Analisis Penyebab Konflik di Sudan Selatan: Kemunculan Kembali Perang Saudara pada Tahun 2013
DELTA ANGGARA PUTRI, Drs. Samsu Rizal Panggabean, M.Sc
2015 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALSetelah kemerdekaannya, Sudan Selatan terjebak dalam konflik, konflik tersebut kemudian berkembang menjadi kekerasan yang mematikan. Perang saudara di negara baru ini dipicu oleh persaingan politik internal antara Presiden Salva Kiir Maryadit dan Wakil Presiden Riek Machar Teny Dhurgon yang kemudian berkembang menjadi perpecahan etnis di berbagai bagian negara. Isu tribalisme dipolitisir guna mendapatkan dukungan dari kelompok komunitas mereka, terutama sumber daya manusia untuk berperang. Hal ini menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan ratusan orang mengungsi. Perang saudara yang terjadi pada tahun 2013 ini dikategorikan sebagai salah satu konflik mematikan di Afrika. Kilas balik sejarah di Sudan Selatan, konflik politik yang berubah menjadi perang etnis ini pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1991, menyebabkan pembantaian etnis bersar-besaran. Hal ini mengindikasikan bahwa perang saudara di tahun 2013 bukanlah suatu peristiwa baru, tetapi merupakan klimaks dari proses konflik kekerasan masa lalu yang telah bertransformasi ke dalam level yang lebih ekstrem di era kontemporer. Oleh karena itu, paper ini fokus kepada penyebab kemunculan kembali konflik di negara tersebut, dengan pertanyaan penelitian "mengapa perang saudara di Sudan Selatan terjadi kembali?" Menggunakan konsep Vicious Cycles of Conflict dan Economic and Political Theories of Violence, paper ini berusaha untuk menganalisis fenomena kemunculan kembali konflik pada tahun 2013. Hasilnya menunjukkan bahwa institusi negara yang lemah dalam mengakomodasi kebutuhan masyarakat serta menangani tekanan internal dan eksternal dari berbagai aspek; keamanan, ekonomi, sosial dan politik, merupakan faktor utama yang menyebabkan konflik kekerasan di negara tersebut terulang kembali. Banyaknya permasalahan yang tidak tertangani ini dan keluhan serta protes masyarakatnya menyebabkan konflik pecah kembali.
After its independece, Republic South Sudan became trapped in conflict which causes transformed in to dreadful violent. This young nation civil war erupted when elite leadership President Salva Kiir Maryadit and Vice President Riek Machar Teny Dhurgon begin contesting on power struggle with each other and exploiting their communicty ethnical emotions to get supports from their tribes and human resource for war. It causes thousands civilians deaths and millions were became displaced in neighboring countries.This conflict in 2013 categorized as one of the deadliest political conflict in Africa. Flashback in the history of South Sudan, political conflict that turned into ethnical war in South Sudan occured in 1991, causing a massive ethnic massacres.This indicates that civil war in 2013 was not a singular event, civil war that occured in 2013 was not the beginning of something new, it was rather the climax of several concomitant violent processes which had taken different forms and had occured on different levels.Therefore, the question is focused on what causes the recurrance of the civil war in South Sudan in 2013? Using the concept of vicious cycles of conflict and economic and political theories of violence, this paper is aiming to analyze the recurrence of the civil war in South Sudan in 2013. The results shows that weak institutions in accomodating the needs of civilian and the inability to handle internal and external stresses, plays as a strong factor in causing the high rates of violence and civil war repeated. Many problems and resulted in complaints and protest led to the conflicts.
Kata Kunci : South Sudan, civil war, cycles of violence, conflict recurrence risk, weak institutions