HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPARAHAN MALOKLUSI DENGAN STATUS PSIKOSOSIAL REMAJA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN (Kajian pada remaja SMA di daerah Sleman, Yogyakarta)
MUHAMMAD ELDO FADZHANI, drg. JCP. Heryumani, S., MS., Sp.Ort. (K).; drg. Dyah Karunia, Sp. Ort.
2015 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER GIGIPrevalensi maloklusi tinggi terdapat pada kelompok usia remaja. Maloklusi berpengaruh negatif terhadap estetika, fungsi dan bicara. Metode dalam mendata dan mengukur maloklusi sangat penting untuk dokumentasi prevalensi dan tingkat keparahan maloklusi. Dental Aesthetic Index (DAI) merupakan gabungan penilaian aspek fisik dan estetika oklusi, serta persepsi pasien dalam penampilan gigi. Tingkat keparahan maloklusi akan semakin memperparah psikososial remaja yang berpengaruh pada kepercayaan diri dan kehidupan sosial remaja. PIDAQ adalah alat ukur untuk memberikan informasi dari salah satu aspek Oral Health Related Quality of Life (OHRQol) yang dirancang menilai dampak psikososial estetika gigi pada remaja. Tingkat keparahan maloklusi yang dimiliki dipengaruhi persepsi diri akan penampilan yang dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya tempat tinggal. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan sejumlah 187 siswa SMA di perkotaan dan 111 siswa di pedesaan pada Kabupaten Sleman. Tingkat keparahan maloklusi akan diukur dengan DAI, serta penilaian status psikososial dengan mengisi kuisioner PIDAQ. Uji hipotesis menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson dan Independent t test untuk uji beda dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan tingkat keparahan maloklusi remaja di pedesaan lebih tinggi dibandingkan remaja di perkotaan. Terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan maloklusi dengan status psikososial dengan koefisien korelasi 0,501 pada perkotaan dan 0,420 pada pedesaan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antaran psikososial remaja di perkotaan dan di pedesaan. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan maloklusi dengan status psikososial dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai persepsi maloklusi terhadap psikososial remaja di perkotaan dan pedesaan Kabupaten Sleman.
There was a high prevalence of malocclusion in adolescent group. Malocclusion negatively affect the aesthetics, function and speech. A method to assess and measure the malocclusion is very important to document the prevalence and severity of malocclusion. Dental Aesthetic Index (DAI) is a combination of physical and aesthetic aspects of the assessment of occlusion, as well as the perceptions of patients in dental appearance. The severity of malocclusion will further aggravate the adolescent psychosocial effect on confidence and social life of adolescents. PIDAQ is a measure to provide information on one aspect of Oral Health Related Quality of Life (OHRQol) designed to assess the impact on adolescent psychosocial dental aesthetics. The severity of malocclusion influenced the appearance of self-perception can be influenced by many things, one of them a living areas. This study used the cross-sectional approach. Subjects were selected based on inclusion criteria specified number of 187 high school students in urban and 111 rural students in Sleman. The severity of malocclusion will be measured by DAI, as well as evaluating the psychosocial status by completing a questionnaire PIDAQ. Hypothetical measurement conducted using the Product Moment Pearson and Independent t test for different test with 95% confidence level. The results showed the severity of malocclusion adolescents in rural areas was higher than in urban adolescents. There was a significant correlation between the severity of malocclusion with psychosocial status with a correlation coefficient of 0.501 to 0.420 in the urban and rural. There were no significant differences in adolescent psychosocial conduction in urban and rural. The conclusion of this study, there was a significant correlation between the severity of malocclusion with psychosocial status and there were no significant differences regarding the perception of malocclusion on adolescent psychosocial urban and rural Sleman.
Kata Kunci : Maloklusi, Psikososial, Persepsi, Remaja