (district), and the latter is preservation.

Kata Kunci : Jalan M.H. Thamrin, citra koridor, elemen pembentuk citra, citra kota, prioritas perencanaan elemen koridor, fase penggambaran peta mental, kebijakan pembentukan citra

  1. S1-2015-313613-abstract.pdf  
  2. S1-2015-313613-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-313613-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-313613-title.pdf