MELAWAN OPRESIF (STUDI ANAK JALANAN MAKASSAR)
ABU BAKAR, Hasrul Hanif, MA.
2015 | Tesis | S2 Politik dan PemerintahanTesis ini mendiskusikan masalah kehidupan anak jalanan di Kota Makassar, dengan fokus pada resistensinya dalam menghadapi praktik-praktik opresif disekelilingnya. Makassar sebagaimana kota-kota lainnya di Indonesia juga mengalami masalah social terkait dengan keberadaan anak jalanan. Namun, yang mengherankan adalah bahwa mengapa anak jalanan di Makassar justru kecenderungannya selalu bertambah sekalipun hampir tiap hari razia dilakukan di kota Makassar. Dan mengapa mereka memilih melawan ketimbang mengalah. Karena itu, tesis ini mencoba menjawab dengan mengajukan pertanyaan; Bagimana strategi /siasat anak jalanan ketika melawan praktik opresif?. Untuk menjawab itu penulis menggunakan teori James C. Scott tentang perlawanan sehari-hari. Dan menggunakan pendekatan studi etnografi dalam melakukan penelitian. Tesis ini membagi praktik opresif kedalam dua bagian yang masing- masing bersumber dari negara dan raja-raja jalanan disatu pihak. Negara dalam tesis ini dipahami sebagai apparatus yang menjalankan kekuasaan dengan menggunakan kekerasan baik sifatnya fisik maupun simbolik kepada anak-anak jalanan. Sementara raja-raja jalanan dipahami sebagai orang-orang yang juga hidup dijalanan sebagaimana anak jalanan, hanya saja mereka merupakan orang dewasa yang memaksakan kehendaknya kepada anak-anak jalanan di Makassar. Untuk melawan praktik opresif tersebut, anak jalanan melakukan resistensi dengan jalan bersiasat. Karena itu, siasat anak jalanan yang bersifat simbolik ataupun frontal pada prinsipnya didasarkan pada kondisi yang ada didalam memilih tindakan. Siasat anak jalanan tidak hanya efektif untuk mempertahan lahan ekonomi, akan tetapi dapat meminimalisir resiko-resiko kekerasan yang mengancam. Semacam penghindaran, menjadi masuk akal bila dikaitkan dengan keterbatasan sumber daya mereka untuk melawan. Melawan secara radikal hanya membawa konsekuensi yang lebih parah dan ancamannya tidak hanya fisik, akan tetapi negara akan lebih intens untuk mendesak anak jalanan dari proses-proses “produksi†ekonomi di jalanan. Bagi perjuangan, dimanapun dan kapanpun, kalkulasi rasional menjadi kunci bagi berhasil tidaknya perlawanan yang dilakukan. Dan anak jalanan Makassar membuktikan itu. Dari panorama perlawanan anak jalanan, sesungguhnya motivasi mereka adalah keberlangsungan aktivitas ekonomi mereka (penyelamatan subsistensi) dan faktor keselamatan. Anak jalanan pada prinsipnya, sasaran tembak mereka bukan sekedar mengacaukan perencanaan negara, karena itu konsekuensi dari tindakan siasat, akan tetapi lebih kepada faktor ekonomi. Bagi anak jalanan, hidup dijalanan lebih menjanjikan secara ekonomi daripada mengikuti apa yang dikehendaki oleh negara. Secara umum, tesis ini berkesimpulan bahwa siasat anak jalanan dalam melawan opresif adalah didasarkan pada masalah subsistensi (ekonomi). Jadi motivasi yang mendasar anak jalanan adalah bagaimana mereka keluar dari krisis subsistensi tersebut. Hal ini cukup berdasar, dikarenakan kondisi ekonomi anak jalanan begitu rapuh (miskin). Karena itu saya berasumsi bahwa kondisi ekonomi yang rapuh memiliki korelasi yang kuat dengan motivasi mereka untuk melakukan perlawanan.
This thesis discusses the problems of life of street children in the city of Makassar, with a focus on resistance in facing oppressive practices around them. Makassar as other cities in Indonesia also has an experience of social problems associated with the presence of street children. However, the wonder is that why street children in Makassar always tend to grow despite almost daily raids conducted in Makassar city. And why they prefer to fight for against rather than succumb. Therefore, this thesis attempts to give answer by offering a general question; How does strategy / tactics of street children fight against oppressive practices? To answer that question the author uses the theory of James C. Scott of everyday forms of resistance. Then author uses ethnographic study approach in conducting research. This thesis divides oppressive practices into two parts that each sourced from the state and the kings of street. State in this thesis is understood as apparatus that runs the power by using violence both physical and symbolic character towards the street children. While the kings of street understood as those who also live on the street as street children, it is just that they are adults who impose their will on street children in Makassar. To fight for against the oppressive practices, street children do with the tactical resistance. Therefore, strategies that street children apply are symbolic or frontal ways based on the existing conditions in choosing action. Tactics of street children are not only effective to retain the economic field, but it can minimize the risks that threatening them. As an evasion, it makes sense if it is associated to their limited resources to fight for. A radical fight just brings severe worse consequences and threats, not only physically, but state will be more intense to oppress street children of “production†economy processes on the streets. For the struggle, wherever and whenever, rational calculation is the key to make resistance running well. And Makassar street children have proved it. From the panorama of street children resistance, the real motivation is regarding the sustainability of their economic activity (subsistence rescuing) and safety factors. Principally, street children resistance target is not only to disrupt state’s planning, because that is the consequence of tactics, but rather than the economic factors. For the street children, live on the streets is more economically promising than following what is desired by the state. In general, this thesis concludes that the tactics of street children in the fight for against oppression are based on subsistence issues (economy). So the fundamental motivation of street children is how they come out of the subsistence crisis. It is quite founded, due to the economic conditions of street children are so fragile (poor). I therefore assume that the fragile economic condition has a strong correlation with their motivation to fight for.
Kata Kunci : Praktik Opresif, Resistensi, Siasat, Anak Jalanan, Motivasi Resistensi